Menemukan Unsur Latar dalam Cerita

122 122 Bab 6 untuk kami. Tetapi sekali lagi, terus terang saja aku ngantuk berat Sejak mengantri karcis, mataku sudah sulit kukendalikan. Ayah, Ibu, Kak Arsid tentu tidak tahu kalau aku mengantuk. Kini kami memasuki bioskop, duduk menghadap layar. Mataku benar-benar tak berdaya melihat layar yang tertimpa cahaya proyektor. Film dimulai. Kantukku tak tertahan. AC bioskop sungguh sejuk. Mataku benar-benar terpejam. Mungkin Kak Arsid, Ibu dan Ayah asyik dengan film itu. Mereka lupa kalau aku juga ikut menonton. “Kenalkan, aku Harry” kata bocah itu. Dia bertubuh tidak terlalu besar, bertampang manis dan berkacamata minus. “Harry? Ka …, Ka …, Kamu ..., Harry?” aku tak percaya. “Ya. Kalau kamu tak percaya, mari ikut aku.” Lalu, Harry membawaku ke tempat sepi. Harry memperlihatkan sebuah sapu. Sapu yang bagus sekali. Langsing berkilat dengan gagang dari mahagoni. Anyaman di ujungnya lurus dan rapi dengan tulisan emas Nimbus Dua Ribu di dekat puncaknya. Harry memanggil sapu itu, “Nimbus Dua Ribu” Lalu sapu itu terangkat sendiri ke udara, kira-kira setinggi sadel sepedaku. “Mari, kita naik bersama-sama” ajak Harry padaku. Setengah berani setengah takut, aku menuruti. Kami naik sapu itu seolah-olah naik sepeda berboncengan. Harry di depan dan aku memeluknya di belakang. “Berangkat.” Harry berteriak, dan sapu itu pun terbang. “Kita ke mana?” tanya Harry kemudian. “Antar aku ke toko buku,” kataku. “Ke mana?” “Di Blok M” Atas perintah Harry, sapu itu terbang menuju blok M. Tetapi sebelum tiba di Blok M, Harry mengajakku berkeliling-keliling. Kami meluncur di atas lapangan sepak bola Gelora Bung Karno. Lalu kembali melintasi atas Plaza Senayan. Dan, dengan kekuatan yang luar biasa, sapu itu berbalik arah, melesat ke jalan Jenderal Sudirman. Dengan leluasa aku dan Harry memandang bangunan kota Jakarta dari ketinggian. Beberapa orang yang melihat kami berteriak-teriak, “Ada sapu terbang. Ada sapu terbang.” Aku dan Harry hanya melambaikan tangan ke arah mereka. Beberapa saat kemudian sapu itu melesat di atas bundaran HI. Sapu itu menukik, miring ke kiri, ke kanan, tegak ke atas dan kembali meluncur lurus. Pintar sekali Harry memainkan Nimbus Dua Ribunya. Setelah beberapa saat berputar-putar, akhirnya kami kelelahan. Kemudian, kami memilih istirahat di Monas. Aku dan Harry mendarat tepat di atas Monas Baru kali ini aku dapat memeluk bongkahan emas di atas Monas “Oh, ya, namaku Markum,” kataku, tersenyum pada Harry. Uh, sombong sekali aku, tak memperkenalkan namaku sejak tadi. “Gimana, asyik kan naik sapu terbang?” “Ok’s banget, Har” “Sayang, kita tidak dapat lama-lama di sini. Aku harus kembali ke sekolah Hogwarts.” “Sekolah Hogwarts?” “Ya, apa kamu tahu?” “Tentu saja, Harry.” “Baiklah. Kita ke tujuan semula. Ke toko buku di Blok M.” Kami ke Blok M. Di sepanjang jalan yang kami lintasi, orang-orang berteriak- teriak, “Harry Potter Harry Potter. Ada Harry Potter.” Sapu terbang melesat ke udara, melintasi gedung-gedung pencakar langit Jakarta. Ketika sapu yang membawa kami menukik, tanganku 123 Bab 6 123 terlepas dari pegangan. Tubuhku tergelincir ke bawah. Aku menjerit, berteriak sejadi-jadinya. “Harrry. Harry Potter. Tolong aku.” Tubuhku terus saja meluncur ke tanah. Orang- orang yang kebetulan melihatku, menjerit-jerit ketakutan. “Toloooooonggg….. Tolong aku, Harry Potterrrrr.” “Kum. Markum. Kenapa kamu? Kamu ketiduran? Hey, ayo bangun. Filmnya sudah habis.” Tiba-tiba Ayah, Ibu, dan Kak Arsid membangunkanku. Orang-orang di dalam bioskop senyum-senyum ke arahku. Aku mengucek-ucek mata. “Harry Potternya mana, Bu?” tanyaku. “Filmnya sudah selesai, sayang.” Hah? Sudah selesai? Yaa, aku jadi tidak nonton. Tidak apa-apa. Aku sudah merasakan naik Nimbus Dua Ribu bersama Harry Potter meskipun hanya dalam mimpi. Oleh: Zaenal Radar T Sumber: Bobo No. 14XXX dengan pengubahan 5. Siapkan buku tugasmu. Catatlah hal-hal penting dalam cerita yang telah kamu dengarkan. 6. Temukan latar waktu, latar tempat, dan latar suasana dalam cerita itu. Jika kamu lupa, bukalah catatanmu. 7. Tuliskan secara terperinci mengenai latar waktu, latar tempat, dan latar suasana tersebut. 8. Simpan catatan tersebut untuk melewati petualangan berikutnya.

2. Menemukan Pesan atau Amanat Cerita

Kamu dapat meneruskan petualanganmu. Bila kamu lupa, kamu boleh membuka Teropong pada Bab 2. Carilah bagian yang menjelaskan tentang pesan atau amanat cerita. Ingat- ingat pula penjelasan gurumu pada waktu itu. Selanjutnya, kamu dapat melewati petualangan berikut. 1. Siapkan catatan pada petualanganmu yang telah lalu. 2. Ingatlah kembali cerita yang telah kamu dengarkan. Kamu dapat membuka catatanmu bila kamu lupa. 3. Temukan pesan cerita tersebut. 4. Tuliskan secara terperinci mengenai pesan yang telah kamu temukan. 5. Kumpulkan tulisan tentang latar dan pesan cerita itu. Mintalah nilai kepada gurumu. 1 Si k t t d t l 124 124 Bab 6

E. TANTANGAN SANG PETUALANG

1. Perhatikan jadwal perjalanan berikut. Jadwal Enam Penerbangan Terkini AK 1004 Air Asia Kuala Lumpur - Yogyakarta 13.25 7P-232 Batavia Surabaya - Yogyakarta 13.40 GA-246 Garuda Yogyakarta - Denpasar 13.35 KI-109 Adam Air Yogyakarta - Jakarta 14.05 GA-209 Garuda Yogyakarta - Jakarta 13.40 GA-421 Garuda Mataram - Yogyakarta 14.25 Misal kamu sedang di kota Surabaya. Kamu ingin pergi ke Yogyakarta. Berdasarkan jadwal penerbangan tersebut, kamu harus naik pesawat Batavia pada pukul .... a. 13.25 c. 13.35 b. 13.40 d. 14.05 2. Misal ayahmu yang ada Kuala Lumpur. Beliau ingin bertemu dengan kamu di Yogyakarta. Berdasarkan jadwal penerbangan tersebut, ayahmu harus naik pesawat apa? a. Garuda c. Garuda b. Adam Air d. Air Asia Jangan Salah Pilih Sumber: www.gudeg.net 3. Perhatikan daftar menu pada halaman 127. Misal kamu ingin makan siang dengan bakmi goreng seafood. Berapakah kamu harus membayar? a. Rp 10.000,00 b. Rp 9.000,00. c. Rp 7.000,00. d. Rp 6.000,00. 4. Misal kamu hanya memiliki uang Rp 5.000,00. Menu apa yang seharusnya kamu pilih? a. Bihun goreng seafood. b. Bakmi goreng vegetarian. c. Nasi putih dan kerang hijau saus tiram. d. Tahu kipas.