k.  Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter,dan menifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.
5. Nilai-nilai Keutamaan Pendidikan Karakter di Tarakanita
Keutamaan  bahasa  latin:  virtus  merupakan  penggabungan  antara nilai dan budi pekerti. Keutamaan adalah moralitas manusia yang disadari
dan  dilakukan  dalam  tindakan  nyata  sebagai  manusia  yang  bertanggung jawab.  Manusia  yang  sadar  dalam  proses  untuk  menjadi  manusia  yang
lebih  bermutu,  manusia  yang  menggunakan  kebebasannya  memilih sesuatu  yang  baik.  Jadi,  keutamaan  mencakup  sikap  dan  perilaku  dalam
hubungan  dengan  Tuhan,  diri  sendri,  orang  lain,  masyarakat  dan  alam. Nilai keutamaan ini yang dimaksud dengan pendidikan karakter.
Berdasarkan  pemahaman  di  atasa  dan  mengacu  semangat  pendiri, Tarakanita  mau  ikut  terlibat  dengan  pembentukan  manusia  utuh  yaitu
manusia  yang  berakarakter  atau  berkeutamaan  dengan  nilai  Cc5 Compassion, celebration, competence, conviction, creativity, community,
KPKC  Keadilan  Perdamaian  dan  Keutuhan  Penciptaan,  serta Kedisiplinan  dan  Kejujuran.  Cc5  Compassion,  celebration,  competence,
conviction, creativity, community akan dijelaskan sebagai berikut:
a.  Compassion Kata  compassion
berasal  dari  bahasa  latin  “compassio-onis” yang  artinya  belas  kasih,  hal  ikut  merasakan;  bela  sungkawa.
Compassio berarti juga ikut merasakan beban penderitaan orang lain,
bersama-sama  memikul  beban  penderitaan  namun  bangkit  mengatasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penderitaan  itu  bersama-sama  pula.  Compassion  lebih  dari  sekedar mempunyai kepekaan hati empati dan merasakan penderitaan orang
lain  simpati,  tetapi  merupakan  sebuah  kebajikan  di  mana  kapasitas emosional  empati  dan  simpati  terhadap  penderitaan  orang  lain
dianggap  sebagai  bagian  dari  cinta  itu  sendiri  serta  merupakan landasan  keterkaitan  sosial  yang  lebih  besar  dan  humanistis,  dasar
prinsip-prinsip tertinggi dalam berperilaku sebagai pribadi yang utuh. Dalam  compassion  ada  aspek  belas  kasih  dalam  dimensi
kuantitatif seperti  belas  kasih  yan  individu  sebagai  “kedalaman  atau
kekuatan”. Compassion lebih kuat dari empati, tetapi turut merasakan yang  menimbulkan  keinginan  aktif  untuk  meringankan  penderitaan
orang  lain  dengan  mencari  penyebab  penderitaan  itu,  berusaha mengatasi  bersama  penyebab  tersebut.  Belas  kasih  mempunyai  arti
turut  menderita  bersama-sama  orang  lain.  Karakter  compassion  yang perlu dibangun adalah sikap peduli, solider dan rela berbagi.
Compassion merupakan  nilai  spriritual  yang  dihidupi  oleh
Bunda  Elisabeth  Gruyters  pendiri  Kongregasi  Suster-suster  Cinta Kasih    Santo  Carolus  Borromeus  karena  mengalami  dan  merasakan
kasih  Allah  yang  berbelarasa  tanpa  syarat.  Perwujudan  nilai  ini tampak dalam seluruh kehidupan dan karya Bunda Elisabeth Gruyters
yang senantiasa mengutamakan keselamatan manusia Gruyters dalam Luisa,  2012:16-17.  Compassion  dapat  diwujudkan  melalui  sikap,
peduli,  solider,  dan  rela  berbagi  dengan  mereka  yang  lemah,  miskin, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menderita  jasmani-rohani  dan  tersisih  tanpa  membeda-bedakan, sebagai  sesama  ciptaan  Allah,  seperti:  mengunjungi  orang  sakit,
membantu  orang  yang  mengalami  kesulitan  dan  penderitaan, menghargai  keberbedaan  di  lingkungan  sekitarnya,  mendengarkan
dengan  hati  orang  yang  sedang  bercbicara,  dan  ikut  terlibat  secara aktif kegiatan peduli kemanusiaan.
b.  Celebration Secara  harafiah  celebration  berarti  perayaan  khusus  dalam
menandai  suatu  peristiwa  kehidupan.  Sebagai  orang  beriman seseorang  dapat  memaknai  setiap  peristiwa  kehidupan  sebagai
ungkapan syukur. Dalam berbagai situasi hidup kita Tuhan hadir dan menyatakan  diri-Nya  yang  kadang  sulit  kita  pahami  dan  terima.  Kita
dapat merasakan kehadiran-Nya dan menemukan arti atau makna yang tersembunyi  di  balik  peristiwa-peristiwa  hidup,  jika  kita  memiliki
iman  akan  Allah.  Berkat  iman,  kita  mampu  mengakui  Allah  yang adalah  Kasih  dan  senantiasa  memenuhi  kebutuhan  kita.  Oleh  karena
itu,  kita  harus  selalu  bersyukur  dan  tidak  perlu  khawatir  akan  hidup kita.
Celebration merupakan  nilai  spiritualitas  yang  dihidupi  oleh
Bunda  Elisabeth  Gruyters  yang  menaruh  harapan  yang  kuat  kepada Allah Gruyters dalam Luisa, 2012:18 dan berdoa terus-menerus serta
melibatkan  campur  tangan  Allah  dalam  hidupnya  Gruyters  dalam Luisa, 2012:18. Nilai  celebration dapat  dicapai  dengan sikap rendah
hati  mensyukuri  hidup  yang  diselenggarakan  oleh  Tuhan  dan  selalu berpengharapan  serta  mengandalkan  campur  tangan  Tuhan  dalam
seluruh  hidupnya.  Nilai  celebration  yang  perlu  dibangun  adalah kegembiraan menghadapi realitas, berpikir positif, dan optimis.
Jadi,  celebration  adalah  suatu  sikap  kerendahan  hati  bahwa segala  peristiwa  kehidupan  tidak  pernah  lepas  dari  campur  tangan
Tuhan,  seperti:  mengucap  syukur  saat  mendapat  kesuksesan,  tabah dan  tetap  penuh  pengharapan  ketika  mengalami  kegagalan,
mengandalkan penyelenggaraan ilahi namun tetap disertai usaha keras untuk  mencapai  keberhasilan,  merayakan  keberhasilan  tanpa
berlebihan dan tetap mengingat saudara-saudaranya yang menderita.
c.  Competence Kata  competence  adalah  bahasa  Inggris  yang  diserap  dari
Bahasa  Latin  competens-entis,  yang  berarti  berkuasa,  berwenang, cakap  dan  sanggup.  Jadi,  yang  dimaksud  dengan  nilai  competence
adalah  suatu  kesanggupan  dan  usaha  tak  kenal  lelah  untuk  memiliki kecakapan, kecerdasan kompetensi sesuai dengan kemampuan  yang
dimilikinya. Kecakapan dan kecerdasan yang dikejar ini bukan hanya merupakan  penguasaan  seperangkat  pengetahuan,  melainkan  juga
sikap,  dan  perilaku  yang  harus  dimiliki,  dihayati,  dikuasai,  dan diaktualisasikan  oleh  peserta  didik.  Dengan  mengacu  pada  dua  dari
empat  pilar  prinsip  pendidikan  UNESCO,  maka  nilai  competence, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyiapkan  peserta  didik  untuk  learning  to  know;  learning  to  do, namun tidak hanya itu, juga leaning how to learn.
Competence merupakan  nilai  spiritualitas  yang  diperjuangkan
Bunda  Elisabeth  Gruyters  sebagai  tanggapan  atas  munculnya  teror, penindasan,  kekerasan,  pembunuhan,  dan  wabah  penyakit.  Peristiwa-
peristiwa  di  atas  dipandang  sebagai  ancaman  terhadap  harkat  dan martabat  manusia.  Bunda  Elisabeth  menangkap  keprihatinan  tersebut
dan  berupaya  untuk  melindungi  dan  membela  harkat  dan  martabat manusia,  khususnya  anak-anak  miskin  dan  terlantar  dengan  tujuan
membangun  dasar  baik  dalam  batin  mereka,  memberikan  pelajaran agama  Kristen,  menjahit,  berdoa,  serta  memberikan  dorongan  kearah
semangat  hidup  yang  suci  Gruyters  dalam  Luisa,  2012:18-19. Pendidikan  yang  diperjuangkan  Bunda  Elisabeth  mencakup  aspek
kecerdasan spiritual, rasional, emosional, sosial, dan daya juang. Nilai competence
yang  perlu  dibangun  adalah  kemandirian  belajar,  dan sikap ilmiah.
Maka peserta
didik diharapkan
mampu; menerapkan
pengetahuan  dan  kemampuan  di  dalam  kehidupan,  memiliki kemandirian  belajar  self  regulated  learner    continuous  learning;
dan  memiliki  sikap  ilmiah  Curiosity,  Objectiveness,  Open- mindedness, Willingness to Suspend Judgment, Tentativeness
. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d.  Conviction Conviction
berarti  pendirian,  keyakinan.  Orang  yang  memiliki nilai  conviction  adalah  orang  yang  belajar  untuk  menghayati  prinsip-
prinsip  kehidupan  dengan  keteguhan,  dan  berusaha  untuk melaksanakan secara konsisten segala aspek kehidupan. Dengan nilai
ini,  orang  berusaha  mengisi  kehidupan  berdasarkan  keyakinan- keyakinan  sebagai  suatu  kebenaran,  dan  bertahan  dengan  kesabaran
untuk  mewujudkan  dalam  kehidupan.  Dasar  untuk  memenangkan keutamaan
ini para
peserta didik
belajar untuk
lebih mempertimbangkan  rasio  dan  akal  ketimbang  emosi  dan  perasaan.
Prinsip rasio yang ditanamkan bukan prinsip senang tidak senang. Hal ini  sesuai  dengan  salah  satu  prinsip  pendidikan  UNESCO  yaitu
learning  to  be .  Pendidikan  hendaknya  menjadikan  peserta  didik
terbentuk  menjadi  dirinya  sendiri  yang  memiliki  keteguhan  prinsip dalam kehidupan.
Conviction merupakan  nilai  spiritualitas  yang  diperjuangkan
oleh  Bunda  Elisabeth  Gruyters  ketika  ia  berupaya  dan  berjuang merawat  dan  mendidik  anak-anak  miskin  yang  jumlahnya  semakin
bertambah.  Meskipun  dukungan  dari  masyarakat  sekitar  terhadap upayanya  sangat  sedikit,  Bunda  Elisabeth  tidak  menyerah.  Dengan
kesabaran  dan  susah  payah  ia  terus  bekerja  keras  karena  memilki keinginan yang besar untuk maju Gruyters dalam Luisa, 2012:19-20,
serta kesanggupan untuk menderita dan berdiam diri, penuh kesabaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan  kegembiraan,  serta  keberanian  yang  tangguh  Gruyters  dalam Luisa,  2012:19-20.  Karena  memiliki  keyakinan  bahwa  Allah
menyertai dia, Bunda Elisabeth berani memilih jalan salib yang sempit sebagai risiko dalam melayani Allah.
Conviction berarti memiliki daya juang dan ketangguhan dalam
menghadapi  tantangan  hidup.  Nilai  conviction  bisa  nampak  pada; ketahanan  individu  dalam  menanggung  kesulitan  dan  penderitaan,
mampu bergembira dan optimis di setiap waktu, mampu menahan rasa tidak  sabar,  mengeluh,  atau  amarah,  setia  terhadap  tugas-tugas  yang
dipercayakan  kepadanya  tanpa  mengeluh,  mengerjakan  dengan sungguh-sungguh  apa  yang  sedang  dihadapi,  bersikap  ugahari
sederhana  yaitu  kemampuan  untuk  mengaktualisasiskan  dan memuaskan  dorongan-dorongan  keinginan  dalam  diri  serta  tuntutan
instingperasaan  secara  seimbang  melalui  cara-cara  yang  tepat,  tahu batas,  misal  tahu  batas  ketika  makan,  saat  tidur,  waktu  istirahat,
bekerja  dengan  penuh  kegembiraan,  tahu  kapan  berbicara,  dan  tahu kapan harus diam bene stat in medio.
e.  Creativity Creativity
adalah  kemampuan  seseorang  untuk  berdaya  cipta. Kemampuan  berdaya  cipta  dapat  bersifat  inovatif  in-novus  yaitu
kemampuan  memasukkan  hal-hal  yang  baru  dan  eksploratif  yaitu penjelajahan  alam  pikir  untuk  menambah  pengetahuan  sebanyak
mungkin.  Dari  dimensi  pengetahuan  bahwa  nilai  creativity PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memungkinkan  orang  tidak  puas  dengan  apa  yang  telah  diketahui, berusaha  terus  mengembangkan  apa  yang  dimiliki  secara  optimal
profesionalisme.  Dari  dimensi  kehidupan  lebih  luas  bahwa  orang selalu  mencari  jalan  keluar  terhadap  kesulitan-kesulitan  hidup,  tidak
puas  dengan  kualitas  kehidupan  yang  telah  dicapai,  tetapi  terus mencari dan berusaha mencapai kesempurnaan.
Creativity merupakan nilai spiritualitas yang diperjuangkan oleh
Bunda  Elisabeth  yang  memandang  bahwa  hidup  akan  menjadi  indah jika  manusia  mengembangkan  daya  kreatifnya.  Manusia  selalu
dihadapkan  pada  persoalan-persoalan  hidup  dan  harus  menemukan jalan  keluar.  Bakat  dan  kemampuan  yang  dianugerahkan  Tuhan
kepada  manusia  harus  dikembangkan  secara  benar,  bijaksana,  dan bermakna  bagi  pengembangan  manusia,  pelayanan  terhadap  sesama
beserta seluruh alam semesta sebagai ungkapan syukur atas anugerah Tuhan.  Dalam  diri  Bunda  Elisabeth  nilai  kreativitas  tampak  dalam
upayanya  yang  tekun,  pantang  menyerah,  dan  konsisten  untuk mengabdikan  diri  pada  Tuhan  dengan  tulus  ikhlas  dan  sempurna
Gruyters dalam Luisa, 2012:21. Peserta didik memiliki nilai creativity apabila melakukan antara
lain:  1  mampu  menciptakanmenemukan  hal-hal  baru  yang bermanfaat;  2  mampu  mengeksplorasi;  3  berani  untuk  mencoba
dan  menghadapi  kegagalan;  4  terus  belajar  dengan  tekun;  4 memanfaatkan waktu untuk berkreativitas.
f. Community
Community berasal  dari  bahasa  Latin  communitas-atis  berarti
persekutuan, persaudaraan, perkumpulan. Jadi, yang dimaksud dengan keutamaan
community adalah
semangat untuk
membangun persaudaraan sejati, kesetaraan, keberbedaan bukan menjadi pemecah
belah  melainkan  saling  memperkaya  satu  sama  lain.  Manusia  selain sebagai  makhluk  individu  juga  merupakan  makhluk  sosial.  Sebagai
makhluk  sosial,  manusia  perlu  menjalin  relasi  yang  seimbang,  bukan hanya  dengan  sesama  melainkan  juga  dengan  lingkungan  dan  alam
sekitar.  Melalui  relasi  itu,  perjumpaan  dengan  Allah  dialami  secara bersama  melalui  satu  sama  lain.  Keseimbangan  relasi  merupakan
tanggung jawab bersama yang dapat terwujud melalui semangat saling berbagi dan membangun persaudaraan sejati.
Sekolah  Tarakanita  mempunyai  tugas  dalam  menciptakan lingkungan  paguyuban  yang  dijiwai  semangat  kebebasan  dan  cinta
kasih  injili  serta  membantu  tunas  muda  mengembangkan  pribadi  dan seluruh  potensinya.  Oleh  karena  itu,    sekolah  katholik  mempunyai
ciri-ciri  sebagai  berikut:  1  merupakan  komunitas  iman;  2  tidak memecah belah, tidak memperuncing perbedaan; 3 terbuka terhadap
semua  orang;  4  berpusat  pada  Yesus  Kristus;  Prinsip  Injil  sebagai norma pendidikan; 5 membangun manusia seutuhnya.
Community merupakan  nilai  spiritualitas  yang  dihidupi  oleh
Bunda  Elisabeth  Gruyters  sejak  awal  mendirikan  biara  dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menerima  anak-anak  miskin,  memberikan  dasar  baik  dalam  hati mereka EG dalam Luisa, 2012:22. Melayani anak-anak panti asuhan
agar  mengalami  keselamatan  EG  dalam  Luisa,  2012:22  dan melayani  orang  orang-orang  yang  dalam  penderitaan  bagi  para
penderita  di  Rumah  Sakit  Calvarieberg  EG  dalam  Luisa,  2012:22. Dengan semakin bertambahnya kehadiran anak-anak miskin ini Bunda
Elisabeth  merasakan  betapa  besar  karya  Allah  dalam  seluruh  hidup dan karyanya. Nilai community yang perlu dibangun adalah perhatian,
penghargaan,  dikungan,  ramah,  sopan,  lemah  lembut,  penerimaan, persahabatan,  keterbukaan,  nyaman  dan  aman,  keterlibatan,
musyawarah, rekonsiliasi.
6. Proses Pembentukan Nilai Karakter