perempuan. MDTA Tarbiyatul Falah dikepalai oleh Bapak Rahmat, S.Pd.I yang juga merangkap sebagai tenaga pendidik, dengan latar belakang
pendidikan S1 Pendidikan Agama Islam. Sementara tenaga pendidik berjumlah 7 orang dengan 1 satu orang lulusan pendidikan tinggi S1 dan 6
enam orang lulusan SLTA dan pesantren.
35
Jumlah perbandingan antara santri dengan tenaga pendidik sudah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendis
Nomor 3201 Tahun 2013 yakni ”Di setiap MDTA tersedia 1 satu orang
guru untuk 40 orang peserta didik, jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar unt
uk MDTA tidak melebihi 40 orang”. Jika melihat lokasi MDTA yang berada ditengah kawasan industri, jumlah santri bisa
dikatakan cukup karena sebagaimana diketahui jika mayoritas orang tua bekerja, maka sedikit waktu bagi orangtua untuk dapat mengontrol waktu
belajar putraputrinya di siang hari. b
Sarana dan Prasarana Proses belajar mengajar berlangsung di gedung milik sendiri yang berada
disamping kediaman kepala madrasah, yang mana ruangan tersebut juga dipergunakan untuk kegiatan PAUD pada pagi hari, dan Madrasah Diniyah
pada siang hari. Proses pembelajaran dibagi menjadi 2 dua rombel dan 2 dua gelombang setiap harinya, kegiatan pembelajaran dilakukan secara
lesehan, dan tidak terdapat ruang ibadah dan praktikum yang terpisah. Semua proses pembelajar dilakukan di dalam ruang kelas.
36
c Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan MDTA ini mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat tahun 2010
yang meliputi pelajaran al- qur’an, hadist, aqidah, akhlak, fiqih, tarikh islam,
bahasa arab, dan muatan lokal didalamnya yakni pelajaran Imla’. Sementara
itu, alokasi jam pelajaran hanya mencapai 15 jam pelajaran per minggu. Buku teks yang digunakan guru dan siswa bersumber dari buku referensi yang
35
Dokumen Profil MDTA Tarbiyatul Falah
36
Wawancara dengan Kepala MDTA Tarbiyatul Falah
dikeluarkan oleh kementerian agama dan dilengkapi oleh buku penunjang yang digunakan oleh guru masing-masing.
Pembelajaran dilaksanakan dari Senin sd Sabtu dimulai pukul 13.00 sd 14.30 untuk gelombang 1 kelas 1 dan 2, dan dilanjutkan pukul 14.30 sd
15.00 untuk gelombang 2 kelas 3 dan 4 setiap harinya, MDTA ini berupaya melakukan pengaturan jam belajar karena keterbatasan ruang atau rombel
sebagai sarana belajar mengajar yang dilakukan di MDTA Tarbiyatul Falah.
37
B. Implementasi Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Di
Kabupaten Bogor 1.
Perkembangan MDTA di Kabupaten Bogor
Perkembangan Madrasah Diniyah Takmiliyah di Kabupaten Bogor dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Perkembangan MDTA di Kabuapten Bogor 2011-2015 Tahun
2011 2012
2013 2014
2015
Jumlah 1040 1124
1152 1164
1175
Sumber : Data PD Pontren Kemenag Kab.Bogor Tahun 2015
Data di atas menunjukkan bahwa perkembangan jumlah Madrasah Diniyah Takmiliyah di Kabupaten Bogor setiap tahunnya megalami
peningkatan secara jumlah prosentasenya berturut-turut sejak tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 yakni sekitar 7,5, 2,4, 1, dan 0,9. Akan
tetapi peningkatan jumlah secara kuantitas tersebut seharusnya dibarengi juga dengan peningkatan kualitas MDTA yang ada di Kabupaten Bogor agar
MDTA yang ada bisa benar-benar menjadi lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu agama sebagai pondasi bagi generasi bangsa agar
senantiasa taat dan patuh terhadap perintah dan larangan agama, juga menjadi insan yang memiliki akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penetapan Visi dan Misi Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang diteliti semuanya memiliki visi lembaga, namun tidak semua merumuskan misi untuk bisa mencapai visi
37
Wawancara dengan Kepala MDTA Tarbiyatul Falah
yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pengurus MDTA menganggap bahwa visi dan misi masih sebatas dokumen semata. Padahal seharusnya Visi
yang telah ditetapkan harus juga dilengkapi dengan Misi sebagai langkah demi langkah yang dilakukan agar visi yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Proses penetapan visi dan misi MDTA masih terpusat pada pimpinan yayasan dan kepala madrasah. Hal ini terjadi karena Manajemen MDTA
belum bisa disamakan dengan Manajemen Sekolah Formal karena peran figur atau tokoh penyelenggara masih dominan dan sangat berpengaruh dalam
perkembangan dan eksistensi MDTA di masyarakat pada saat ini. Visi dan misi belum dijadikan landasan bagi lembaga dalam melaksanakan
berbagai kegiatan MDTA baik secara manajerial maupun operasional sehingga visi dan misi tersebut bisa tercapai. Hal ini cukup disayangkan
karena visi dan misi seharusnya menjadi mesin penggerak madrasah diniyah takmiliyah awaliyah baik secara manajerial maupun operasional.
Tenaga pendidik atau kependidikan yang lainnya tidak mengetahui persis bagaimana rumusan visi dan misi sampai akhirnya ditetapkan sebagai visi dan
misi lembaga. Guru dan karyawan menerima hasil matang visi dan misi yang ditetapkan pada rapat kordinasi yang dilakukan oleh madrasah diniyah
takmiliyah awaliyah
3. Penentuan kebijakan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah
a. Komunikasi Yayasan dan Kepala Madrasah
Kemandirian dalam pendanaan berdampak pada madrasah yang harus berupaya membidik costumer dengan mencitrakan penampilan MDTA
yang khas dan dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Hal ini perlu untuk membuat kepuasan orang tua yang menitipkan anaknya dan menimbulkan
kepercayaan, sehingga pada akhirnya orang tua akan secara tidak langsung membantu dalam mempromosikan MDTA kepada orang tua lainnya.
Kejelian inilah yang membuat pengelola harus beradaptasi dengan berbagai perubahan dan melakukan berbagai analisa sebelum kebijakan
ditetapkan. Kemandirian madrasah tidak berarti lepas kendali dari kontrol