Prospek Penelitian Belajar MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI RUANG MELALUI PEMANFAATAN PORTFOLIO DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

6 1.4.2. Sebagai informasi tentang kreativitas belajar siswa pada pembelajaran matematika khususnya geometri ruang dalam model jigsaw melalui pemanfaatan portfolio.

1.5. Prospek Penelitian

Adapun prospek penelitian ini diharapkan setiap sekolah menengah atas ikut dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang mencakup standar kompetensi dasar materi pokok bahasan geometri ruang dan indikator pencapaiannya. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar

Adapun penemuan baru dalam teori belajar, diketahuinya perkembangan intelektual anak, memberi kemudahan bagi guru memilih strategi mengajar sesuai dengan lingkungan belajar dan perkembangan anak. Belajar merupakan: 1 proses aktif pelajar mengkonstruksi arti antara teks, dialog, pengalaman fisi dan lain-lain, 2 proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan, dan 3 suatu proses pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Suparno 1997: 61-62. Belajar tuntas adalah sistem pengajaran yang tepat siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Tingkat keberhasilan siswa di sekolah sangat ditentukan oleh tingkat kecerdasan bawaannya atau IQ-nya. Belajar tuntas ini dapat mengembangkan suatu sistem pengajaran sehingga semua siswa diharapkan dapat menguasai sejumlah tujuan pendidikan. Suryosubroto 2002: 96. Berdasarkan teori belajar tuntas, seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu 8 menyelesaikan atau mencapai minimum 65, sekurang-kurangnya 85 dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut. Mulyasa 2002: 99. Penetapan nilai standart ketuntasan belajar minimum SKBM dilakukan melalui analisis ketuntasan minimum pada setiap KD Kompetensi Dasar. Setiap KD dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan belajar minimal dan penetapannya harus memperhatikan . Penetapan nilai standart ketuntasan belajar minimum adalah sebagai berikut: a Tingkat esensial kepentingan setiap KD terhadap SK standar Kompetensi yang dicapai oleh siswa pada setiap tahun pelajaran. Contoh: KD yang sangat esensial, harus dicapai oleh siswa 100, sedangkan KD yang sifatnya pendukung dapat dicapai oleh siswa kurang dari 100. b Tingkat kompleksitas kesulitan dan kerumitan setiap KD yang harus dicapai oleh siswa. c Tingkat kemampuan intake rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan misal untuk kelas X diambil dari rata-rata nilai mata pelajaran matematika pada waktu PSSBPendaftaran Seleksi Siswa Baru. d Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah. Depdiknas,2006:1

2.2. Mengajar