Latar Belakang Masalah PENGARUH PRESTASI BELAJAR EKONOMI, DUKUNGAN KELUARGA, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE PERGURUAN TINGGI PADA PESERTA DIDIK KELAS XII SMK KANISIUS UNGARAN KABUPATEN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Dalyono 2007:5 dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Pendidikan menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam Dalyono, 2007:6 adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik. Kemajuan suatu bangsa bergantung dari kualitas Sumber Daya Manusia SDM yang dimiliki oleh bangsa atau negara tersebut. Untuk memperoleh SDM yang berkualitas, pendidikan memiliki peranan penting. Pendidikan merupakan investasi penting dalam pengembangan SDM. Dengan demikian, pendidikan sangat penting untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia-manusia yang berkebudayaan, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Warga negara Indonesia yang baik, tentunya mempunyai minat yang tinggi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebagai wadah untuk mengembangkan diri menuju manusia yang memiliki kualitas SDM yang baik. Minat yang besar terhadap sesuatu hal merupakan modal untuk mencapai tujuan. Bila seseorang memiliki ketertarikan terhadap bidang studi tertentu, maka hal tersebut akan mempengaruhi dan membentuk diri serta kesadarannya. Sehingga akan menjadikan penyemangat dalam memperolehnya. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat Slameto, 2010:180. Gie 1995:129 suatu minat dalam belajar merupakan suatu kewajiban yang menyertai seseorang ke kelas dan menemani seseorang selama tugas studi, dengan demikian memungkinkan seseorang berhasil dalam kegiatan studi. Djaali 2007:121 Minat ini dapat ditunjukkan dengan lebih menyukai sesuatu hal daripada yang lainnya ataupun dapat ditunjukkan dengan melakukan suatu aktivitas yang disenanginya. Menurut Syah 2009:175 sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah menengah yang ditandai dengan adanya perasaan senang, adanya keinginan, perhatian, dorongan dan kemauan, kebutuhan dan harapan. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat menjadi tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Minat yang besar terhadap suatu hal merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan. Bila seseorang siswa memiliki ketertarikan terhadap bidang studi tertentu maka hal tersebut akan mempengaruhi dan membentuk diri serta kesadarannya. Artinya melalui kesadaran itu siswa tersebut cenderung mempunyai keinginan yang lebih besar untuk hadir dan berhubungan dengan keinginan melanjutkan ke perguruan tinggi dengan harapan menambah ilmu untuk bekal hidup. Minat untuk belajar dan prestasi belajar sejatinya merupakan mata rantai yang tidak pernah terputus. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Seseorang yang memiliki minat belajar yang tinggi, maka ia akan memiliki peluang yang besar dalam memperoleh prestasi belajar, karena didalamnya ia akan selalu bersungguh-sungguh dalam memperolehnya. Akhirnya akan memunculkan suatu kebanggaan bagi orang yang telah memiliki prestasi yang baik. Sehingga hal tersebut akan memacu minat dan motivasinya untuk rajin giat belajar lagi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi. Bahri 1994:20 yang mengatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati akan diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Hal ini selaras dengan yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991:787 prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Sehingga prestasi dapat disimpulkan sebagai hasil suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok yang telah dikerjakan maupun diciptakan yang menyenangkan hati. Menurut Ahmadi dan Supriyono 1990:130 mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri internal seperti motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap dan perasaan maupun dari luar eksternal seperti sarana prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi sosial dan ekonomi. Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental anak dapat menentukan prestasi belajarnya. Dan memang ada hubungan yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau tingkat kematangan terhadap anak Dalyono, 2007:73. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya. Sementara tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya Dalyono, 2007:130. Menurut Ahmadi 2007:108 keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu-individu dan kelompok, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya. Sedangkan keluarga menurut Dalyono 2007:59 adalah ayah, ibu dan anak-anak serta keluarga yang menjadi penghuni rumah. Cukup atau kurangnya perhatian orang tua dan bimbingan dari orang tua akan mempengaruhi pencapaian anak dalam belajar. Keakraban antara anak dan orang tua dalam berhubungan juga berpengaruh dalam proses belajar anak. Dukungan dari keluarga terutama dari orang tua baik yang berupa materi maupun non-materi seperti perhatian dan bimbingan mampu meningkatkan minat dalam diri anak untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Seorang anak yang mendapatkan dukungan dari keluarga meskipun hanya berupa nasehat dan perhatian yang baik akan meningkatkan semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi Dalyono, 2007:59. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Slameto 2010:61, menurutnya orang tua yang tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak dalam belajar akan menyebabkan anak kesulitan untuk mencapai kemajuan dalam belajar. Hal tersebut semakin menguatkan jika dukungan keluarga sangat diperlukan demi kesuksesan pembelajaran bagi anak. Menurut Sertain dalam Dalyono 2007:133, lingkungan dibagi menjadi tiga macam yaitu lingkungan alam, lingkungan dalam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan manusia seperti : rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan sebagainya. Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Jaringan tubuh manusia merupakan salah satu dari lingkungan dalam. Lingkungan sosial adalah semua orang lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh yang kita terima dari lingkungan sosial bisa secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman kelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang peserta didik. Hubungan yang harmonis antar ketiganya dapat menjadi penyemangat bagi siswa untuk belajar lebih baik lagi di sekolah. Selain menjadi penyemangat, menurut Dalyono 2007:131 sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir peserta didik. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolah turut menentukan pola pikir serta kepribadian seorang peserta didik. Yusuf 2009:56 berpendapat bahwa keharmonisan hubungan antara guru dan peserta didik akan berpengaruh positif terhadap kemajuan belajar peserta didik. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slameto 2010:66 yang mengungkapkan bahwa ketertarikan seorang peserta didik terhadap gurunya akan berpengaruh terhadap ketertarikannya pada mata pelajaran yang diampu guru tersebut. Ini artinya peserta didik akan lebih berminat mempelajari mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang disukai. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengeluarkan berbagai program untuk memancing agar semakin banyak peserta didik dari sekolah menengah yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Diantara program tersebut adalah program beasiswa bagi calon mahasiswa kurang mampu. Didukung dengan perundang-undangan yang mengharuskan pemerintah mengalokasikan 20 APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk pendidikan, DIKTI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memaksimalkan program beasiswa di perguruan tinggi. Beasiswa Bidikmisi yang membebaskan mahasiswa kurang mampu dari segala biaya selama menempuh studi di perguruan tinggi merupakan salah satu wujud usaha pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi http:www.dikti.go.id. APK Angka Partisipasi Kasar perguruan tinggi yang merupakan cerminan tingkat partisipasi masyarakat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih rendah tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Sampai saat ini Indonesia baru mencapai Angka Partisipasi Kasar perguruan tinggi 18,7, angka ini menunjukkan bahwa hanya 18,7 lulusan SMA SMK sederajat yang melanjutkan ke perguruan tinggi, sedangkan sisanya sebesar 81,3 tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Angka ini termasuk rendah bila dibandingkan rata-rata APK Negara maju sebesar 40 http:www.menkokesra.go.id. Penelitian ini mengangkat fenomena yang terjadi di SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang. Rendahnya APK di Indonesia tampak jelas terjadi pada SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang. SMK Kanisius Ungaran kabupaten Semarang merupakan sekolah swasta yang berbasis keagamaan, dimana kurikulumnya terdapat mata pelajaran umum, kejuruan dan mata pelajaran keagamaan. Data yang diperoleh peneliti berdasarkan informasi dari guru BK SMK Kanisius Ungaran menunjukkan prosentase partisipasi siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi dari SMK Kanisius Ungaran kabupaten Semarang memiliki rata-rata kurang dari sama dengan 20. Sehingga minat peserta didik dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi perlu ditingkatkan. Ini merupakan tugas dari pihak sekolah, orang tua, masyarakat, dan tentunya pemerintah. Dilihat dari sudut pandang peserta didik di SMK Kanisius Ungaran sebenarnya banyak yang berprestasi dalam bidang akademik ataupun bidang lainnya. Maka seharusnya perlu adanya perubahan yang besar dalam meningkatkan minat anak terhadap melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Awal-awal yang dilakukan selayaknya dengan memberi stimulus terhadap peserta didik, agar tergerak dari dalam diri peserta didik untuk selalu berfikir akan meningkatkan kualitas dirinya dengan mengenyam pendidikan. Kemudian daripada itu selanjutnya adalah dengan semangat dari orangtua, karena lingkungan yang sangat berpengaruh kental terhadap kepribadian anak. Dari lingkungan sekolah yakni dengan semangat dari para guru, sangat diharapkan oleh murid, didukung dengan informasi-informasi terkait beasiswa, agar siswa semakin mengukuhkan diri untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, dengan seperti itu, kualitas diri dari peserta didik akan semakin meningkat. Hal yang paling penting dalam meningkatkan kapasitas dari siswa adalah dengan meningkatkan mental belajar pada anak. Menurut Dalyono 2007:73 umur mental anak akan mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental anak dapat menentukan tingkat prestasi belajarnya. Dan memang ada hubungan yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau tingkat kematangan terhadap anak. Jika hanya sekolah di SMK, maka kompetensi siswa akan terbatas pada konsentrasi bidang ilmu yang diperolehnya dan sifatnya dasar. Namun peserta didik harus selalu meningkatkan kemampuan, keterampilan dan keahlian di bidangnya. Karena kebutuhan akan dunia tenaga kerja tingkat persaingannya cukup tinggi. Seiring dengan tujuan pendidikan menengah kejuruan dalam pasal 3 ayat 2 PP no. 29 tahun 1990 memang menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, mampu memilih karier, kompetensi dan pengembangan diri. Namun upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya dasar pendidikan SMA SMK merupakan bagian yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM terutama dikaitkan dengan tuntutan era globalisasi. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perubahan struktur ekonomi, industri dan informasi membawa implikasi terhadap jenis-jenis pekerjaan dan kualisasi jabatan. Tentunya melanjutkan ke perguruan tinggi, maka akan meningkatkan kompetensi. Perubahan tersebut akan menyebabkan pergeseran kebutuhan jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kerja. Data prosentase peserta didik yang melanjutkan ke perguruan tinggi dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 1.1. Rekapitulasi jumlah peserta didik Kelas XII SMK Kanisius Ungaran yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi No Tahun Lulus Jumlah Siswa Jumlah peserta didik yang melanjutkan ke PT Prosentase minat siswa ke PT 1 2011 2012 42 4 10 2 2012 2013 52 10 20 3 2013 2014 46 6 15 Sumber : Data diperoleh dari BK SMK Kanisius Ungaran Keinginan untuk membahagiakan kedua orang tua mendorong anak-anak untuk lebih cermat dalam memilih sekolah lanjutan akhir. Dalam sekolah yang telah dijalani di sekolah menengah telah memberi banyak sedikitnya manfaat dalam kontribusi pada kehidupan nantinya. Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan formal yang paling akhir, dimana semua manfaat pendidikan akan dirasakan jika telah sepenuhnya berhasil menempuh jenjang ini. Perguruan tinggi yang baik memiliki faktor pendorong dalam perubahan orientasi kehidupan, kedua faktor tersebut yaitu faktor intelektual dan faktor politik. Dimana kedua faktor tersebut akan menunjukkan citra universitas yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani 2006:189 menunjukkan ada pengaruh yang signifikan kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebesar 35,6 . Besarnya pengaruh masing-masing variabel yaitu kondisi sosial orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebesar 12,4 . Pengaruh kondisi ekonomi orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebesar 9,5 . Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution 2010:35, bahwa ada pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap minat anak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi studi kasus kelas XI semester genap di SMA Sinar Husni Medan Helvetia Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2010 2011. Pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap minat anak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi studi kasus kelas XI semester genap di SMA Sinar Husni Medan Helvetia Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2010 2011 dapat diterima dan Ho ditolak. Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan Arifin dkk 2013:10 hasil penelitian dapat disimpulkan: 1 Hasil persentase kondisi sosial ekonomi orang tua menunjukkan nilai rata-rata mean adalah 76,58 sehingga dapat diketahui bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua termasuk dalam kategori “sedang”, 2 Hasil persentase tingkat partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi menunjukkan nilai rata-rata mean adalah 40,80 sehingga dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi termasuk dalam kategori “rendah”, 3 Hasil regresi linear menunjukkan bahwa pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi anak pada jenjang pendidikan tinggi yaitu sebesar 0,197, sehingga dikatakan rendah. Diantara penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh peneliti, menunjukkan bahwa variabel yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap minat anak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua yang berpengaruh besar terhadap kelangsungan pendidikan bagi anak-anaknya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan menjadikan variabel lain yang dapat digunakan sebagai penentu terhadap minat anak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH MINAT MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI, KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KEPUTUSAN SISWA MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI PADA JURUSAN EKONOMI KELAS XII DI

3 28 146

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Prestasi Belajar Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA

0 2 15

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Prestasi Belajar Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA

0 4 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI PADA SISWA KELAS XII IPS SMA

0 0 18

MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA SISWA KELAS XII SMA N 2 SUKOHAR

0 1 18

PENGARUH MINAT PESERTA DIDIK UNTUK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF.

0 0 40

PENGARUH PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SKRIPSI

0 0 148

PENGARUH PRESTASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA SMA KELAS XII UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SKRIPSI

0 1 137

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI

0 0 153

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PADA HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI

0 0 87