1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas melakukan penyusunan standart nasional untuk seluruh mata pelajaran di Sekolah
Menengah Atas yang mencakup standart kompetensi dasar materi pokok dan indikator pencapaian. Sesuai jiwa otonomi pemerintah daerah,
Depdiknas memiliki kewenangan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman
belajar serta instrumen penilaiannya. Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang
menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional,
mencakup komponen: pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketaqwaan dan
kewarganegaraan. Melihat keadaan siswa SMA 6 Semarang yang memiliki
kemampuan dalam mata pelajaran Matematikanya cukup baik dan tingkat intelektualnya juga cukup baik serta jumlah guru yang sudah
mencukupi serta sudah berpengalaman, seharusnya dalam kegiatan pembelajaran matematika dapat memperoleh hasil optimal sesuai dengan
2
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pekerjaan guru yang cukup berat, karena harus menguasai beberapa aspek seperti: materi, teori
belajar, teori mengajar, menganalisis setiap nilai ulangan harian dengan meremidal sampai harus tuntas dan menggunakan metode yang tepat
berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Namun kondisi siswa masih dianggap kurang kreatif dalam belajar matematika
khususnya pada pokok bahasan Geometri Ruang. Hal ini sering dihambat oleh cara mengajar yang terutama menekankan belajar
ketrampilan dalam program sekolah biasa tidak melakukan pembelajaran secara KBK, sehingga mereka tidak pernah mengalami
getaran jiwa berfikir kreatif. Pokok bahasan geometri ruang di tingkat sekolah menengah atas
mempunyai sekelompok pengertian yang tidak didefinisikan, dapat diberi arti apa saja asal memenuhi aksioma-aksioma. Kebenaran aksioma
tidak dipersoalkan, tetapi seluruh kelompok aksioma harus memenuhi syarat-syarat yang konsisten, lengkap dan tidak mengandung dependensi
bergantung pada aksioma lain Pada dasarnya grometri ruang di tingkat menengah atas
mempunyai nilai didik yang lebih tinggi bagi anak-anak yang akan terjun ke masyarakat maupun anak-anak yang hendak melanjutkan
pendidikan di Perguruan Tinggi, melihat begitu pentingnya materi geometri ruang di tingkat sekolah menengah atas, siswa SMA 6 masih
belum menunjukkan ketuntasannya baru mencapai 54,17 dalam
3
belajar geometri ruang, sehingga belum menimbulkan adanya kreativitas dalam mengabstraksikan suatu benda ruang.
Kemungkinan belum tepatnya dalam memilih proses pembelajaran, maka guru harus berusaha mengembangkan proses
pembelajaran yang sesuai dengan KBK yang sudah diterapkan serentak pada tahun pelajaran 2004-2005. Salah satu dari komponen penting
pendidikan berbasis kompetensi yang perlu dikembangkan adalah menumbuhkan kreativitas siswa secara optimal. Begitu pentingnya
pengembangan kreativitas siswa dapat diamati dari bergesernya peran guru, yang semula hanya mendominasi kelas dan kini diharapkan lebih
banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran yang lebih aktif dan kreatif serta dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan sehingga mendapatkan proses pembelajaran yang lebih efektif. Kreativitas siswa dimungkinkan tumbuh dan berkembang
dengan baik, apabila lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah dan turut menunjang mereka dalam
mengekspresikan kreativitasnya. Berdasarkan perubahan kurikulum tahun ajaran 1994 ke
kurikulum tahun ajaran 2004, guru yang melaksanakan pembelajaran kooperatif kelas X di SMA 6 Semarang masih cukup rendah, belum
menerapkan pembelajaran yang berdasarkan KBK. Selain itu adanya nilai harian materi ruang dimensi tiga pokok bahasan geometri ruang
tahun sebelumnya, prosentase ketuntasan belajar siswa kelas X SMA 6
4
Semarang yang mendapat nilai ≥ 60 baru mencapai 54,17 serta
dalam pembelajaran matematika pada materi geometri ruang tahun sebelumnya belum bisa menunjukkan pemahaman konsep yang
diajarkan. Pada dasarnya portfolio sebagai strategi pembelajaran merupakan
usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun
kelompok. Kemampuam tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang
ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam
pekerjaannya tugas-tugasnya. Selanjutnya kreativitas akan dapat ditimbulkan apabila diterapkan pembelajaran yang memerankansiswa
dalam banyak kegiatan. Salah satu kegiatan tersebut dipilih pembelajaran kooperatif learning siswa diharapkan dapat berinteraksi
secara konduksif antar siswa. Dipilih kooperatif model jigsaw diharapkan siswa akan dapat melakukan pembagian tugas dalam belajar.
Pada penelitian ini pembelajaran geometri ruang dengan memilih strategi kooperatif learning
model jigsaw.
1.2. Masalah dan Fokus Masalah 1.2.1 Masalah