24 luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4 Mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan yang ada di kurikulum SDMI, pelajaran matematika di sekolah jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya pada ranah kognitif
saja, tetapi juga pada ranah afektif dan psikomotor. Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir
yang bersandar pada hakikat matematika. Oleh karena itu, hasil pembelajaran matematika tampak pada kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa,
yang bermuara pada kemampuan menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2.1.6 Teori Belajar
Vygotsky
Teori belajar Vygotsky berusaha mengembangkan model kontruktivistik belajar mandiri dari piaget menjadi belajar kelompok Muhsetyo 2007: 1.11.
Dalam membangun sendiri pengetahuannya, siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beranekaragam dengan guru berperan sebagai
fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok kecil, diskusi kelas, dan mengerjakan tugas kelompok. Dengan kegiatan yang beranekaragam, peserta
didik akan membangun pengetahuannya sendiri melalui membaca, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan dan presensi.
25 Dalam penelitian ini, teori belajar Vygotsky diwujudkan melalui proses
pembelajaran melalui kelompok yang di dalamnya terdapat interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru. Siswa saling bekerja sama dalam
sebuah kelompok yang heterogen untuk menyelesaikan sebuah tugas bersama. Dengan demikian tampak bahwa model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition sejalan dengan teori belajar Vygotsky.
2.1.7 Soal Cerita
Menurut Haji dalam Raharjo 2009: 2, soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang matematika dapat berbentuk soal
cerita dan soal bukan cerita atau soal hitungan. Soal cerita merupakan sebuah modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di
lingkungan siswa. Abidia dalam Raharjo 2009: 2 mengatakan bahwa soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan
dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita
tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan.
Salah satu standar kompetensi dalam mata pelajaran matematika kelas IV sekolah dasar yaitu menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Dalam
pembelajaran matematika, permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata ini dituangkan dalam bentuk soal-soal cerita. Soal cerita yang
dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu soal metematika yang berbentuk cerita yang terkait dengan materi pecahan yang diajarkan pada mata pelajaran
26 matematika di kelas IV SD dengan standar kompetensinya yaitu penggunaan
pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasarnya yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
2.1.8 Materi Pecahan