3. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Experiential Learning
Pendekatan Experiential Learning memiliki kelebihan yakni dapat meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana
belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong
siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Selain beberapa kelebihan yang telah disebutkan, terdapat pula kekurangan dari
pendekatan Experiential Learning yakni dibutuhkannya alokasi waktu yang relatif lama dalam proses pembelajaran Sinaga, 2013.
Dari kelebihan dan kekurangan yang ada pada pendekatan Experiential Learning
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Experiential Learning
dapat efektif apabila diberikan kepada peserta didik dengan memperhatikan materi yang akan diberikan, persiapan, strategi
yang akan digunakan dan alokasi waktu yang disediakan. Dengan begitu pembelajaran dengan pendekatan Experiential Learning dapat efektif
diberikan kepada peserta didik, sehingga tercapailah tujuan dari pendekatan Experiential Learning yakni; Mengubah struktur kognitif
siswa, Mengubah sikap siswa, Memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada.
4. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Experiential
Experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada
dasarnya merupakan student centered learning atau pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajar. Pembelajarlah yang harus aktif melakukan
atau mengalami aktivitas atau peristiwa tertentu, mengolah, memaknai, dan menafsirkan pengalaman belajarnya itu dengan bantuan orang lain
khususnya sesama pembelajar, dan berusaha menerapkan hasil pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar lingkungan
pembelajaran, yaitu dalam kehidupan nyata sehari-hari. Untuk itu, ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang
lazim dipraktekkan pada berbagai tahap proses belajar dalam siklus pembelajaran experiential, khususnya refleksi dan sharing.
a. Refleksi Hakikat
refleksi adalah
memantulkan atau
lebih tepat
menghadirkan kembali dalam batin kita aneka pengalaman yang sudah terjadi, untuk menemukan makna dan nilainya yang lebih dalam. Maka,
ada yang menyatakann bahwa refleksi selalu bertujuan mendidik, dalam arti berperan sebagai sejenis jembatan yang menghubungkan pengalaman
pribadi dan belajar. Refleksi yang benar membantu kita mencapai insight
atau pencerahan, yaitu menangkap pengertian dan nilai-nilai hidup semakin mendalam serta menolong munculnya ketetapan hati untuk
bertindak mewujudkan pengertian dan nilai hidup yang semakin mendalam itu dalam kehidupan kita sehari-hari Reed Koliba dalam
Supratiknya, 2011. b. Sharing
Sharing adalah membagikan pikiran dan atau perasaan yang
muncul sebagai hasil refleksi, kepada orang lain dalam kegiatan belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersama. Dalam sharing bersama atau saling berbagi hasil refleksi, masing-masing peserta saling medengarkan, saling membantu menangkap
makna dan nilai yang semakin mendalam dari berabagi penglaman hidupnya, serta saling meneguhkan. Agar berlangsung secara lancar dan
efektif, kegiatan refleksi dan sharing dalam kelompok perlu difasilitasi oleh seorang fasilitator melalui pertanyaan-pertanyaan dalam apa yang
disebut lingkaran refleksi Reed Koliba dalam Supratiknya, 2011.
D. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif