Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam PP.55 Tahun 2007 Pasal 21. 1. Pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al Qur’an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis. 2. Pendidikan diniyah nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berbentuk satuan pendidikan. 3. Pendidikan diniyah nonformal yang berkembang menjadi satuan pendidikan wajib mendapatkan izin dari kantor Departemen Agama KabupatenKota setelah memenuhi ketentuan tentang persyaratan pendirian satuan pendidikan. 4 Dengan PP 55 Tahun 2007 tersebut, negara menyadari keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di Indonesia yang perlu diakomodir. Keberadaan peraturan perundangan tersebut telah menjadi tongkat penopang bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya. Kurikulum madrasah diniyah takmiliyah awaliyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan akomodatif, sebagaimana tercantum dalam PP No.57 tahun 2007 pasal 25 ayat 5 yang berbunyi “Penyelenggaraan diniyah takmiliyah dapat dilaksanakan secara terpadu dengan SDMI, SMPMTs, SMAMA, SMKMAK atau pendidikan tinggi”. 5 Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen Agama Pusat, Kantor 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007, h. 7. 5 Ibid., h. 8. WilayahDepag Propinsi dan Kantor Departemen Agama KabupatenKotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah, keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan madrasah diniyah. Seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan pendidikan agama, madrasah diniyah pun ikut serta melakukan pembaharuan dari dalam. Organisasi penyelenggaraan madrasah diniyah takmiliyah atau yang biasanya tergabung dalam suatu wadah yang bernama FKDT Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama, namun disesuaikan dengan kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah Diniyah menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan persepsinya masing-masing. Pengembangkan kurikulum yang bersifat fleksibel tersebut seringkali memunculkan perbedaan kurikulum madrasah diniyah yang berada di berbagai wilayah, termasuk juga di wilayah Kabupaten Bogor. Memaknai perbedaan tersebut bisa mengindikasikan hal positif tapi juga bisa menjadi hal negative. Positif karena dengan perbedaan tersebut berarti pelaksana pendidikan di madrasah diniyah mampu mengembangkan kurikulum dengan menyesuaikan antara standarisasi yang telah dibuat dengan pola pengembangan madrasah diniyah yang dikelolanya. Namun juga bisa menjadi hal negative jika tidak ada titik temu antar madrasah diniyah di Kabupaten Bogor sehingga tidak ada keseragaman bahkan bisa menimbulkan kesenjangan jika tidak diakomodir oleh Departemen Agama bidang pendidikan Islam di wilayah Kabupaten Bogor. Berangkat dari permasalahan di atas maka secara rinci penulis bermaksud mengkaji keberadaan madrasah diniyah melalui penelitian yang berjudul “Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah di Kabupaten Bogor”.

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan pengembangan kurikulum madrasah diniyah sebagai mana yg tertuang didalam Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan standar penilaian pendidikan. 6 Dalam penelitian ini, penulis akan lebih mengkaji pada standar isi pendidikan yang didalamnya termasuk standar kurikulum yang menjadi focus penelitian. Posisi kurikulum dalam pendidikan adalah construct yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan. Pelaksanaan kurikulum harus fokus pada aspek-aspek yang menjadi pedoman agar pelaksanaan kurikulum bisa seiring sejalan dengan tujuan pendidikan. Adapun fokus kurikulum tersebut yaitu TIME Tujuan, Isi, Metode, Evaluasi. 7 Bagian ini menggambarkan kondisi Diniyah Takmiliyah saat ini yang dilihat dari berbagai sudut pandang yakni aspek kelembagaan, manajemen, kurikulum, keadaan tenaga pengajar, keadaan murid, pendanaan, dan evaluasi. 1. Aspek Kelembagaan Secara umum kelembagaan diniyah takmiliyah masih menghadapi problema tersendiri, diantaranya: a. Aspek penyelengaraan, diniyah takmiliyah ada yang bernaung dibawah ormas islam seperti NU, Persis, Muhammdiyah. Ada juga perorangan dan yayasan juga DKM masjid dan pesantren. Keragaman ini menimbulkan perbedaan orientasi dan kepentingan. b. Kuantitas diniyah takmiliyah lebih menonjol tanpa dibarengi kualitas dalam pengelolaan. 6 Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, h.10-11 7 Bahan Ajar Perkuliahan Perencanaan Kurikulum, Makalah Tidak Diterbitkan c. Hambatan psikologis karena sebagai pendiri diniyah takmiliyah sejak awal, sebagai pengelola tokoh agama, ormas islam, yayasan tidak mudah menerima perubahan yang datang dari luar termasuk pemerintah 2. Aspek Manajemen Pelaksanaan manajemen diniyah takmiliyah DT masih ada permasalahan diantaranya: a. DT yang dikelola ormas islam atau pesantren, yayasan biasanya tidak ada pemisahan yang jelas antara pemimpin dan penanggung jawab DT kepala DT dalam tugas-tugas kependidikan sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan, hak dan kewajiban. b. Sentralisasi keuangan, pengankatan kepala DT dan guru biasanya diserahkan kepada Pimpinan ormas islam, yayasan, ketua DKM. 3. Aspek kurikulum Kemenag RI dan Kemenag Provinsi telah menerbitkan kurikulum bagi Diniyah Takmiliyah DT namun masih ada permasalahan yakni tidak seragamnya penggunaan kurikulum ditingkat DT tersebut ada yang full dari kemenag, ada juga yang kombinasi artinya dari kemenag dan kurikulum dari DT tersendiri bahkan ada DT yang tidak menggunakan kurikulum dari kemenag yang mengakibatkan tidak ada standar evaluasi. 4. Tenaga Pengajar SDM Banyak kekurangan pada aspek tenaga pengajar di Diniyah Takmiliyah diantaranya: a. Mengajar di DT hanya sampingan artinya bukan profesi maka ada anekdot mengajar di DT merupakan “tenaga Sisa” b. Tingkat pendidikan beragam bahkan hanya tamat SMP atau SMA c. Tidak sesuai dengan jumlah santri 5. Keadaan murid atau santri Diniyah Takmiliyah Berada pada era digital seperti saat ini menambah tantangan bagi Diniyah, karena tidak sedikit anak usia diniyah takmiliyah saat ini lebih memilih menikmati waktu untuk bermain dengan gadget dibandingkan harus menimba ilmu agama di madrasah diniyah. Sehingga banyak madrasah diniyah yang jumlah siswasantrinya sangat sedikit sekali atau terjadi penurunan yang sangat drastis dibandingan beberapa tahun kebelakang. 6. Pendanaan Pengelola Diniyah Takmiliyah DT mungkin harus ikhlas beramal karena dana yang diperoleh DT sangatlah minim , biasanya dana diperoleh dari: a. Uang syariyahbulanan biaya itu tidak seragam setiap DT- nya dan tidak bisa memenuhi biaya oprasional bahkan hanya unutk honor gurupun. b. Zakat,infak,sodaqoh yang tentu hanya sealakadarnya saja dan tidak menentu atau tidak rutin. 7. Evaluasi Walaupun Diniyah Takmiliyah tergolong pendidikan tradisional tetapi salalu ada evaluasi walaupun seadanya biasanya evaluasi itu di lakukan pada waktu ulangan bulanan, ujian ahir semester dan ada imtihan atau kenaikan kelas. Bahkan kemenag tingat provinsi dan kota selalu mengadakan evaluasi dengan memberikan soal, namun masih ada kendala yaitu tidak meratanya DT melakukan evaluasi yang diberikan oleh kemenag karena : a. Kurikulum yang tidak dilaksanakan secara penuh oleh DT b. Pengawasan oleh pengawas kemenag sangat jarang dilakukan c. Berkas ujian yang harus dibeli sedangkan dana DT tidak memadai. Uraian diatas merupakan gambaran madrasah diniyah dengan segala permasalahanya termasuk didalamnya posisi kurikulum sebagai acuan atau dasar dalam pelaksanaan pembelajaran, yang mana didalamnya terdapat Tujuan, Isi, Metode, dan Evaluasi dari kurikulum. Maka dari itu, proses penyususnan kurikulum harus dibuat dengan sebaik mungkin dengan target atau goal yang jelas sehingga pada akhirnya bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas dari hasil pendidikan yang bermutu.

C. Fokus Masalah

Mengacu kepada identifikasi di atas maka fokus penelitian dibatasi pada upaya yang dilakukan pihak madrasah diniyah dalam pengembangan kurikulum. Penulis memfokuskan tinjauannya pada aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum madrasah diniyah, yaitu sistem manajerial yang dilakukan di madrasah diniyah. Adapun untuk fokus madrasah yang dipilih akan penulis bagi menjadi tiga kategori yaitu madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang dikelola oleh perorangan atau swadaya, madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang terpadu dengan sekolah formal, dan madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang dikelola oleh pesantren.

D. Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana pengembangan kurikulum madrasah diniyah takmiliyah awaliyah di Kabupaten Bogor ?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang : 1. Upaya pengelola MDTA dalam upaya pengembangan kurikulum. 2. Pengembangan kurikulum MDTA di Kabupaten Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi adalah : 1. Manfaat akademis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang hakikat kurikulum, pengembangan serta pelaksanaannya agar madrasah diniyah bisa terus seiring sejalan dengan sekolah formal. 2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan serta menambah paradigma baru bagi pengelola madrasah dalam mengembangkan kurikulum madrasah.