V GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK NEGARA TUJUAN EKSPOR MANGGIS INDONESIA
5.1 Karakteristik Negara Tujuan Utama Ekspor Manggis
Negara tujuan utama ekspor manggis Indonesia cenderung tetap dari tahun ke tahun. Dari beberapa negara tujuan ada tiga negara yang selalu mendominasi
volume ekspor manggis Indonesia. Ketiga negara tujuan dengan volume ekspor tebesar adalah Hongkong, China, dan Uni Emirat Arab. Negara-negara tersebut
dijadikan negara tujuan utama dalam penelitian dikarenakan selain volume ekspor manggis Indonesia ketiga negara tersebut terbesar, juga karena kekontinyuan
permintaan dari tahun ke tahun. Selain tiga negara tujuan utama ekspor manggis Indonesia, dalam
penelitian ini juga akan dibahas karakteristik kelompok negara tujuan ekspor manggis Indonesia. Pengelompokkan negara dilakukan berdasarkan kondisi
geografis yang berdekatan antar negara yang mengasumsikan adanya kesamaan budaya serta karakteristik pada negara-negara dalam satu kelompok tersebut.
Selain itu, pengeklompokkan negara juga dapat memberikan gambaran negara tujuan ekpor manggis Indonesia secara utuh karena mencakup semua negara
tujuan ekspor manggis Indonesia studi kasus pada tahun 2007. Kelompok negara- negara tersebut adalah Negara-neraga Asia lainnya, Negara-negara Timur Tengah
lainnya, dan Negara-negara Eropa. Pemilihan tiga negara tujuan utama dan tiga kelompok negara tujuan
ekspor manggis Indonesia dikarenakan masing-masing negara tujuan memiliki perbedaan karakteristik baik dalam hal ekonomi, budaya, maupun preferensi
konsumen di masing-masing negara. Perbedaan karakteristik tersebut menjadikan kebutuhan akan manggis di suatu negara berbeda-beda. Dengan melihat
karakteristik tersebut dapat diketahui potensi perdagangan manggis di negara- negara tujuan sehingga volume ekspor ke negara tujuan dapat ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan permintaan yang ada.
5.1.1 Karakteristik Negara China
Sistem ekonomi China sebelumnya menerapkan kebijakan ekonomi pusat terencana, namun sejak pemerintah China melaksanakan kebijakan ekonomi pintu
40 terbuka pada akhir tahun 1978 sistem tersebut berubah menjadi sistem ekonomi
yang mengikuti mekanisme pasar. Hal tersebut memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat. China saat ini merupakan kekuatan baru
perekonomian dunia dengan pertumbuhan ekonomi luar biasa yaitu mencapai rata-rata 10 persen pada periode lima tahun yang lalu 2000-2005.
China merupakan negara dengan luas wilayah terbesar keempat di dunia setelah Rusia, Kanada, dan Amerika Serikat. Populasi China mencapai 1,3 miliar
yang merupakan populasi negara terbesar di dunia. GDP China di tahun 2008 merupakan GDP terbesar setelah Amerika Serikat, namun GDP per kapitanya
masih jauh di bawah Amerika Serikat dikarenakan populasi penduduknya yang jauh lebih besar. GDP per kapita China mencapai 6000 2008, est. Sektor-sektor
di China yang mendominasi pemasukan GDP antara lain sektor industri 49,2 persen, pelayanan 40,2 persen, dan sektor pertanian 10,6 persen. Sedangkan
jika dilihat dari penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja di China yaitu 43 persen
diikuti sektor pelayanan 32 persen dan sektor industri sebesar 25 persen. Mitra dagang ekspor utama China di tahun 2007 adalah Amerika Serikat
19,1 persen, Hongkong 15,1 persen, Jepang 8,4 persen, Korea Selatan 4,6 persen, dan Jerman empat persen. Produk ekspor utama China adalah mesin-mesin,
tekstil, baja, alat optic, dan perlengkapan medis. Sementara mitra dagang impor utama China adalah Jepang 14 persen, Korea Selatan 10,9 persen, Taiwan 10,5
persen, Amerika Serikat 7,3 persen, dan Jerman 4,7 persen. Produk impor utama China meliputi mesin-mesin, minyak dan bahan mineral, bahan kimia organik,
plastik, optik, dan baja. China merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah
petani, pertanian menduduki tempat penting dalam ekonomi China. Walaupun wilayah China seluas 9,6 juta kilometer persegi, namun luas tanah pertaniannya
hanya 1,27 juta kilometer persegi, kira-kira menempati 7 persen daripada luas tanah pertanian dunia. Daerah pertanian China sebagian besar terletak di dataran
dan lembangan di kawasan mansun bagian timur. Tanaman utamanya meliputi padi, gandum, jagung, kacang soya dan lain-lain. Sedangkan tanaman ekonominya
antara lain kapas, kacang tanah, sawi bunga, tebu, bit dan lain-lain.
41 Dalam beberapa tahun ini, kerajaan China sentiasa menumpukan perhatian
terhadap pengembangan pertanian, meningkatkan penelitian dalam bidang pertanian, menaikkan pendapatan petani dan mewujudkan selangkah demi
selangkah perkembangan selaras antara pedesaan dengan perkotaan. Kerjasama pemerintah Indonesia dengan China di bidang ekspor impor
produk pertanian sudah cukup baik. China mengimpor berbagai macam produk perkebunan, perikanan, peternakan, serta hortikultura dari Indonesia. Untuk
produk hortikultura sendiri ada beberapa jenis buah yang sudah tidak asing lagi di pasaran China yaitu, kelengkeng, pisang, dan manggis. Jenis buah-buahan tropis
lainnya seperti alpukat, papaya, salak, dan rambutan saat ini sedang dalam masa promosi untuk melakukan penetrasi pasar ke China. Dari ketiga buah Indonesia
yang sudah masuk di pasaran China, manggis merupakan buah yang paling mendominasi dengan volume ekspor paling besar di tahun 2007 yaitu sebesar
4.037 ton BPS 2007. Keragaan ekspor manggis Indonesia di China dilihat dari segi volume ekspor, GDP negara tujuan, dan harga manggis dalam selang tahun
2000-2007 yang ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Keragaan Ekspor Manggis Indonesia ke China Tahun 2000-2007
Tahun Volume Kg
GDP miliyar US
Harga US 2000 16.333
1.993 0,906
2001 22.240 1.869
0,199 2002 28.512
2.492 0,366
2003 53.792 2.367
2,302 2004 362.827
2.678 0,533
2005 3.462.575 3.016
0,359 2006 3.576.096
3.687 0,739
2007 4.037.592 4.222
0,573 Laju th
228,3 12,09
72,6
Sumber : BPS 2007
Data pada Tabel 10 menunjukkan keragaan volume ekspor manggis Indonesia ke China yang dipengaruhi oleh variabel GDP Negara China dan harga
42 manggis yang diekpor ke negara tersebut. Hasil analisis regresi yang dilakukan
pada data tersebut menunjukkan hasil output yang dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.
Hasil Regresi Model Keragaan Ekspor Manggis Indonesia ke China No. Variabel Koefisien
T-hitung P-value
VIF 1. Konstanta
-21,391 4,13
0,009 2.
GDP Negara China 7,869
5,25 0,003
1,006 3.
Harga riil manggis ekspor ke China
0,915 0,68
0,529 1,006
R² = 85,2 Durbin-Watson = 1,72845
Tabel 11 merupakan output dari analisis regresi linier dengan variabel dependen adalah volume ekspor dan variabel independen adalah GDP dan harga.
Dari output tersebut diperoleh hasil bahwa GDP memberikan pengaruh signifikan pada selang kepercayaan 97 persen sedangkan harga pada selang kepercayaan 47
persen. Harga manggis yang diekspor ke China memberikan pengaruh yang kurang signifikan dikarenakan penetapan harga manggis di China tidak mutlak
berdasarkan hukum ekonomi permintaan dan penawaran. Hal ini terkait dengan penggunaan manggis sebagai pelengkap sesaji di China di mana dalam membeli
manggis untuk keperluan sesaji tidak boleh ditawar dari harga penjual. Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa permintaan manggis
di China meningkat secara signifikan sejak tahun 2004. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain kebijakan perdagangan bebas antara Indonesia
dengan China dengan dibentuknya CAFTA China-Asean Free Trade Area. CAFTA diresmikan pada tahun 2001 dan bertujuan untuk membentuk pasar bebas
kawasan China-Asean dengan penurunan tarif bea masuk hingga nol persen. Tahun 2004 merupakan tahun penerapan awal untuk penurunan tarif komoditi
yang termasuk dalam Early Harvest Programme EHP, di mana salah satu produk yang termasuk di dalamnya adalah manggis.
Berdasarkan data statistik peningkatan impor buah RRC dari berbagai negara meningkat tajam, dimana pangsa pasar buah-buahan tropika terbesar
dikuasai oleh Thailand 16,8 persen disusul oleh Philipina dan Amerika Serikat. Pola konsumsi buah-buahan di RRC saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
43 Menurut China Custom Trade Information 2003, beberapa faktor tersebut antara
lain : 1. Peningkatan pendapatan masyarakat Cina karena adanya pertumbuhan
ekonomi RRC yang signifikan pada beberapa tahun terakhir ini. 2. Adanya perubahan preferensi konsumen terhadap pola makan karena adanya
perubahan standar hidup dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. 3. Pengaruh musiman juga banyak berdampak pada pola konsumsi masyarakat
RRC dalam mengkonsumsi buah-buahan. Sehingga manakala musim tertentu dimana ketersediaan buah-buahan tertentu di RRC terbatas, maka adanya
buah-buahan dari manca negara akan menunjang pasokan buah-buahan agar tetap ada untuk dikonsumsi.
4. Konsumsi beberapa buah-buahan tropika tertentu seperti durian dan semangka juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang
mengkonsumsinya. Sebagai contoh misalnya buah-buahan dari Thailand terutama durian banyak dikonsumsi di Propinsi Guangdong. Sementara di
daerah lain menyukai manggis, nenas, belimbing, pisang dan semangka. Dari beberapa pengamatan di berbagai pasar di RRC, buah-buahan tropika yang
banyak masuk ke RRC terutama dari Thailand dan Malaysia 5. Konsumsi buah sebagai oleh-oleh. Buah-buahan yang dikemas secara khusus
untuk hadiah atau oleh-oleh saat ini semakin populer di Cina, terutama bila dikaitkan dengan perayaan hari besar, saat berkunjung keluarga, dan
kesempatan atau moment penting lainnya. Menurut survey di Beijing dan Shanghai, hampir 63 persen hingga 71 persen responden menyatakan bahwa
mereka lebih suka membeli produk buah-buahan dan olahan lainnya untuk oleh-oleh atau hadiah terutama makanan alami yang banyak nutrisinya.
6. Daya tarik impor dari komoditas buah-buahan yang ditawarkan. Sebenarnya ada beberapa negara yang memiliki peluang ekspor komoditas buah-buahan
ke RRC selain Thailand dan Malaysia, yaitu: Indonesia, Philipina dan Vietnam. Dari kesemuanya itu ternyata Thailand masih mendominasi pasar
ekspor buah-buahan tropika, sehubungan dengan daya tarik impor yang diberikan pemerintah Thailand dengan membebaskan hambatan tarif pada
komoditas yang diekspornya, khususnya ke RRC.
44 Republik Rakyat China RRC dengan jumlah populasi penduduk di atas
satu milyar saat ini menjadi negara yang dituju oleh berbagai negara di dunia sebagai tempat ekspor maupun untuk investasi di segala bidang, termasuk dalam
sektor pertanian. Pertumbuhan pasar komoditas buah-buahan tropika di RRC dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini tercermin dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan buah-buahan tropika sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi RRC.
Sebagai gambaran tingginya permintaan China akan manggis Indonesia, sebuah perusahaan eksportir yaitu PT. Yudha Mustika setiap minggu mengekspor
manggis ke China sebanyak 3-4 kontainer berukuran 40 feet. Satu kontainer berisi 20-25 ton. Manggis itu berasal dari seluruh sentra di Sumatera dan Jawa. Pada
musim panen raya, satu daerah bisa mengirim sampai 16 ton per hari. Sebaliknya bila musim biasa, sekitar empat ton. Ukuran buah manggis yang diekspor pun
bermacam-macam. Jika permintaan sedang banyak, ukuran 10-16 buahkg masih diterima. Namun pada saat panen buah berbarengan dengan Thailand, permintaan
pasar berubah ke buah berukuran besar dan dilakukan penyortiran ketat pula. Lain halnya ketika suplai manggis sangat minim maka manggis ukuran berapapun akan
diterima di China. Harga manggis di China fluktuatif, mulai US0,5-US1kg. Sementara eksportir membeli ke pengumpul sekitar Rp2.500-Rp4.500kg.
Sedangkan untuk Ongkos transpor ke China via udara, satu kontainer 40 feet biayanya US1.200 US0,62kg.
Hubungan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah China dalam hal perdagangan komoditas pertanian dinilai cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
pada penandatanganan Protokol Pemeriksaan Karantina Tumbuhan antara Badan Karantina Pertanian Deptan dengan Badan Karantina Cina AQSIQ yang
berisikan penghapusan hambatan non tariff untuk produk pertanian Indonesia yang masuk ke China. Produk-produk yang mendapat kemudahan karantina
tersebut adalah manggis, duku, pisang, dan salak. Kesepakatan tersebut secara signifikan akan lebih memudahkan komoditi pertanian Indonesia untuk
memperluas pasarnya di China.
45
5.1.2 Karakteristik Negara Hong Kong