Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Konsep Lingkungan Sekolah

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh secara simultan prestasi belajar ekonomi, dukungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ? 2. Adakah pengaruh prestasi belajar ekonomi terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ? 3. Adakah pengaruh dukungan keluarga terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ? 4. Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan prestasi belajar ekonomi, dukungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ? 2. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar ekonomi terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ? 3. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ? 4. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada peserta didik kelas XII SMK Kanisius Ungaran Kabupaten Semarang ?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka mendukung teori yang berkaitan dengan pengaruh prestasi belajar ekonomi, dukungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh peneliti- peneliti selanjutnya terkait objek penelitian yang sama. 2. Manfaat praktis a. Manfaat bagi peserta didik Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada peserta didik terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dengan bertambahnya pengetahuan terkait faktor- faktor minat melanjutkan ke perguruan tinggi, diharapkan peserta didik semakin termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. b. Manfaat bagi keluarga peserta didik Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan keluarga dalam menumbuhkan motivasi peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. c. Manfaat bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan sekolah tentang seberapa besar pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sehingga akan mengurangi jumlah peserta didik yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. d. Manfaat bagi perguruan tinggi Penelitian ini dapat dijadikan manifestasi pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di universitas yang bersangkutan. e. Manfaat bagi pemerintah Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang akar permasalahan APK perguruan tinggi yang rendah. Sehingga harapannya, pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan APK berdasarkan penelitian ini. 15 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Minat Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi 2.1.1. Definisi Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat Slameto, 2010:180. Sardiman 2008:95 mengungkapkan bahwa minat dan motivasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Minat yang tinggi terhadap sesuatu hal akan meningkatkan motivasi terhadap hal tersebut. Sehingga mempelajari minat bisa juga dilihat dari sisi motivasi. Dari aspek kajian psikologi, minat mempunyai ketergantungan terhadap faktor internal yang ada dalam diri manusia seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Menurut Dalyono 2007:56 minat menjadi sebuah modal awal untuk mencapai sesuatu. Sedangkan motivasi menjadi penggerak atau daya dorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, minat dan motivasi sejatinya mempunyai hubungan yang sangat erat yaitu sama-sama berfungsi untuk mencapai suatu hal atau pekerjaan. Menurut Syah 2009:175 sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah menengah yang ditandai dengan adanya perasaan senang, adanya keinginan, perhatian, dorongan dan kemauan, kebutuhan dan harapan. Minat yang besar terhadap sesuatu hal merupakan modal untuk mencapai tujuan. Bila seseorang memiliki ketertarikan terhadap bidang studi tertentu maka hal tersebut akan mempengaruhi dan membentuk diri serta kesadarannya. Artinya melalui kesadaran itu, siswa cenderung mempunyai keinginan yang lebih besar untuk hadir dan berhubungan dengan keinginan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan harapan menambah ilmu untuk bekal hidup. Menurut Swasta dan Handoko 2000 menyebutkan bahwa minat mempunyai kaitan yang erat dengan sikap dan perilaku. Minat intention merupakan variabel perantara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap atau variabel lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam minat yaitu, a. Minat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku. b. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba. c. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukan. d. Minat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.

2.1.2. Definisi Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi atau pendidikan tinggi, di dalam Undang-Undang UU RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS pasal 19 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan tinggi berbeda dengan pendidikan menengah dan pendidikan dasar dalam hal pelaksanaan karena pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Sistem terbuka inilah yang memungkinkan perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi melakukan inovasi-inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni. Peneliti menyimpulkan bahwa perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang peserta didiknya disebut sebagai mahasiswa, berasal dari berbagai latar belakang suku, budaya, agama, etnik, dan lain-lain untuk mengikuti kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sehingga mampu menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Pendapat lain dari Hinkelman dan Luzzo dalam Gladding, 2012:498 menyatakan bahwa perguruan tinggi menandai dimulainya peningkatan kebebasan, pengambilan keputusan, serta pengaturan pergeseran peran. Seiring dengan hal ini, memang di dalam perguruan tinggi selain cara belajarnya yang sudah mulai mandiri, pada perguruan tinggi juga sudah mulai ada tuntutan sebagai peran individu yang dewasa yang mampu untuk mengambil keputusan yang mampu dipertanggung jawabkan. Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan pilar yang melandasi aktivitas perguruan tinggi menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi seperti tercantum dalam RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS pasal 20 ayat 2 tahun 2003. Hal inilah yang membedakan perguruan tinggi dengan pendidikan dasar dan menengah yang hanya menitik beratkan pada pendidikan. Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi pemantik munculnya inovasi dan kreativitas mahasiswa maupun dosen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perguruan tinggi atau pendidikan tinggi, di dalam Undang-Undang UU RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS pasal 20 tahun 2003 menyatakan bahwa perguruan tinggi dapat berbentuk universitas, akademi, politeknik, sekolah tinggi, atau institut, Pendidikan tinggi baik akademik maupun vokasi mempunyai berbagai macam, yaitu: 1. Universitas Universitas adalah lembaga pendidikan yang paling dikenal di Indonesia. Lembaga ini didirikan dengan tujuan untuk mengarahkan lulusannya menjadi tenaga profesional siap kerja atau tenaga pendidikan serta peneliti. Universitas terdiri atas berbagai fakultas. Fakultas adalah bagian dari universitas yang mendidik mahasiswa dalam bidang tertentu. 2. Akademi Akademi hanya menyelenggarakan satu program studi dan lebih menekankan pada keterampilan praktik kerja dan kemampuan untuk mandiri. Umumnya, lama pendidikan di perguruan tinggi ini hanya 3 tahun. Di perguruan tinggi ini porsi praktik lebih besar daripada teori. Banyak akademi di Indonesia berstatus kedinasan. Artinya akademi itu diselenggarakan oleh dinas pemerintah. 3. Politeknik Politeknik merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai tujuannya, politeknik memberikan pengalaman belajar berupa praktik dan latihan yang memadai. Di politeknik porsi praktik lebih besar daripada teori. 4. Institut Institut berbeda dengan universitas yang mempunyai program studi beragam, institut berkonsentrasi pada satu bidang saja. Sebagai contoh, institut pertanian hanya mengkhususkan bidang pertanian saja, institut teknik hanya berkonsentrasi di bidang teknologi saja, atau institut seni berkutat di bidang seni saja. Meskipun demikian, institut juga mempunyai beberapa fakultas. Sebagai contoh institut pertanian mempunyai Fakultas Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan. 5. Sekolah Tinggi Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni. Jika memenuhi syarat, sekolah tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Pendidikan tinggi mempunyai tujuan yang majemuk dan dalam rangka menampung calon mahasiswa yang mempunyai minat dan kemampuan yang beragam maka pendidikan tinggi disusun dalam struktur multi strata. Jenjang pendidikan pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik adalah S1, S2 dan S3. Program S1 ditempuh antara 8 – 12 semester, S2 ditempuh selama 4-10 semester dan program S3 ditempuh selama 8-14 semester. Sedangkan pada pendidikan vokasi ada empat jenjang pendidikan yaitu D1, D2, D3 dan D4 www.dikti.go.id.

2.1.3. Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Sardiman 2008:95 mengungkapkan bahwa minat dan motivasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Minat yang tinggi terhadap suatu hal akan meningkatkan motivasi terhadap hal tersebut. Sehingga mempelajari minat bisa juga dilihat dari sisi motivasi. Dari aspek kajian psikologi, minat mempunyai ketergantungan terhadap faktor internal yang ada dalam diri manusia seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Minat merupakan ketertarikan atau keinginan terhadap sesuatu hal. Maka dalam hal ini minat melanjutkan ke perguruan tinggi merupakan ketertarikan atau keinginan lulusan SMA sederajat untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi baik universitas, institut, sekolah tinggi maupun yang lainnya. Ketika minat yang dimiliki tinggi maka kemungkinan untuk merealisasikan minat tersebut sangat besar pula. Hal-hal yang dapat meningkatkan minat peserta didik dalam memperoleh pendidikan menurut Slameto 2010:180 adalah dengan menggunakan minat- minat siswa yang telah ada melalui pembelajaran yang sesungguhnya. Tanner 1975 mengemukakan bahwa agar minat peserta didik terbentuk untuk semangat dalam memperoleh ilmu dan melanjutkan pendidikan, maka dilakukan dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman kelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang peserta didik. Hubungan yang harmonis antar ketiganya dapat menjadi penyemangat bagi siswa untuk belajar lebih baik lagi di sekolah. Dengan meningkatnya belajar peserta didik sehingga minat untuk memasuki dunia perguruan tinggi akan meningkat pula. Hal ini terjadi karena minat melanjutkan ke perguruan tinggi merupakan manifestasi peningkatan proses belajar. Selain menjadi penyemangat, menurut Dalyono 2007:131 sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir peserta didik. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolah turut menentukan pola pikir serta kepribadian seorang peserta didik. Kurikulum yang digunakan di SMK memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan minatnya. Ada dua jurusan di SMK yaitu jurusan Akuntansi dan Administrasi Perkantoran. Peserta didik di SMK Kanisius Ungaran akan mempunyai minat yang lebih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan ekonomi karena jurusan ekonomi sesuai dengan bidang yang diminatinya. Sardiman 2010:57 menjelaskan bahwa seorang peserta didik akan lebih giat belajar pada mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya karena ada daya tarik baginya. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat melanjutkan ke perguruan tinggi yang identik dengan minat untuk belajar dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri sendiri berupa jasmani dan rohani. Motivasi untuk menjadi lebih berprestasi menjadi faktor utama yang mempengaruhi minat melanjutkan ke perguruan tinggi pada peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik yang mempunyai prestasi tinggi akan mempunyai minat yang tinggi pula untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri peserta didik berupa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sebagian besar waktu peserta didik dihabiskan di rumah dan di sekolah sehingga lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah menjadi faktor pokok dari luar yang berpengaruh terhadap minat melanjutkan ke perguruan tinggi. Menurut Syah 2009:175 sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan setelah lulus sekolah menengah yang ditandai dengan adanya perasaan senang, adanya keinginan, perhatian, dorongan dan kemauan, kebutuhan dan harapan. Sehingga indikator yang dijadikan oleh peneliti untuk mengukur tingkat minat siswa dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi meliputi a kebutuhan akan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, b keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada jurusan ekonomi, c keingintahuan akan informasi tentang perguruan tinggi jurusan ekonomi dan cara untuk masuk ke perguruan tinggi, d perhatian akan peserta didik terhadap perguruan tinggi jurusan ekonomi.

2.2. Konsep Prestasi Belajar

2.2.1. Definisi Prestasi

Djamarah 1994:20 mengartikan prestasi yaitu apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Prestasi adalah hasil suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok yang telah dikerjakan maupun diciptakan yang menyenangkan hati. Hasil yang menyenangkan hati menjadi kunci pokok yang membedakan prestasi dengan hasil yang lainnya. Oleh karena itu, hasil yang tidak menyenangkan hati tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah prestasi.

2.2.2. Definisi Belajar

Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk Dalyono, 2007:175. Hamalik 2009:27 dalam bukunya menafsirkan belajar dalam dua macam penafsiran. Pertama, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut penafsiran tersebut belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami. Kedua, belajar ditafsirkan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto 2010:2 menafsirkan makna belajar dari sisi psikologis yaitu belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan-perubahan ini akan tampak nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Tidak semua perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ada beberapa ciri perubahan yang bisa diartikan dalam pengertian belajar yaitu: 1. Perubahan terjadi secara sadar. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Senada dengan Slameto, Sardiman 2008:20 memaknai belajar sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Proses belajar akan lebih baik jika subyek belajar mengalami atau melakukan sendiri, jadi tidak bersifat verbalistik. Berbagai pendapat dari para ahli yang telah diuraikan di atas mempunyai berbagai redaksi tentang makna belajar tetapi sama-sama menitikberatkan pada perubahan tingkah laku. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

2.2.3. Pengaruh Prestasi Belajar terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan

ke Perguruan Tinggi Winkel dalam Sunarto 1996:162 mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Purwanto 2011:28 prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagai mana yang dinyatakan dalam rapor. Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai hal. Menurut Djamarah 2008:178 prestasi belajar dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: a. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik. Dalam lingkunganlah peserta didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan. Selama hidup seorang manusia tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial. Interaksi dari keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah. b. Faktor instrumental Faktor instrumental merupakan faktor dari sekolah yang terdiri dari kurikulum, program dan sarana prasarana serta guru. Faktor instrumental sangat berpengaruh karena proses belajar peserta didik selama di sekolah tidak pernah lepas dari keempat hal di atas. Jenis kurikulum, program yang dilaksanakan, kelengkapan sarana dan prasarana serta karakteristik guru akan mempengaruhi cara belajar peserta didik dan akan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai. c. Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan. d. Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh sebab itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Sedangkan faktor-faktor psikologis terdiri dari minat, kecerdasan, bakat dan motivasi. Individu yang mempunyai kecerdasan yang tinggi akan mempunyai peluang yang tinggi pula dalam meraih kesuksesan dalam belajar Baharuddin dan Wahyuni, 2008:21. Meraih kesuksesan dalam belajar berarti individu mempunyai prestasi belajar. Ketika seorang individu mempunyai prestasi belajar maka akan meningkatkan motivasinya untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi karena sifat dasar manusia yang selalu merasa kurang puas. Motivasi yang tinggi inilah yang berimbas pada meningkatnya minat seorang individu untuk belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Argumen ini diperkuat oleh Sardiman 2008:79 bahwa pujian reinforcement akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk bekerja dan belajar lebih giat lagi. Suatu pujian akan mendatangkan rasa kebanggaan bagi orang yang dipuji. Begitu pula dengan seorang individu yang mendapatkan prestasi bagus maka dia akan mempunyai rasa kebanggaan atas prestasi tersebut sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Minat untuk belajar dan prestasi belajar sejatinya merupakan mata rantai yang tak terputus. Kedua hal tersebut mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Individu peserta didik yang mempunyai minat belajar yang tinggi maka ia akan mempunyai peluang yang tinggi dalam mencapai prestasi belajar karena akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Sebaliknya, ketika seorang individu mempunyai prestasi belajar yang baik dia akan mempunyai kebanggaan, sehingga akan memacu minat dan motivasinya untuk belajar lebih giat lagi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi. Indikator prestasi belajar ekonomi dapat diketahui dalam nilai raport mata pelajaran ekonomi siswa pada semester V. Indikator tersebut merupakan indikator yang diambil dari teori Ahmadi dan Supriyono yang mengemukakan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal seperti kepandaian dan faktor eksternal.

2.3. Konsep Dukungan Keluarga

2.3.1. Definisi Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan wadah yang sangat penting bagi seorang individu karena keluarga adalah kelompok sosial pertama dimana seorang manusia menjadi anggotanya. Keluarga menjadi tempat pertama untuk mengadakan sosialisasi seorang manusia anak, Ibu, ayah, saudara dan anggota keluarga lainnya adalah orang-orang pertama yang melakukan kontak dengan anak sehingga merupakan orang yang pertama kali menanamkan arti kehidupan bagi seorang anak. Hampir setengah dari umur manusia dihabiskan dalam lingkungan keluarga sehingga keluarga menjadi pengaruh paling besar dalam pola pikir seorang individu Ahmadi, 2007:108. Shochib 2000:17 mengartikan keluarga dari dua tinjauan yaitu dari tinjauan hubungan darah dan dari tinjauan hubungan sosial. Keluarga ditinjau dari hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu sama lain. Berdasarkan tinjauan ini keluarga dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya interaksi antar anggota dan saling mempengaruhi walaupun diantara mereka tidak ada hubungan darah. Keluarga berdasarkan dimensi hubungan sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis. Solaeman dalam Shochib 2000:17 menjelaskan makna dari keluarga dilihat dari sudut pandang psikologis dan pedagogis. Pengertian psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri. Dari pandangan pedagogis, keluarga diartikan sebagai satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalyono 2007:59 memberikan pengertian yang simple pada keluarga yaitu ayah, ibu, dan anak-anak serta keluarga yang menjadi penghuni rumah. Dari berbagai pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga merupakan suatu perkumpulan yang mempuyai hubungan darah yang tinggal bersama dan mempunyai interaksi sosial yang erat sehingga saling mempengaruhi dan saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya. Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan internal, seperti dukungan dari suami istri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan Friedman, 1998. Kane 1998 dalam Friedman, 1998 mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga tersebut bersifat reprokasitas timbal balik, umpan balik kuantitas dan kualitas komunikasi, dan keterlibatan emosional kedalaman intimasi dan kepercayaan dalam hubungan sosial. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan Friedman,1998.

2.3.2. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Minat Melanjutkan

Pendidikan ke Perguruan Tinggi Menurut Dalyono 2007:59 cukup atau kurangnya perhatian orang tua dan bimbingan dari orang tua akan mempengaruhi pencapian anak dalam belajar. Keakraban antara anak dan orang tua dalam berhubungan juga berpengaruh dalam proses belajar anak. Dukungan dari keluarga terutama dari orang tua baik yang berupa materi maupun non-materi seperti perhatian dan bimbingan mampu meningkatkan motivasi dalam diri anak untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Seorang anak yang mendapatkan dukungan dari keluarga meskipun hanya berupa nasehat dan perhatian yang baik akan meningkatkan semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Slameto 2010:61, menurutnya orang tua yang tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak dalam belajar akan menyebabkan anak kesulitan untuk mencapai kemajuan dalam belajar. Dari pendapat Slameto tersebut semakin menguatkan perlunya dukungan dari keluarga untuk kesuksesan pembelajaran anak. Dukungan dari orang tua tidak harus berupa nasehat ataupun bimbingan, kemauan untuk mendengarkan pendapat dari anak dapat menjadi dukungan yang nyata dari orang tua kepada anak. Usia peserta didik SMA SMK merupakan usia remaja dimana pola pikirnya masih labil dan menginginkan kebebasan dan pengakuan. Desmita 2009:217 berpendapat bahwa secara psikologis usia remaja menginginkan pengakuan atas pendapatnya. Adanya kemauan orang tua untuk mendengarkan keluh kesah anaknya dalam hal pembelajaran membuat anak tersebut merasa dihargai sehingga rasa percaya dirinya akan meningkat. Rasa percaya diri inilah yang meyakinkan diri seorang anak untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik melalui melanjutkan ke perguruan tinggi. Menurut Caplan 1976 dalam Friedman 1998 menyebutkan bahwa ada empat jenis dukungan keluarga, yaitu: 1 Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator penyebar informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan dalam mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk, usulan dan pemberian infomasi. 2 Dukungan pendampingan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian. 3 Dukungan instrumental Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. 4 Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dengan afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan keluarga diartikan sebagai sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Pada penelitian ini dukungan keluarga merepresentasikan segenap sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap minat melanjutkan ke perguruan tinggi seorang anak peserta didik. Dukungan keluarga secara umum dapat berupa materi maupun non materi. Sehingga dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan oleh anak untuk mencapai kesuksesan dalam belajar. Ini artinya dukungan keluarga berpengaruh positif pada minat seorang anak untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Adapun indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui tingkat dukungan orang tua bisa dilihat dari empat aspek yaitu dukungan informasi, dukungan pendampingan, dukungan instrumental dan dukungan emosional.

2.4. Konsep Lingkungan Sekolah

Hamalik 2009:5 mengatakan bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan keluarga dan masyarakat yang memberikan pendidikan secara informal. Sekolah telah menyusun dan mengatur pola dan sistematika tertentu yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar berlangsung dan terarah pada pembentukan dan pengembangan peserta didik. Lingkungan dapat diartikan sebagai segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio- kultural Dalyono, 2007:129. Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi material jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Sedangkan secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Menurut Sertain dalam Dalyono 2007:133, lingkungan dibagi menjadi tiga macam yaitu lingkungan alam, lingkungan dalam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan manusia seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan lain sebagainya. Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Jaringan tubuh manusia merupakan salah satu dari lingkungan dalam. Lingkungan sosial adalah semua orang lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh yang kita terima dari lingkungan sosial bisa secara langsung maupun tidak langsung. Baharuddin dan Wahyuni 2008:26 membagi lingkungan sekolah menjadi dua yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial lingkungan alam. Lingkungan sosial sekolah berarti semua orang yang berada di sekolah yang mempengaruhi kita. Seorang dapat dipengaruhi oleh orang lain ketika orang tersebut berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu orang lain yang dapat mempengaruhi seorang peserta didik di sekolah adalah orang lain yang berinteraksi dengan peserta didik tersebut. Guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan dan teman sekelas adalah orang-orang yang berhubungan dengan peseta didik di sekolah. Lingkungan alam di sekolah adalah segala sesuatu yang bukan manusia yang ada di sekolah. Lingkungan alam ini berupa bangunan, sarana-prasarana, kondisi alam dan sebagainya. Mengingat begitu luasnya pembahasan tentang lingkungan sekolah maka pada penelitian ini, peneliti hanya akan memfokuskan pada lingkungan sosial sekolah. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir peserta didik. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolah turut menentukan pola pikir serta kepribadian seorang peserta didik. Hurlock dalam Yusuf 2009:54 mengemukakan pentingnya lingkungan sekolah dalam perkembangan kepribadian seorang individu. Sekolah menjadi tempat penentu dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan substitusi orang tua. Beberapa faktor yang mengakibatkan sekolah dapat mempengaruhi pola pikir seorang anak adalah karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah dan sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meraih kesuksesan dan menilai dirinya secara realistik. Diantara orang-orang yang berinteraksi dengan peserta didik di sekolah, guru dan teman sekelas mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pola pikir peserta didik karena mempunyai intensitas interaksi paling banyak. Relasi antara guru dan peserta didik terjadi ketika proses belajar. Yusuf 2009:56 berpendapat keharmonisan hubungan antara guru dan peserta didik akan berpengaruh positif terhadap kemajuan belajar peserta didik. Selaras dengan pendapat tersebut, Slameto 2010:66 mengungkapkan bahwa ketertarikan seorang peserta didik terhadap gurunya akan berpengaruh terhadap ketertarikannya pada mata pelajaran yang diampu guru tersebut. Ini artinya peserta didik akan lebih berminat mempelajari mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang disukai. Selain sebagai seorang pengajar guru juga sebagai seorang pembimbing dan motivator di kelas. Bimbingan dan motivasi yang diberikan oleh guru akan mempengaruhi pola pikir dari peserta didik. Seorang guru yang mempunyai hubungan harmonis dengan siswa dan sering memberi motivasi dan bimbingan kepada peserta didik akan berpengaruh positif terhadap pola pikir, semangat dan motivasi peserta didik untuk memperoleh kemajuan dalam belajar. Disisi lain peserta didik yang mempunyai hubungan harmonis dengan gurunya dan telah mendapatkan bimbingan serta motivasi dari guru akan mempunyai minat yang lebih untuk mendalami mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Pendalaman mata pelajaran inilah yang menjadi cikal bakal munculnya minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain guru ada satu lagi yang berpengaruh besar terhadap seorang peserta didik yaitu teman sekelas. Teman sekelas yang merupakan teman sebaya tidak bisa ditinggalkan dari perkembangan pola pikir dan perilaku peserta didik. Desmita 2009:219 menjelaskan bahwa perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupannya. Teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Teman sebaya akan berpengaruh besar dalam pengambilan pilihan kehidupan seorang remaja. Masa remaja adalah masa mencari jati diri, oleh karena itu remaja mempunyai kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya. Disinilah letak pengaruh terbesar teman sebaya. Banyak pilihan yang diambil oleh remaja ditentukan karena dia mengikuti atau dibujuk oleh temannya. Ketika teman kelas mengajak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi maka peserta didik tersebut juga akan punya kecenderungan yang besar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi mengikuti temannya. Di sisi lain teman sebaya menjadi akses informasi yang paling besar bagi seorang peserta didik. Banyak informasi yang didapatkan oleh peserta didik berasal dari teman sekelasnya. Lingkungan secara umum terbagi menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik bangunan dan fasilitas yang ada di sekolah. Lingkungan sosial merupakan semua orang yang ada di sekolah yang mempengaruhi peserta didik. Pihak-pihak yang berada di sekolah yang bisa mempengaruhi peserta didik adalah guru, karyawan, kepala sekolah dan teman sekelas. Pada penelitian ini, fokus penelitian hanya pada sisi lingkungan sosialnya, dengan keyakinan bahwa lingkungan fisik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap psikologi peserta didik. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan sekolah dalam hal ini lingkungan sosial sekolah mempunyai pengaruh yang positif terhadap minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur lingkungan sosial sekolah dapat dilihat dari hubungan peserta didik dengan guru, kepala sekolah, pegawai atau karyawan dan teman sebaya. Pengukuran indikator- indikator pada variabel lingkungan sekolah menggunakan metode angket. Adapun indikator yang dapat dijadikan untuk mengukur lingkungan sekolah menurut Dalyono 2007:131 adalah, 1. Interaksi antara peserta didik dengan guru Interaksi ini meliputi pemberian informasi, dukungan, perhatian, dan motivasi dari guru terhadap peserta didik. 2. Interaksi antara peserta didik dengan kepala sekolah Interaksi ini meliputi pemberian informasi dan fasilitas untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dari kepala sekolah terhadap peserta didik. 3. Interaksi antara peserta didik dengan karyawan sekolah Interaksi ini meliputi pemberian informasi dan dukungan administrasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dari karyawan terhadap peserta didik. 4. Interaksi antara peserta didik dengan teman sekolah Interaksi ini meliputi pemberian informasi, dukungan, perhatian, dan motivasi dari teman sekelas terhadap peserta didik.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

PENGARUH MINAT MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI, KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KEPUTUSAN SISWA MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI PADA JURUSAN EKONOMI KELAS XII DI

3 28 146

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Prestasi Belajar Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA

0 2 15

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Prestasi Belajar Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII IPS SMA

0 4 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI PADA SISWA KELAS XII IPS SMA

0 0 18

MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA SISWA KELAS XII SMA N 2 SUKOHAR

0 1 18

PENGARUH MINAT PESERTA DIDIK UNTUK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF.

0 0 40

PENGARUH PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SKRIPSI

0 0 148

PENGARUH PRESTASI BELAJAR, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA SMA KELAS XII UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SKRIPSI

0 1 137

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI

0 0 153

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PADA HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI

0 0 87