2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
Cooperative Learning. 4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku
sumber. 5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi
dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw adalah
sebagai berikut: 1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok. Jumlah
anggota kelompok menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa yang akan dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya. Kelompok ini disebut kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw
gigi gergaji. 2. Setiap siswa anggota kelompok asal diberi tugas mempelajari salah
satu bagian materi pembelajaran tersebut. 3. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli Counterpart GroupCG.
4. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. 5. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok
asal, selanjutnya dilakukan presentasi untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
6. Guru memberikan evaluasi Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
kepada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif. Untuk lebih jelasnya tehnik pembelajaran kooperatif Jigsaw
dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2. Pembentukan Kelompok Jigsaw
7. Media Pembelajaran IPS
Istilah media berasal dari bahasa Latin, yaitu bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna
umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media itu lebih
populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah aplikasi komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut media pembelajaran. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan
massage, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
Kelompok Asal 1
Kelompok Asal 2
Kelompok Asal 3
Kelompok Asal 4
Kelompok Asal 5
Kelompok Asal 6
Kelompok Asal 7
Kelompok Asal 8
Kelompok Ahli 1
Kelompok Ahli 2
Kelompok Ahli 3
Kelompok Ahli 4
Kelompok Ahli 4
Belajar Materi 1
Belajar Materi 2
Belajar Materi 3
Belajar Materi 4
Belajar Materi 5
peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
9
Penggunaaan media secara kreatif dapa memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih
baik, dan meningkatkan performance mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
1 Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehinga
kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci, yaitu:
1 menyampaikan materi pembelajaran dapat diseragamkan 2 proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3 proses pembelajaran lebih intensif 4 efisiensi dalam waktu dan tenaga
5 meningkatkan kualitas hasil belajar anak didik 6 media memungkinkan proses belajar dapat didlakukan di mana saja
dan kapan saja
2 Jenis-Jenis Media Pembelajaran
1. Media Cetak, contohnya: buku, majalah dan modul, selain itu tulisan bagan gambar yang difoto kopi ataupun hasil reproduksi
sendiri, dapat juga dikategorikan sebagai media cetak. 2. Media Elektronik, contohnya: Perangkat Slide atau film bingkai,
Film strips, Rekaman, Overhead Transparansi , Video TapeVideo Casette.
3. Media Realita, adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realita tidak harus
dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak peserta didik melihat langsung observasi
9
Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Makasar : Universitas Negeri Makasar h. 111
benda nyata tersebut ke lokasinya. Media realita sangat bermanfaat terutama bagi peserta didik yang tidak memiliki pengalaman
terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari binatang langka, peserta didik diajak melihat anoa, badak, harimau, yang
ada di kebun binatang. Media yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah media
visual berbasis cetakan yaitu foto dan gambar “peristiwa penting
dalam keluarga dan dokumen pribadi ”.
8. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian tempat
ini merupakan bahan untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal yang baru. Sebab belajar pada hakikatnya adalah
mendapatkan hal-hal baru. Macam-Macam Sumber Belajar, yaitu:
1. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan
tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya
perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan sebagainya.
2. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu
dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.
3. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan
dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
4. Buku, yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik, dapat dikategorikan sebagai sumber
belajar. Misalnya buku pelajaran, buku tulis, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
5. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru
dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.
10
10
Majid A, Perencanaan Pembelajaran Bandung PT. Remaja Rosda Karya, cet-8, 2011 h. 171