42
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat SMA Kolese de Britto Yogyakarta
SMA Kolese de Britto atau yang lebih dikenal dengan nama De Britto atau “JB” 5 kependekan dari Johanes de Britto merupakan
sekolah yang memiliki sejarah dan perkembangan yang cukup panjang. Diawali dengan dicabutnya peraturan yang melarang pihak swasta
untuk mendirikan sekolah oleh pemerintah pendudukan Jepang, para Bruder CCI bersama suster-suster Carolus Borromeus dan
Fransiskanes berusaha mendirikan sebuah sekolah menengah Katolik, setingkat SMP. Terdesak kebutuhan mendirikan sekolah menengah
atas yang bersendikan asas-asas Katolik untuk menampung lulusan SMP yang telah terlebih dahulu didirikan, maka atas persetujuan
bersama Yayasan Kanisius di bawah pemimpin Romo Djojoseputro dengan para Romo Jesuit dan para suster Carolus Borromeus didirikan
sebuah sekolah menengah atas Kanisius. Sekolah menengah atas tersebut akhirnya dibuka secara resmi pada tanggal 19 Agustus 1948
dengan jumlah murid angkatan pertama sebanyak 65 orang yang terdiri dari putra dan putri. Tetapi, sekolah baru ini belum memiliki gedung
sekolah sendiri sehingga untuk melaksanakan seluruh kegiatan akademik masih menumpang di ruang atas SMP Bruderan Kidul Loji.
Tidak lama setelah diresmikan, jabatan sementara pemimpin sekolah
43
yang dipegang Romo B. Sumarno, S.J diserahkan kepada Romo R. Van Thiel, S.J. Sekolah yang baru berlangsung lima bulan ini akhirnya
ditutup karena situasi sosial politik yang ada, clash kedua tentara Belanda tanggal 18 Desember 1948.
Setelah keadaan tenang, persiapan untuk mulai mengadakan kegiatan sekolah segera dilaksanakan. Bagian putri sudah dibuka
kembali dan memulai seluruh kegiatan akademik pada bulan Agustus 1949, sedangkan bagian putra baru dapat dibuka kembali dan
melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan akademik pada bulan Oktober 1949. Hal ini mengingat banyak pemuda yang baru kembali
dari medan perang, yang berjuang bagi ibu pertiwi. Sekolah ini akhirnya dipisahkan menjadi dua bagian, sekolah putra dan sekolah
putri. Sekolah putra menempati gedung di Jalan Bintaran Kulon 5 dan diasuh oleh para romo Jesuit, dan memakai nama Santo Johanes de
Britto sebagai nama sekolah. Sekolah putri berada di bawah asuhan para suster Carolus Borromeus, menempati gedung di Jalan Sumbing
sekarang Jalan Sabirin. Sekolah putri memakai nama SMA Stella Duce yang berarti Bintang Penuntun.
Sampai saat itu SMA Johanes de Britto belum mempunyai lambang. Oleh karena itu, pada tahun 1951 sekolah memulai
mengadakan lomba mencipta desain lambang SMA Johanes de Britto dan yang berhasil menjadi pemenang adalah R. Nawawi Hadikusumo
44
yang pada saat itu masih menjadi siswa SMA Johanes de Britto tahun 1949-1951. Lambang itulah yang digunakan sampai sekarang
Pada tanggal 9 Juni 1953, oleh Pembesar Serikat Jesus di Roma nama SMA Santo Johanes de Britto diubah menjadi SMA Kolese de
Britto. Sekolah ini terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, meskipun sering terjadi pergantian pengurus dan staf pemimpin
namun bertambahnya jumlah murid yang berdampak bertambahnya jumlah ruang kelas, pembenahan dan perbaikan bagian administrasi
sekolah, termasuk rencana mendirikan gedung sekolah baru di lokasi lain merupakan suatu kemajuan yang dialami SMA Kolese de Britto.
Banyak pilihan lokasi untuk mendirikan gedung sekolah yang baru, tetapi akhirnya pilihan lokasi jatuh di daerah Demangan tepatnya di
Jalan Laksda Adisucipto 161 Yogyakarta, yang akhirnya menjadi alamat tetap sekolah ini. Peletakan batu pertama sebagai tanda awal
pembangunan gedung sekolah yang baru dilakukan oleh Mgr. A. Soegijapranata, S.J yang pada waktu itu menjabat Vikaris Apostolik
Semarang. Pada bulan Mei 1958, SMA Kolese de Britto dipindahkan ke gedung sekolah yang baru. Selain kompleks gedung yang luas,
sekolah yang baru ini juga dilengkapi lapangan olah raga, aula, ruang laboratorium, dan lain-lain.
Pada permulaan tahun ajaran baru, 1 Agustus 1960, Romo P.F.C. Teeuwisse, S.J. yang masih WNA diganti oleh direktur baru,
Romo Th. Koendjono, S.J karena pada saat itu pemerintah