Berdasarkan hasil perhitungan validitas instrumen tes hasil belajar biologi yang terdiri dari 40 item soal, didapat 30 item soal dengan validitas baik dan 11
item soal dengan validitas buruk, adapun item soal yang memiliki validitas buruk adalah item soal no 4, 8, 12, 13, 16, 23, 26, 34, 35, dan 40. Perhitungan validitas
instrumen dengan menggunakan program ANATES pilihan ganda ver 4.0.9
6
2. Uji Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas dilakukan untuk menunjukan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya, yaitu konsisten atau tetap apabila diujikan berkali-kali.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus yang dikemukakan Kuder-Richardson K-R 20, adalah sebagai berikut :
7
∑
Keterangan : r
11
= Reliabilitas tes secara keseluruhan p
= proporsi subjek yang menjawab item yang benar q
= proporsi subjek yang menjawab item yang salah q=1-p ∑pq = jumlah hasil pekalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Klasifikasi interpretasi reliabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut:
6
Lampiran, hal. 82
7
Suharsimi Arikunto, Op.Cit h. 100-101.
Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas
Nilai Korelasi Interpretasi
r
11
≤0,20 0,20 r
11
≤0,40 0,40r
11
≤0,70 0,70r
11
≤0,90 0,90r
11
1,00 r
11
= 1,00 Tidak ada korelasi
Korelasi rendah Korelasi sedang
Korelasi tinggi Korelasi sangat tinggi
Korelasi sempurna
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas tes didapat hasil sebesar r11= 0.81 dari 30 butir soal yang valid. Hal ini dapat dinyatakan memiliki reliabilitas tinggi
dan selanjutnya dapat dipergunakan dalam penelitian. Perhitungan reliabilitas instrumen dengan menggunakan program ANATES pilihan ganda ver 4.0.9.
8
3. Uji Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal yaitu sukar, sedang atau mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap
butir soal tersebut, dapat ditentukan dengan rumus:
9
Keterangan : P = indeks kesukaran
B = jumlah keseluruhan siswa yang menjawab soal benar N = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria taraf kesukaran yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya, semakin besar indeks
8
Lampiran, hal. 82
9
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 208
yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun criteria indeks taraf kesukaran soal tersebut adalah:
10
Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran
Nilai Dp Interpretasi
– 0,25 Sukar
0,26 – 0,75
Sedang 0,76
– 1 Mudah
Berdasarkan pengujian tingkat kesukaran instrumen penelitian dari 40 soal, didapatkan kategori soal yang termasuk sangat mudah sebanyak 5 soal, yaitu pada
nomer soal 10, 16, 17, 25, dan 35. Kategori soal yang termasuk mudah sebanyak 5 soal, yaitu pada nomer soal 9, 13, 18, 24, dan 34. Kategori soal yang termasuk
sedang sebanyak 25 soal, yaitu pada nomer soal 1, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 14, 15, 19, 20, 21, 22, 26, 27, 28, 29, 30, 33, 36, 37, 38, 39, dan 40. Kategori soal yang
termasuk sukar sebanyak 4 soal, yaitu pada nomer soal 2, 8, 31, dan 32. Den kategori soal yang termasuk sangat sukar sebanyak 1 soal, yaitu pada nomer soal
23. Perhitungan taraf kesukaran instrumen dengan menggunakan program ANATES pilihan ganda ver 4.0.9.
11
4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut
indeks diksriminan. Indeks diskriminan ini dikenal dengan tanda negatif yang berarti bahwa suatu soal itu terbalik dalam mengukur kemampuan siswa. Rumus
yang digunakan untuk menemukan indeks diskriminan adalah :
12
10
Ibid, h. 210
11
Lampiran, hal.82
12
Suharsimi, Arikunto, Op. Cit., h. 213-214.
Keterangan : D
= daya pembeda B
A
= jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab soal denganbenar J
A
= jumlah peserta tes kelompok atas B
B
= jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar J
B
= jumlah peserta tes kelompok bawah PA
= proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab soal benar PB
= proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal benar. Adapun klasifikasi dari daya pembeda soal :
13
Tabel 3.6 Klasifikasi Interpretasi Daya Beda
D ≤ 0 Sangat jelek
0,01 D ≤ 0,20 Jelek
0,20 D ≤ 0,40 Cukup
0,40 D ≤ 0,70 Baik
0,70 D ≤ 1,00 Baik sekali
Berdasarkan pengujian daya pembeda instrumen penelitian dari 40 soal, didapatkan kategori soal yang termasuk sangat buruk sebanyak 5 soal, yaitu pada
nomer soal 4, 16, 23, 26 dan 40. Kategori soal yang termasuk jelek sebanyak 7 soal, nomor soalnya adalah 8, 12, 13, 17, 25, 34, dan 35. Kategori soal yang
termasuk cukup sebanyak 5 soal, nomor soalnya adalah 9, 10, 18, 28, dan 30. Kategori soal yang termasuk baik sebanyak 18 soal, nomor soalnya adalah 2, 5, 7,
11, 14, 15, 19, 20, 21, 22, 24, 27, 29, 33, 36, 37, 38, dan 39. Kategori soal yang termasuk baik sekali sebanyak 5 soal, nomor soalnya adalah 1, 3, 6, 31, dan 32.
Perhitungan daya beda instrumen dengan menggunakan program ANATES pilihan ganda ver 4.0.9
14
13
Suharsimi Arikunto, Op. Cit. h. 218
14
Lampiran, hal. 82
G. Teknik Analisis Data
Dari data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik dan melakukan perbandingan terhadap dua kelas tersebut untuk mengetahui kontribusi
strategi pembelajaran aktif tipe learning start with a question terhadap hasil belajar biologi siswa konsep virus, namun sebelumnya dilakukan terlebih dahulu
dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas, sebagai berikut:
1. Uji N-Gain
Uji ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor pretest dan posttest. Perhitungan indeks n-gain dilakukan terhadap skor hasil belajar siswa dari
kelompok eksperimen dan Kontrol. Perhitungan menggunakan normalized gain menurut Hake dilakukan untuk menghindari adanya bias penelitian yang
disebabkan perbedaan indeks gain akibat nilai pretes yang berbeda dari kelas eksperimen dan Kontrol. Untuk menganalisis N-Gain digunakan rumus
Normalized-Gain.
15
Dengan kategori :
Tabel 3.7 Kriteria N-Gain
16
Rentang Kriteria
n- g ≥ 0.7
Tinggi 0.3 ≤ n-g 0.7
Sedang n-g 0.3
Rendah
15
David E. Meltzer, The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores, p.1,
Tersedia Online: http:physicseducation.netdocsAddendum_on_normalized_gain.pdf Pada 31214,
16
Richard R. Hake, Analyzing ChangeGain Scores, 1999, p.1, Tersedia Online: www.physics.indiana.edu
,, Pada 241214.
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu liliefors.
Langkah-langkah uji liliefors adalah sebagai berikut:
17
1 Hipotesis H0 = Data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
Hi = Data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidaknormal. 2 Pengamatan X
1
, X
2
,..... Xn dijadikan bilangan baku Z
1
, Z
2
,.... Zn dengan menggunakan rumus
x dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel.
3 Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang Fz
i
= Pz ≤ z
i
4 Selanjutnya dihitung proporsi Z
1
, Z
2
, ..... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh SZi, maka:
5 Hitung selisih FZi – SZi pada masing-masing kemudian tentukan harga
mutlak. 6 Ambil harga L
hitung
yang paling besar kemudian dibandingkan dengan nilai L
tabel
dari tabel liliefors. Sebutlah harga terbesar ini adalah Lo. 7 Tentukan kriteria pengujian.
L0 L
tabel
maka H0 diterima, yang berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
L0 L
tabel
maka H0 ditolak, yang berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data ini adalah untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan.
17
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005, h. 466-467
Kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji fisher. Dengan rumus :
18
Keterangan : F
= Uji fisher S
1 2
=Variansi Terbesar S
2 2
= Variansi terkecil Tentukan Kriteria Pengujian
1 Jika F hitung ≤ F tabel maka Ho diterima, berarti varians kedua
populasi homogen. 2 Jika F hitung F tabel maka Ho ditolak, berarti varians kedua
populasi tidak homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk membandingkan dua
kelompok yang berbeda, biasanya digunakan untuk membandingkan akibat dua perlakuan yang dilakukan pada suatu penelitian. Uji-t yang digunakan adalah
sebagai berikut:
19
√
dengan
√
Keterangan : N
1
= Jumlah sampel kelompok 1 N
2
= Jumlah sampel kelompok 2
18
Ibid., h. 249.
19
Ibid., h. 239
V
1
= Varians data kelompok eksperimen1 sd
1 2
V
2
= Varians data kelompok kontrol sd
2 2
dsg = Nilai deviasi standar gabungan
1
= rata-rata data kelompok 1
2
= rata-rata data kelompok 2
H. Hipotesis Statistika
Dalam statistik, hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena tidak dikehendaki adanya perbedaan antara parameter populasi dan statistik.
20
Hipotesis nol H
, yaitu teori tentang nilai dari satu atau lebih parameter populasi. Pernyataan ini biasanya menyajikan pernyataan status-quo dianggap benar, yang
kita terima, sampai pernyataan tersebut dibuktikan salah, sedangkan hipotesis alternatif H
a
H
1
, yaitu teori yang kontradiktifbertentangan dengan H .
21
Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
Ho : µ
1
= µ
2
H1 : µ
1
µ
2
Keterangan : µ
1
: rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen µ
2
: rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas control H
: tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
H
1
: terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana hasil kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol
20
Sugiyono, Op.cit, h. 149
21
R. Gunawan Santosa, Statistik, Yogyakarta: Andi Offset, 2004, h. 81
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka pada bab IV ini akan disajikan deskripsi data, pengujian hipotesis, serta pembahasan dari hasil penelitian. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini ialah data tes yang diberikan pada siswa-siswi kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMAN 65 Jakarta, berupa pretest dan posttest.
Pretest and posttest tersebut diberikan pada dua kelompok kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen,
sedangkan kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol. Adapun treatment yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah strategi pembelajaran aktif tipe
learning starts with a aquestion. Sedangkan kelompok kontrol menggunakan strategi pembelajaran konvensional metode tanya jawab. Konsep yang diajarkan
pada penelitian ini adalah konsep virus.
A. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Setelah dilakukan pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
1
Data Pretest
Posttest Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol N
30 30
30 30
Max 60
60 100
100 Min
31 26.67
83.33 70
X 42.99
44.67 93.11
81.44 SD
9.21 8.87
6.55 8.24
1
Lampiran, hal. 147-150
Keterangan: N
: Jumlah siswa pada tiap kelas Max
: Nilai maksimum siswa pada tiap kelas Min
: Nilai minimum siswa pada tiap kelas X
: Nilai rata-rata siswa pada tiap kelas SD
: Sandar deviasi siswa pada tiap kelas
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, hasil pretest kelas eksperimen dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai
terendah 31 dengan nilai rata-rata mean sebesar 42,99 dan standar deviasi SD sebesar 8,48. Sedangkan hasil pretest kelas kontrol dari 30 siswa yang
dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah
26,67 dengan nilai rata-rata mean sebesar 44,67 dan standar deviasi SD
sebesar 8,87. Hasil posttest kelas eksperimen dari 30 siswa yang dijadikan sampel
penelitian diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 83,33, dengan nilai rata-rata mean sebesar 93,11 dan standar deviasi SD sebesar 6,55.
Sedangkan hasil posttest kelas kontrol dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70 dengan nilai rata-
rata mean sebesar 81,44 dan standar deviasi SD sebesar 8,24.
2. Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol
Uji Normal Gain ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi
perlakuan berbeda. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai normal gain sebagai berikut:
Tabel 4.2 Perhitungan Hasil N-Gain
2
Normal Gain Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Terendah
0.57 0.25
Tertinggi 1
1 Rata-rata
0.88 0.65
Kategori Tinggi
Sedang
Keterangan:
Kategori N-Gain Menurut Hake
3
: Tinggi : nilai n gain 0,7
Sedang : 0,3 nilai n gain 0,7 Rendah : nilai n gain 0,3.
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar biologi siswa, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berdasarkan
kriteria tersebut, nilai normal gain pada kelas eksperimen terdapat pada kategori tinggi, sedangkan kelas kontrol terdapat pada kriteria kategori sedang.
Maka dapat disimpulkan hasil rata-rata n-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Skor terendah n-gain pada kelas eksperimen pun
lebih tinggi dari skor terendah n-gain yang didapatkan pada kelas kontrol.
2
Lampiran, hal. 159-160
3
Richard R. hake, Analyzing ChangeGain Scores, 1999, p.1, tersedia: www.physics.indiana.edu
, , 24 Desember 2014.
Tabel 4.3 Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol
4
Kategori Frekuensi
Eksperimen Kontrol
Rendah 1
Sedang 16
Tinggi 30
13 Jumlah
30 30
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa walaupun rata-rata n-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kategori yang berbeda yaitu
kategori tinggi untuk kelas eksperimen dan kategori sedang untuk kelas kontrol. Pada kelas eksperimen semua siswa berkategori n-gain tinggi.
Sedangkan pada kelas kontrol kategori n-gain beraneka ragam. Terdapat 1 dari 30 siswa yang berkategori n-gain rendah, 16 dari 30 siswa yang berkategori
n-gain sedang., dan 13 dari 30 siswa berkategori n-gain tinggi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
3. Uji Persyaratan Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenittas. a.
Uji Normalitas
Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu liliefors.
Kriteria uji normalitas adalah Ho ditolak jika Lo lebih besar dari L
tabel
dan Ho diterima jika Lo lebih kecil dari L
tabel
. Dengan diterimanya Ho berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan jika Ho ditolak
berarti data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
4
Lampiran, hal. 159-160