45
5.1.2 Karakteristik Negara Hong Kong
Hong Kong merupakan satu dari dua Daerah Administratif Khusus yang merupakan bagian dari negara Republik Rakyat China. Daerah Administratif
Khusus lainnya adalah Makau. Tanggal 1 Juli 1997, Hong Kong dan Makau secara resmi diserahkan oleh pemerintah Britania Raya kepada Republik Rakyat
China. Sebelum diserahkan pada tahun 1997, Hong Kong adalah koloni Britania Raya.
Di bawah kebijakan “Satu Negara Dua Sistem” ciptaan Deng Xiaoping, Hong Kong menikmati otonomi dari pemerintah RRC seperti pada sistem hukum,
mata uang, bea cukai, imigrasi, peraturan jalan yang tetap berjalan di jalur kiri. Urusan yang ditangani oleh Beijing adalah pertahanan nasional dan hubungan
diplomatik. Otonomi ini berlaku di Hong Kong minimal untuk 50 tahun dihitung dari tahun 1997.
Karakteristik penduduk Hong Kong tidak jauh berbada dengan penduduk China karena mereka berasal dari ras yang sama. Namun jika dilihat dari GDP per
kapita negara Hong Kong jauh melebihi China. GDP per kapita Hong Kong mencapai 43.800 sedangkan China hanya mencapai 6000. Hal tersebut
dikarenakan jumlah penduduk Hong Kong tidak terlalu besar yaitu sekitar tujuh juta penduduk dengan penerimaan GDP per tahunnya yang sangat tinggi yang
berasal dari sektor pelayanan dan pariwisata. Gaya hidup masyarakat Hongkong lebih cenderung menuju gaya hidup modern dan terkesan mewah.
Kecenderungan pertumbuhan ekonomi Hong Kong selama 3 tahun terakhir cukup mengesankan. Pada tahun 2004, Produk Domestik Bruto PDB
tumbuh sebesar 8,6 persen, tahun 2005 sebesar 7,3 persen, tahun 2006 sebesar 6,8 persen. Permintaan domestik menunjukkan kecenderungan yang meningkat sejak
2005 dan memainkan peran penting sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Konsumsi perseorangan juga menunjukkan pertumbuhan yang solid sebesar 4,4
persen pada triwulan ketiga 2006. Secara umum, sektor jasa keuangan, perdagangan, dan logistik merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi
Hong Kong. Isu ekonomi, terutama perdagangan dan investasi, sangat mempengaruhi
hubungan Indonesia dengan Hong Kong. Selain faktor ekonomi, pendukung
46 hubungan erat Pemerintah Indonesia dan Hong Kong adalah jumlah tenaga kerja
Indonesia di Hong Kong yang melebihi 100.000 jiwa Desember 2006. Berdasarkan data Departemen Perdagangan RI, nilai perdagangan
Indonesia-Hong Kong pada tahun 2005 mencapai US 3,18 miliar yang berarti meningkat 11,58 persen dari tahun 2004 yang mencapai nilai US 2,85 miliar.
Impor Indonesia dari Hong Kong mencapai nilai US 1,26 miliar dan 78,37 persen di antaranya adalah re-ekspor dari RRC. Ekspor Indonesia ke Hong Kong
pada tahun 2005 mencapai nilai US 1,92 miliar, menjadikan Hong Kong sebagai tujuan ekspor terbesar Indonesia ke-12. Sebagian besar produk yang
diperdagangkan antara Indonesia dan Hong Kong adalah produk non-migas. Hong Kong merupakan negara tujuan utama ekspor manggis Indonesia
sejak dimulainya perdagangan manggis Indonesia di pasar internasional. Permintaan Hong Kong terhadap manggis cenderung konstan bahkan sempat
meningkat tajam di tahun 2003. Dari tahun 1997 sampai tahun 2004 Hongkong merupakan negara tujuan ekspor manggis dengan volume terbesar sebelum tahun
2005 sampai sekarang diungguli oleh China. Tingginya permintaan manggis Indonesia dan buah-buahan tropis lainnya di Hongkong dikarenakan negara
tersebut belum mampu memproduksi tanaman pertanian khususnya buah-buahan secara mandiri. Kebutuhan akan produk-pertanian selama ini dipenuhi oleh impor
dari negara lain. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk bisa memenuhi permintaan dan memperlebar pasarnya di Hong Kong khususnya pada
produk-produk hasil pertanian terutama manggis. Volume ekspor manggis Indonesia ke Hong Kong berfluktuatif tiap
tahunnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel yang juga berfluktuatif tiap tahun. Tabel 12 menunjukkan keragaan volume ekspor manggis Indonesia di
China yang dipengaruhi oleh variabel GDP negara Hong Kong dan harga manggis yang diekspor ke Hong Kong dalam selang tahun 2000-2007.
47
Tabel 12. Keragaan Ekspor Manggis Indonesia ke Hong Kong Tahun 2000-2007
Tahun Volume Kg
GDP miliyar US
Harga US 2000 2.190.318
223 0,818
2001 2.012.376 246
0,438 2002 3.891.785
242 0,811
2003 7.143.499 251
4,891 2004 2.134.395
279 0,804
2005 4.241.783 331
0,480 2006 1.258.053
329 0,877
2007 3.225.280 361
0,576 Laju th
40,5 7,2
66,6
Sumber : BPS 2007
Data pada Tabel 12 menunjukkan keragaan volume ekspor manggis Indonesia ke Hong Kong yang dipengaruhi oleh variabel GDP Negara Hong Kong
dan harga manggis yang diekpor ke negara tersebut. Hasil analisis regresi yang dilakukan pada data tersebut menunjukkan hasil output yang dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13.
Hasil Regresi Model Keragaan Ekspor Manggis Indonesia ke Hong Kong
No. Variabel Koefisien T-hitung
P-value VIF
1. Konstanta 4,49
0,33 0,758
2. GDP riil Negara Hong Kong
0,174 0,14
0,891 1,094
3. Harga riil manggis ekspor
ke Hong Kong 0,4005
1,42 0,215 1,094
R² = 29,6 Durbin-Watson = 3,12034
Tabel 13 merupakan output dari analisis regresi linier dengan variabel dependen adalah volume ekspor dan variabel independen adalah GDP dan harga.
Dari output tersebut diperoleh hasil bahwa GDP memberikan pengaruh signifikan pada selang kepercayaan yang sangat kecil yang artinya bahwa perubahan GDP
48 negara Hong Kong tidak akan memberikan perubahan signifikan terhadap volume
ekspor manggis Indonesia ke negara tersebut. Sedangkan variabel harga memeberikan pengaruh signifikan pada selang kepercayaan 78 persen. Harga
manggis yang diekspor ke Hong Kong memberikan pengaruh yang cukup signifikan dikarenakan selain adanya penetapan harga manggis di Hong Kong
hampir sama dengan penetapan harga manggis di China yaitu tidak mutlak berdasarkan hukum ekonomi permintaan dan penawaran terkait dengan
penggunaan manggis sebagai pelengkap sesaji di negara tersebut namun juga dengan adanya perdagangan re-ekspor membuat harga mengikuti permintaan dan
penawaran.
5.1.3 Karakteristik Negara Uni Emirat Arab