Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Lembar Pengamatan Performansi Peserta Didik

46 RPP, kisi-kisi soal, soal-soal tes, lembar jawab tes, kunci jawaban tes, pedoman penilaian, lembar pengamatan aktivitas peserta didik, lembar pengamatan performansi peserta didik, dan alat penilaian kemampuan guru APKG.

3.5.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dibuat sebelum peneliti melakukan penelitiannya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dibuat dengan melihat silabus kelas IV Semester 2 pada materi pesan melalui telepon yang kemudian oleh peneliti dikembangkan. Silabus kelas IV semester 2 selengkapnya ada pada lampiran 4, sedangkan silabus pengembangan materi pesan melalui telepon di kelas IV Semester 2 selengkapnya ada pada lampiran 5. Ada dua macam RPP yang dibuat, yaitu RPP yang dibuat untuk kelas eksperimen menggunakan metode bermain peran role playing dan RPP yang dibuat untuk kelas kontrol menggunakan metode pemberian tugas. RPP yang digunakan untuk kelas kontrol selengkapnya terdapat pada lampiran 6, sedangkan RPP yang digunakan untuk kelas eksperimen selengkapnya terdapat pada lampiran 7.

3.5.2 Soal-soal Tes

Sebelum soal-soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik, terlebih dahulu soal tersebut dicobakan kepada peserta didik diluar sampel yaitu peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Purbalingga Kidul Kabupaten Purbalingga. Soal uji coba dicobakan kepada kelas V di SD Negeri 1 Purbalingga Kidul. Daftar nama peserta didik yang mengikuti uji coba soal selengkapnya ada pada lampiran 8. Jumlah butir soal yang diperlukan dalam penelitian ini hanya 20 butir soal, namun karena soal harus dicobakan terlebih dahulu, maka dari satu kisi- kisi dibuat dua paket soal paralel. Jumlah butir soal dengan dibuat dua paket soal berjumlah 40 butir soal. Kisi-kisi dan soal selengkapnya ada pada lampiran 9. 47 Sebelum soal-soal tes dijadikan alat pengumpul data hasil belajar peserta didik, maka perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba try out ini dilakukan dengan maksud agar diperoleh instrumen yang valid dan reliabel sehingga pada akhirnya diperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel. Langkah-langkah dalam pengujian instrumen soal uji coba dalam penelitian ini terdiri dari:

3.5.2.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah Arikunto 2006: 168. Validitas instrumen penelitian ini yaitu: 3.5.2.1.1 Validitas Logis Logical Validity Validitas logis adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil penalaran. Untuk pengujian validitas logis dilakukan dengan cara menilai kesesuaian butir-butir soal dengan kisi-kisi- soal yang telah dibuat sebelumnya. Proses pengujian validitas logis melibatkan 2 penilai ahli yaitu Drs. HY. Poniyo, M. Pd. pembimbing 1 dan Ina Riyanto Primadyastuti, S. Pd. SD guru kelas IV dengan menggunakan lembar penilaian validitas logis. Hasil penilaian validitas logis selengkapnya dapat dilihat di lampiran 10. 3.5.2.1.2 Validitas Empirik Empirical Validity Validitas empirik adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil pengalaman. Sebuah instrumen penelitian dikatakan memiliki validitas, apabila sudah teruji dari pengalaman. Dengan demikian, syarat instrumen dikatakan memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu melalui 48 sebuah uji coba Abdurahman, dkk 2011: 49. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi product moment dengan rumus: Σ Σ Σ Σ Σ Σ Σ Keterangan: r xy : koefisien korelasi XY N : banyaknya subjek uji data ∑X : jumlah skor item ∑Y : jumlah skor total ∑X 2 : jumlah kuadrat skor item ∑Y 2 : jumlah kuadrat skor total ∑XY : jumlah perkalian skor item dengan skor soal Arikunto 2007: 73. Kemudian hasil r xy dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, dengan menetapkan taraf signifikan 5. Jika r xy r tabel , maka alat ukur dikatakan valid. Validitas empirik instrumen pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.

3.5.2.2 Reliabilitas

Setelah instrumen validitasnya, instrumen kemudian diuji reliabilitasnya. Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Jika datanya memang sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan Iskandarwassid 2009: 186. Pengujian 49 reliabilitas perangkat tes soal bentuk pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan taraf signifikan 5. Reliabilitas instrumen penelitian ini dihitung menggunakan program SPSS versi 17.

3.5.2.3 Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran Arikunto 2007: 207. Indeks kesukaran di hitung menggunakan rumus: B JS Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya peserta didk yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh peserta didik peserta tes Arikunto 2007: 208 Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: 1 soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar, 2 soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang, dan 3 soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Arikunto 2007: 210. Instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi persentase indeks kesukaran soal yang ditentukan, di mana soal yang berkategori 50 mudah sebanyak 25, soal berkategori sedang 50, dan soal berkategori sukar 25.

3.5.2.4 Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang bodoh. Suatu butir soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik pandai maupun peserta didik yang bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Suatu butir soal yang tidak dijawab benar oleh peserta didik yang pandai dan peserta didik bodoh juga merupakan soal yang tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Butir soal yang baik yaitu butir soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik yang pandai saja. Daya pembeda butir soal untuk soal pilihan ganda dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: D B B P P Keterangan: J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar 51 Arikunto 2007: 213-4. Klasifikasi daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut yaitu: 1 D = 0,00 – 0,20 = jelek poor, 2 D = 0,21 – 0,40 = cukup satifactory, 3 D = 0,41 – 0,70 = baik good, 4 D = 0,71 – 1,00 = baik sekali excellent, 5 D = negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya tidak dipakai Arikunto 2007: 218. Soal dengan klasifikasi jelek atau bernilai negatif tidak dapat digunakan sebagai instrumen. Alasan tersebut membuat soal yang dapat digunakan mulai dari soal yang kategori cukup, soal yang berkategori baik, dan soal yang kategori baik sekali.

3.5.3 Lembar Pengamatan Performansi Peserta Didik

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa teks percakapan untuk diperankan oleh peserta didik. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini, selain menggunakan tes pilihan ganda, penilaian hasil belajar peserta didik juga menggunakan tes bentuk perbuatan tes performansi untuk menilai keterampilan berbicara peserta didik. Lembar penilaian performansi peserta didik dapat dilihat pada lampiran 11. Aspek penilaian membutuhkan deskriptor yang jelas, sehingga penilaian yang diberikan pada peserta didik mempunyai dasar penilaian yang jelas. Deskriptor ini digunakan untuk menentukan skor tepat yang diperoleh peserta didik. Deskriptor pedoman penilaian performansi dalam pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 12. Nilai yang diperoleh dari hasil penilaian performansi dapat digolongkan ke dalam kriteria nilai. Kriteria untuk penilaian performansi peserta didik dalam bermain peran role playing meliputi lima kategori, yaitu kategori sangat baik, 52 baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Kategori penilaian bermain peran role playing peserta didik dijelaskan pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Kategori Penilaian Performansi Aktivitas Peserta Didik No Skor Kategori 1. 86 – 100 Sangat Baik 2. 71 – 85 Baik 3. 56 – 70 Cukup 4. 41 – 55 Kurang 5. 40 Sangat Kurang

3.5.4 Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI KAUMAN 2 MALANG

0 4 14

Pengaruh metode role playing (bermain peran) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN Cempaka I Putih Tahun ajaran 2014-2015

0 21 122

Pengaruh Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Konsep Penggolongan Hewan

1 13 189

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MATERI GEOMETRI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 PURBALINGGA KIDUL KABUPATEN PURBALINGGA

1 20 262

PENERAPAN METODE SIMULASI BERMAIN PERAN / ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERBICARA Penerapan Metode Simulasi Bermain Peran / Role Playing Untuk Peningkatan Ketrampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jagoan Sambi B

0 4 15

PENERAPAN METODE SIMULASI BERMAIN PERAN / ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERBICARA Penerapan Metode Simulasi Bermain Peran / Role Playing Untuk Peningkatan Ketrampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jagoan Sambi B

0 3 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA KELAS V SDN BANYURIP 1 KECAMATAN SAMB

0 0 14

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI DRAMA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE Peningkatan Pemahaman Materi Drama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Lemahjaya

0 0 15

PENDAHULUAN Peningkatan Pemahaman Materi Drama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Lemahjaya Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

0 2 39