Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional di Indonesia termaktub di dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20 Pasal 3. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20 Pasal 3, tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Depdiknas 2006: 68. Berkembangnya potensi peserta didik agar memenuhi kriteria Undang- Undang Nomor 20 Pasal 3 Sistem Pendidikan Nasional memerlukan proses. Proses tersebut dikatakan sebagai proses belajar. Proses belajar berlangsung dalam satuan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Salah satu pendidikan dasar di jalur formal yaitu Sekolah Dasar SD Depdiknas 2006: 66. Pendidikan di SD mencakup semua mata pelajaran. Mata pelajaran yang ada di SD terdiri dari mata pelajaran yang bersifat eksak dan non eksak. Mata pelajaran di SD yang bersifat eksak antara lain: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPA, sedangkan mata pelajaran di SD yang bersifat non eksak antara lain: 2 Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, Pendidikan Kewarganegaraan PKn, Bahasa Daerah, Seni Budaya dan Keterampilan SBK, serta Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD bertujuan agar peserta didik terampil berbahasa lisan dan tulis. Mata pelajaran Bahasa Indonesia ini memberikan keterampilan kepada peserta didik tentang bagaimana menggunakan bahasa dengan baik yang diwujudkan secara lisan maupun tulis. Menurut Iskandarwassid 2009: 226 bahasa dipergunakan pada sebagian besar aktivitas manusia, tanpa bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaannya, menyampaikan keinginan, memberikan saran dan pendapat. Semakin tinggi tingkat penguasaan bahasa yang dimiliki oleh peserta didik dapat menjadi indikasi semakin baik pula penggunaan bahasa peserta didik dalam berkomunikasi. Peserta didik dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, saran, dan pendapat berbeda-beda. Peserta didik dapat mengungkapkan perasaan, keinginan, saran, dan pendapat secara lisan maupun tulis. Kedua pengungkapan tersebut, baik secara lisan maupun tulis tidak langsung dapat dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik harus belajar untuk dapat menguasai keterampilan berbahasa lisan dan tulis dengan baik. Keterampilan berbahasa lisan maupun tulis pada peserta didik di SD dapat dilatihkan melalui salah satu mata pelajaran di SD. Mata pelajaran tersebut yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mulai diberikan di kelas 1 SD. Keterampilan berbahasa mencakupi empat keterampilan berbahasa. Empat keterampilan berbahasa tersebut yaitu berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Salah satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Keterampilan berbicara diberikan dari kelas 1 SD melalui 3 berbagai materi yang mengandung aspek melatih keterampilan berbicara peserta didik. Salah satu materi yang melatihkan keterampilan berbicara peserta didik dalam silabus di kelas IV SD yaitu materi pesan melalui telepon. Materi pesan melalui telepon diberikan agar peserta mampu melakukan komunikasi menggunakan alat telepon. Proses komunikasi ini menggunakan keterampilan berbicara sehingga dapat menyampaikan maksud dan tujuan pesan dari penelepon kepada penerima. Penyampaian pesan dalam materi pesan melalui telepon ini menggunakan keterampilan berbicara dan memerlukan keterampilan menyimak untuk memahami maksud dari pesan tersebut. Keterampilan menyimak digunakan ketika penerima telepon mencoba memahami pesan yang disampaikan oleh penelepon. Pernyataan tersebut selaras dengan aliran komunikatif dan pragmatik yang menyatakan bahwa keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan kuat karena memerlukan adanya pembicara yang mengasosiasikan makna, mengatur interaksi; siapa harus mengatakan apa, kapan dan tentang apa. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat yang kemudian berkembang menjadi beberapa kalimat bermakna Iskandarwassid 2009: 239. Pernyataan di atas menegaskan bahwa materi pesan melalui telepon memerlukan keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara digunakan dalam menyampaikan pesan penelepon sedangkan keterampilan menyimak digunakan untuk memahami pesan yang disampaikan penelepon baik oleh penelepon sendiri maupun penerima. Kedua keterampilan memiliki peran masing-masing dalam materi pesan melalui telepon, namun aspek 4 yang dinilai lebih menitikberatkan pada kemampuan berbicara peserta didik dalam mengungkapkan pesan. Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 1 Purbalingga Kidul, Ina Riyanto Primadyastuti, S. Pd. SD pada tanggal 3 Februari 2012. Berdasarkan pengamatan dan wawancara tersebut, dalam pembelajaran materi pesan melalui telepon selama ini menggunakan metode pemberian tugas. Peserta didik membaca teks percakapan melalui telepon di depan kelas dan kemudian diikuti dengan mengerjakan tugas yang berkaitan dengan pesan terkandung dalam percakapan itu. Peserta didik dalam pembelajaran masih pasif dan masih berpusat pada guru teacher centered. Berdasarkan kenyataan itu, perlu adanya sebuah strategi yang dapat membuat peserta didik aktif dan pembelajaran berpusat pada peserta didik student centered . Peserta didik dapat terlibat secara langsung menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai kemampuan individu peserta didik. Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat seperti penggunaan metode pembelajaran yang tepat diharapkan tidak membuat jenuh dalam penyajian materi pelajaran. Metode menurut Sagala 2003 dalam Ruminiati 2007: 2.3 adalah cara yang digunakan oleh guru atau peserta didik dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Metode pembelajaran yang baik apabila metode tersebut memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran. Metode pembelajaran yang baik serta memudahkan peserta didik 5 memahami materi pesan melalui telepon menurut peneliti yaitu menerapkan metode bermain peran role playing. Bermain peran role playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Tujuan spesifik meliputi bermain peran berbasis keterampilan, berbasis isu, berbasis problem, dan berbasis spekulasi Zaini 2008: 98. Kenyataan yang terjadi di lapangan, guru tidak menggunakan metode bermain peran role playing dikarenakan metode ini memakan waktu lama. Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode bermain peran role playing memang relatif lama karena tahap pada bermain peran role playing meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Pada tahap persiapan, guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan kemudian guru menetapkan pemain yang terlibat dalam bermain peran role playing. Tahap persiapan juga membuka peluang peserta didik untuk bertanya mengenai perannya, sehingga pada saat pelaksanaan peserta didik mampu memainkan perannya dengan baik. Tahap pelaksanaan merupakan tahap pemeranan. Tahap ini memberikan kesempatan penuh pada peserta didik untuk mengeksplor keterampilan peserta didik. Peserta didik dapat mengeluarkan seluruh potensi diri yang dimiliki untuk melakukan keterampilan dengan baik. Keterampilan peserta didik dapat terlihat, ketika peserta didik memerankan peran yang didapatnya. Peserta didik mengeksplor keterampilan yang dimilikinya melalui keseriusan peserta didik dalam memerankan peran yang didapatnya. Peserta didik yang dapat menampilkan karakter yang sesuai menandakan bahwa peserta didik tersebut dapat mengeksplor 6 keterampilan yang dimilikinya dengan baik. Tahap terakhir, guru dan peserta didik menyimpulkan kegiatan bermain peran role playing yang dilakukan peserta didik. Semua tahap bermain peran role playing ini, harus dilakukan dengan baik agar konsep metode bermain peran role playing dapat sepenuhnya dilakukan. Tahap-tahap ini tergolong rumit, kerumitan inilah yang menyebabkan waktu yang dibutuhkan relatif lama. Selain faktor waktu yang relatif lama, guru dituntut untuk dapat melakukan pengkondisian kelas dan mampu menghadirkan perlengkapan pelaksanaan metode bermain peran role playing. Alasan-alasan di atas membuat guru berfikir lagi untuk menggunakan metode bermain peran role playing tanpa melihat kelebihan yang diperoleh ketika metode bermain peran role playing digunakan dalam pembelajaran materi pesan melalui telepon. Kelebihan-kelebihan penerapan metode bermain peran role playing diantaranya yaitu: 1 membandingkan dan mengkontraskan posisi-posisi yang diambil dalam pokok permasalahan, 2 menerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah, 3 menjadikan problem yang abstrak menjadi konkret, 4 melibatkan peserta didik dalam pembelajaran yang langsung, 5 mendorong peserta didik memanipulasi pengetahuan dalam cara yang dinamik, dan 6 mengembangkan pemahaman yang empatik Zaini 2008: 102. Beberapa keuntungan di atas sangat cocok dengan tujuan yang diharapkan dari materi pesan melalui telepon. Peserta didik melakukan kegiatan bermain peran role playing dengan membawa pesan, kemudian pesan itu disampaikan kepada penerima pesan lawan main dengan menggunakan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik secara konkret. Kegiatan bermain peran role playing 7 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung dan penuh dalam proses pembelajaran. Keterlibatan peserta didik secara penuh akan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai materi pesan melalui telepon, sehingga peserta didik dapat membawa keterampilan yang mereka dapatkan ke dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran menggunakan metode bermain peran role playing dibandingkan dengan metode pemberian tugas pada pembelajaran bahasa Indonesia materi pesan melalui telepon di kelas IV SD, yang berjudul “Keefektifan Penerapan Metode Bermain Peran Role Playing pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Pesan melalui Telepon di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Purbalingga Kidul Kabupaten Purbalingga”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI KAUMAN 2 MALANG

0 4 14

Pengaruh metode role playing (bermain peran) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN Cempaka I Putih Tahun ajaran 2014-2015

0 21 122

Pengaruh Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Konsep Penggolongan Hewan

1 13 189

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MATERI GEOMETRI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL KABUPATEN PURBALINGGA

1 20 262

PENERAPAN METODE SIMULASI BERMAIN PERAN / ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERBICARA Penerapan Metode Simulasi Bermain Peran / Role Playing Untuk Peningkatan Ketrampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jagoan Sambi B

0 4 15

PENERAPAN METODE SIMULASI BERMAIN PERAN / ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERBICARA Penerapan Metode Simulasi Bermain Peran / Role Playing Untuk Peningkatan Ketrampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jagoan Sambi B

0 3 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA KELAS V SDN BANYURIP 1 KECAMATAN SAMB

0 0 14

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI DRAMA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE Peningkatan Pemahaman Materi Drama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Lemahjaya

0 0 15

PENDAHULUAN Peningkatan Pemahaman Materi Drama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Lemahjaya Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

0 2 39