Membaca Cerita Anak BELAJAR MENYIMPULKAN ISI CERITA ANAK,
91
Bab 5
91
Ngompol
Kriiiing Jam weker Dino berdering nyaring. Dengan malas Dino membuka kelopak matanya.
Eits, ada yang lembab di kasurnya. Dino meraba perlahan seprei biru bergambar Mickey Mouse.
Tiba-tiba Dino terlonjak bangun. “Aduh, gawat, aku ngompol lagi,” desisnya dengan wajah cemas.
“Ibu pasti marah lagi.” Dan benar saja. Ibu Dino marah besar. Soalnya, baru kemarin Ibu mengganti
seprei Dino karena Dino ngompol di tempat tidur. Dino berangkat ke sekolah dengan wajah
lesu. Ingin rasanya ia menghilangkan kebiasaan buruknya itu, namun Dino tak tahu bagaimana
caranya. Libur panjang kenaikan kelas tahun ini, Dino berlibur ke tempat Nenek di Yogya. Ayah
mengantar Dino dengan kereta api. Di sepanjang perjalanan hanya satu yang ada di dalam benak
Dino. Bagaimana caranya agar ia tidak ngompol. Malu rasanya pada Nenek. Apalagi Nenek
sudah tua, kasihan jika Nenek harus mencuci seprei dua hari sekali. “Lha wong sudah kelas
empat, kok, masih ngompol”. Mungkin Nenek akan berucap seperti itu pada Dino.
Mereka tiba di Yogya pagi hari. Sorenya Ayah kembali ke Jakarta. Nenek telah menyediakan
sebuah kamar untuk Dino. Kamarnya kecil tapi rapi sekali. Nenek selalu membersihkan kamar itu
untuk berjaga-jaga jika ada anak atau cucunya yang akan menginap. Tak terasa malam mulai
menjelang. Suasana rumah Nenek yang masih pedesaan telah sunyi. Hanya suara binatang
malam yang terdengar bersahutan. Nenek, Dino dan Om Budi, adik bungsu Ayah, menyantap
makan malam. Nasi panas yang masih mengepul, orek tempe, gudeg, ayam goreng, dan sambal.
Dino makan dengan lahap. Nenek dan Om Budi hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan
kepala. Maklum, tubuh Dino yang lumayan gendut mampu menampung banyak makanan. Bahkan,
pisang ambon yang besar-besar hasil kebun Nenek, masih muat mengisi ruang lambung Dino.
Saat yang paling mendebarkan pun tiba. Waktunya tidur. Dino sangat gelisah. Miring ke
kiri salah. Putar ke kanan salah. Tengkurap salah, apalagi dengan perut kekenyangan. Akhirnya
Dino bangkit dari tempat tidur menuju meja kecil di sudut ruangan. Diraihnya sebuah plastik berisi
capung yang ditangkapnya sore tadi. Plastik itu diikat ujungnya dan diberi lubang kecil di
setiap sisinya untuk menjaga agar capung tetap dapat bernafas. Menurut Chandra, teman Dino,
salah satu obat untuk menghilangkan kebiasan ngompol adalah dengan membiarkan pusar
digigit capung. Dino mengangkat kausnya hingga pusarnya
kelihatan. Dengan ragu ia mendekatkan capung berwarna merah itu ke perutnya.
“Wadau” Dino menjerit kesakitan. Dengan tergopoh-gopoh Nenek masuk ke dalam kamar.
“Ada apa, No?” tanya Nenek dengan wajah khawatir. Seekor capung terbang di atas kepala
Nenek. Dino bercerita terus terang walau ia agak
malu. Nenek tertawa terkekeh-kekeh. Namun tiba-tiba wajah Nenek berubah serius. “Sebelum
tidur, kamu sudah buang air kecil, belum?” Dino memandang Nenek dengan heran.
“Belum, Nek,” kata Dino sambil menggeleng. “Aku tidak biasa buang air kecil sebelum tidur,”
lanjut Dino lagi. “Nah kalau begitu sekarang Dino buang air kecil dulu. Nenek jamin kamu ndak
ngompol.” Sinar matahari menerobos masuk melalui
celah jendela. Burung-burung berkicau ramai, membangunkan Dino. Begitu membuka matanya,
Kriiiing Jam weker Dino berdering n Dengan malas Dino membuka kelopak mat
Eits, ada yang lembab di kasurnya. Dino m perlahan seprei biru bergambar Mickey Mo
Tiba-tiba Dino terlonjak bangun. “Aduh, ga
92 92
Bab 5
Dino buru-buru bangkit dari tempat tidurnya dan meraba kasur. “Aku nggak ngompol” ucapnya tak
percaya. “Nek, Dino nggak ngompol lagi” teriak Dino menghambur ke arah Nenek yang tengah
menyediakan teh dan pisang goreng di ruang tengah.
Nenek tersenyum lalu membelai kepala Dino. “Resep tidak ngompol itu gampang, kan? Pusarmu
ndak perlu digigit capung. Cukup buang air kecil sebelum tidur. Kalau tengah malam ingin buang air
kecil, segera bangun. Tapi kalau takut, Dino boleh membangunkan Nenek atau Om Budi untuk diantar
ke belakang,” nasihat Nenek. “Terima kasih Nek,” ucap Dino sambil memeluk Nenek. Kemudian Dino
menyambar handuknya untuk segera mandi dan sarapan. Ia takut teh tubruk dan pisang gorengnya
jadi dingin. Oleh: Siti Nurlaela
Sumber: Bobo No. 04XXXI
Apakah kamu dapat memahami cerita “Ngompol” di atas. Hihihi, lucu bukan?
Pernahkah kamu mengalami hal yang serupa? Semoga saja tidak, ya. Puas membaca cerita
di atas, kamu dapat mengikuti kegiatan selanjutnya.