54 rata 70 ton per tahun. Bahkan pada tahun 1999 ekspor manggis Indonesia ke
negara tersebut mencapai 268 ton. Karena kekonsistenannya dalam mengimpor manggis Indonesia, Arab Saudi dijadikan salah satu pasar potensial ekspor
manggis. Hal ini terus diupayakan dengan peningkatan hubungan bilateral antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Arab Saudi yang diharapkan dapat
meningkatkan volume perdagangan komoditi pertanian khususnya manggis. Khusus untuk pasar Timur Tengah, ekspor manggis dari Indonesia selama
ini tidak mengalami hambatan kecuali persyaratan dan aspek kualitas, kuantitas dan kontinyuitasnya yang seringkali dipertanyakan oleh importir disana.
Berdasarkan pengalaman eksportir dari Indonesia, yang sebagian masih keturunan Arab, kendala terbesar ekspor manggis dari Indonesia ke Negara-negara Timur
Tengah adalah kapasitas produksi dan kontinyuitasnya yang tidak dapat diharapkan. Dari sekitar 70 hingga 350 ton per bulan kebutuhan pasar Timur
Tengah, Indonesia hanya baru dapat memasok sekitar 70 persennya saja itupun masih terkendala transportasi berupa keterbatasan kapal Cargo khusus buah-
buahan, yang saat ini biayanya masih relatif mahal bila dibandingkan dengan negara lain. Biaya transportasi yang tinggi ke Negara-negara Timur Tengah juga
diimbangi dengan harga jual yang tinggi pula. Harga manggis di pasaran negara- negara tersebut bias mencapai US 3 per kilogramnya.
5.1.6 Karakteristik Negara-negara Eropa
Kelompok Negara tujuan ekspor manggis Indonesia yang ketiga adalah Negara Uni Eropa, yang terditi dari Negara Belanda, Prancis, Jerman, Belgium,
Switzerland, Itali, dan Spanyol. Belanda dan Perancis merupakan negara dengan ekspor paling besar di antara negara-negara Eropa lainnya. Rata-rata volume
ekspor manggis Indonesia untuk Belanda dan Perancis dalam delapan tahun terakhir adalah 31 ton dan 121 ton. Ekspor ke Negara Perancis sempat naik secara
signifikan di tahun 2002 yaitu sebesar 852 ton. Pasaran buah-buahan tropika ke Eropa termasuk manggis hingga saat ini
masih cukup menjanjikan. Ekspor komoditas buah-buahan yang diekspor baik dalam bentuk segar maupun bentuk olahan masih memiliki daya tarik bagi negara-
negara penghasil buah tropika. Menurut informasi dari International Trade Center atau ITC 2001, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh hampir kebanyakan
55 negara eksportir buah-buahan tropika untuk mengisi pasar komoditas buah-
buahan di Eropa, yaitu : 1. Infrastruktur pasca panen yang buruk
2. Transportasi lokal yang tidak efisien 3. Basis modal domestik untuk investasi lokal sangat terbatas
4. Sistem perdagangan dengan biaya tinggi dan kelangkaan modal jangka panjang
5. Tenaga kerja dengan keterampilan yang terbatas dan pasar tenaga kerja yang tidak fleksibel
6. Keterbatasan pengetahuan pasar regional dan internasional serta keterbatasan aliran informasi pasar
7. Lemah dalam penguasaan infrastruktur MSTQ Measurement, Standardization, Testing and Quality
8. Pelayanan penelitian dan penyuluhan masih terbatas 9. Kelangkaan sumberdaya manakala diperlukan
10. Prosedur admnistrasi yang relatif tidak flesibel terutama untuk pengurusan prosedur bisnis internasional
11. Keterbatasan kapasitas angkutan udara Untuk mengatasi masalah yang terjadi, ITC menyarankan beberapa negara
penghasil buah tropika untuk melakukan beberapa langkah strategis, bila mereka ingin memasuki pasar Eropa dan produknya diterima. Langkah-langkah tersebut
antara lain : 1. Perlu mengembangkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi
disamping keunggulan komparatif maka keunggulan kompetitif juga harus jadi pertimbangkan
2. Meningkatkan pengetahuan tentang pasar 3. Penelitian dan pengembangan infrasturktur MSTQ
4. Meningkatkan infra struktur 5. Mengembangkan nilai tambah industri
6. Mengembangkan pasar produk organik, karena untuk pasar Eropa produk- produk seperti ini masih terbuka luas
56 7. Mengembangkan produk-produk olahan dan yang diawetkan khususnya
untuk produk buah-buahan tropika terutama dalam bentuk Juice, Sirop, pureekonsentrat.
Pada kenyataannya, manggis Indonesia belum bisa secara maksimal menembus pasar kawasan Eropa karena masih terganjal masalah praktek budidaya
yang baik Good Agriculture Practices - GAP. Saat ini produksi manggis di Indonesia masih dilakukan dengan cara-cara tradisional sehingga belum bisa
masuk ke pasar Eropa. Namun, untuk masuk ke pasar Eropa diperlukan manajemen khusus, sementara Indonesia belum menerapkan budidaya yang baik.
Padahal, untuk masuk pasar Eropa eksportir Indonesia harus mempunyai EuropGAP EG yang dikeluarkan asosiasi ritel di sana di mana hampir 80
pembeli di Eropa meminta EG. Persyaratan tersebut umumnya berkaitan dengan keamanan pangan dan juga perlindungan lingkungan agar produk yang masuk
benar-benar aman bagi konsumen. Dibalik permasalahan yang terjadi, ekspor manggis Indonesia ke Negara-
negara Eropa memiliki potensi yang cukup baik. Uni Eropa membutuhkan buah- buahan 74,5 juta tontahun. Walaupun jaraknya jauh, setelah dihitung, ekspor ke
Eropa masih masuk dalam hitungan. Misalnya, harga manggis di Eropa sekitar 3,18 Euro US4. Setelah dikurangi transpor US2kg dan biaya lain, masih ada
untung 40-50 sen dolar. Jika dirupiahkan, keuntungan ekspor masih cukup besar sehingga dapat dikatakan ekspor manggis ke Eropa cukup prospektif.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan aktivitas ekspor, khususnya ke pasar Eropa, Komisi Eropa telah mensponsori pembangunan FEDC. Tujuan
didirikannya FEDC adalah untuk memberikan akses informasi dalam rangka membantu peningkatan ekspor buah tropis dan subtropis segar, olahan, serta
produk buah lainnya ke Eropa. Walaupun jenis buah-buahan yang dibutuhkan lebih dari 10 macam, produk buah segar Indonesia yang menjadi fokus FEDC
adalah manggis, mangga, nenas, pepaya, dan pisang. Pusat Pengembangan Ekspor Buah Fruit Export Development Centre;
FEDC didirikan pada Februari 2007 oleh Perkumpulan Ekonomi Indonesia – Jerman EKONID bekerja sama dengan Kamar Dagang Indonesia - Benelux
INA. Tujuan FEDC adalah untuk meningkatkan daya ekspor produk buah
57 Indonesia, baik segar maupun olahan, di pasar Uni Eropa dengan memfasilitasi
kerjasama bisnis antara pengusaha Indonesia dengan Eropa. Program ini disubsidi oleh Komis Eropa melalui hibah Uni Eropa –
Indonesia Small Project Facility dan terbuka bagi seluruh perusahaan Indonesia yang bergerak di sektor buah - buahan, seperti UKM industri buah, eksportir,
institusi, asosiasi, penyuluhkonsultan, instansi pemerintah dan kamar dagang. FEDC dikelola oleh para pakar hortikultura dan pakar ekspor dari institusi
nasional dan internasional terkemuka, pusat ini menyediakan pelayanan terpadu yang meliputi: penyediaan informasi, pembimbingan intensif, peningkatan rantai
produksi, mediasi sertifikasi dan temu bisnis dengan perusahaan Eropa. Pusat Pengembangan Ekspor Buah FEDC memberikan pelayanan terpadu berupa:
1.
Pusat informasi dan data -data lengkap tentang buah - buahan di Indonesia dan negara – negara Uni Eropa
2.
Perpustakaan mini dengan fasilitas internet
3.
Menyediakan layanan online pertama di Indonesia berbahasa Inggris dan Indonesia di bidang ekspor buah ke Uni Eropa, dilengkapi e-news setiap dua
bulan di http:www.indonesiafruitexport.com
4.
Menyelenggarakan simposium,seminar dan pelatihan
5.
Menyediakan layanan konsultasi untuk pelaku usaha buah yang bertujuan mengevaluasi dan mengindentifikasi faktor - faktor yang meghambat proses
ekspor ke Uni Eropa, termasuk penanggulangannya
6.
Membantu mengembangkan rantai niaga dan proses produksi agar dapat memenuhi persyaratan pasar Eropa
7.
Bertindak sebagai mediator dalam proses sertifikasi
8.
Sebagai tumpuan jaringan yang berguna untuk mendapatkan informasi dan mitra bisnis di negara Uni Eropa, juga termasuk pelatihan pemasaran dan
penjualan dalam hal bagaimana memasuki pasar Eropa.
VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN PERDAGANGAN MANGGIS INDONESIA
6.1 Keragaan Umum Gravity model