Mencatat Pokok-Pokok Cerita Anak Mencatat Kesimpulan Cerita

93 Bab 5 93 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. ƒ Siapa tokoh utama cerita ”Ngompol”? ƒ Apa yang menjadi inti masalah dari cerita di atas? ƒ Kapan peristiwa ngompol itu terjadi? ƒ Di mana latar cerita tersebut? ƒ Mengapa tokoh utama cerita tersebut ngompol? ƒ Bagaimana cara yang ditempuh tokoh utama cerita “Ngompol” untuk menghentikan kebiasaan buruknya itu? 2. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, sudah berhasilkah kamu mencari kesimpulan cerita “Ngompol”? Catatlah di dalam bukumu Kumpulkan

4. Membacakan Kesimpulan Cerita Anak

Petunjuk guru: Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa Guru menunjuk siswa untuk membacakan hasil pekerjaannya masing-masing. 1. 2. Apakah kamu sudah mendapatkan giliran dari gurumu untuk membacakan hasil pekerjaanmu? Oh, ya, ketika kamu membacakan kesimpulan cerita anak di depan kelas, ikuti trik- trik berikut. Simak, ya Trik Membacakan Kesimpulan Cerita Anak di Depan Kelas 1. Perbaiki posisi berdirimu. 2. Berdirilah dengan rilekssantai. 3. Bacakan kesimpulan anak dengan lantang. Jangan lupa, pergunakan lafal dan intonasi yang jelas agar teman- temanmu mengerti dan memahami perkataanmu.

D. BELAJAR MENULIS PUISI, YUK

D Musim hujan begini, latihan membuat puisi yang bertemakan hujan, yuk. Kamu akan lebih menghayati puisi yang akan kamu tulis. Mengapa? Kamu akan lebih mudah membayangkan tentang hujan. Sebelum mengikuti kegiatan-kegiatan dalam Belajar Menulis Puisi, Yuk, ikuti Sekilas Info berikut. Pada awalnya, puisi merupakan karangan terikat. Namun, pada saat ini, berdasarkan fakta yang ada, para penulis puisi tidak lagi memperhatikan aturan-aturan baku penulisan puisi, seperti: terikat oleh bait dan baris, satu kalimat, terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata, dan bersajak a-b, a-b. 1. 2. 3. 94 94 Bab 5 Jadi, kamu juga dapat, kok, menulis puisi dengan mudah. Namun, kamu perlu mengerjakan kegiatan berikut.

1. Menyebutkan Ciri-ciri Kalimat dalam Puisi

Ayo, simak baik-baik puisi berikut. KRAW ANG- B EK ASI Chairil Anwar Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati ? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi Sumber: www.chairilanwar.blogspot.com