Orang yang Bernazar untuk Pergi ke Kabah

mempunyai dua ekor unta pengangkut air dan ia pergi haji dengan salah satunya, sedang unta yang lain ditinggalkan untuk menyiram tanah kami. Beliau bersabda, Sesungguhnya umrah pada bulan Ramadhan mengimbangi haji bersamaku. [ 17 ] Dari Jabir dari Nabi saw. [ 18 ]

Bab 26: Orang yang Bernazar untuk Pergi ke Kabah

899. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw melihat seorang tua yang dipapah oleh dalam satu riwayat: berjalan 8234 di antara dua orang anaknya. Beliau bertanya, Mengapa begini? Mereka berkata, Orang itu bernazar untuk berjalan. Beliau bersabda, Sesungguhnya Allah Mahakaya, sama sekali tidak memerlukan orang ini menyiksa dirinya seperti ini. Beliau menyuruhnya naik kendaraan. [ 19 ] 900. Uqbah bin Amir berkata, Saudaraku wanita bernazar untuk berjalan ke Baitullah, dan ia menyuruh saya untuk meminta fatwa kepada Rasulullah. Maka, saya meminta fatwa kepada Nabi. Kemudian beliau bersabda, Hendaklah ia berjalan dan naik kendaraan. Abul Khair tidak pernah berpisah dari Uqbah. Catatan Kaki: [1] Atsar Ibnu Abbas di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dari jalan Ikrimah yang semakna dengannya. Sedangkan, atsar Anas di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dari jalan ash-Shabah al-Bajali. [2] Suatu umpat di antara Mekah dan Madinah. [3] Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari sendiri di dalam hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada nomor 887 berikut ini. [4] Ini adalah sebagian dari haditsnya yang tertera pada nomor 70. [5] Di-maushul-kan oleh Said bin Manshur dari jalan Mujahid dari Ibnu Umar yang mirip dengan riwayat ini, dan dalam riwayat ini disebutkan nama anaknya yaitu Waqid. [6] Lahyu Jamal adalah nama suatu tempat antara Mekah dan Madinah, tetapi lebih dekat ke Madinah. [7] Demikianlah yang tersebut dalam riwayat ini. Akan tetapi yang benar, bahwa Nabi mengawini Maimunah ketika beliau dalam keadaan halal tidak berihram. Hal ini diriwayatkan oleh sejumlah sahabat termasuk Maimunah sendiri, sebagaimana saya tahqiq di dalam Irwaaul Ghalil nomor 1027. Catatan penerjemah: Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk mengkompromikan hadits ini dengan larangan nikah atau menikahkan pada waktu ihram, maka lafal muhrim dalam hadits ini diartikan akan ihram. Ini sebagaimana lafal jaailun pada ayat, Innii jaailun fir ardhi khaliifah diartikan Aku akan menjadikan khalifah di muka bumi. Wallahu alam. [8] Di-maushul-kan oleh al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra 547 dengan sanad yang kuat. Diriwayatkan pula secara marfu oleh Abu Dawud dan lainnya dari hadits Ibnu Umar. Hadits ini ditakhrij di dalam Shahih Abu Dawud 1603. 448 [9] Di-maushul-kan oleh ad-Daruquthni dan al-Baihaqi dengan sanad yang sahih. [10] Atsar Ibnu Umar di-maushul-kan oleh al-Baihaqi 564 dengan sanad yang baik hasan. Sedangkan, atsar Aisyah di-maushul-kan oleh Imam Malik dengan sanad yang di dalamnya terdapat perawi yang majhul, dan diriwayatkan juga oleh al-Baihaqi. [11] Al-Hafizh berkata, Saya tidak mendapatkan riwayat ini yang maushul. [12] Di-maushul-kan oleh Imam Malik di dalam al-Muwaththa dengan sanad sahih. Ibnu Umar masuk Mekah ketika datang berita fitnah, padahal dia sudah keluar darinya. Lalu, kembali lagi ke sana dalam keadaan halal tidak berihram. Demikian keterangan pensyarah. [13] Menurut riwayat Abul Waqt, Nabi tidak menyebutnya, yakni ihram bagi orang yang berulang-ulang masuk ke Mekah seperti para pencari kayu bakar, para pencari rumput, dan para pengambil air. [14] Di-maushul-kan oleh ath-Thabrani di dalam Al-Kabir. [15] Al-Hafizh mengisyaratkan lafal ini sebagai lafal yang ganjil di dalam riwayat kedua, maka sesudah menyebutkan riwayat ini beliau berkata, Kalau riwayat ini terpelihara, maka boleh jadi setiap saudara laki- laki menanyakan saudara wanitanya, dan anak wanita menanyakan tentang ibunya. [16] Al-Hafizh berkata, Tidak disebutkan perkataan Umar dan jawaban Saib, dan tampaknya Umar menanyakan ukuran mud, maka hal ini akan disebutkan pada al-Kaffarat dengan isnad ini. Satu sha pada zaman Rasulullah adalah satu sepertiga mud, lalu ditambah lagi pada zaman Umar bin Abdul Aziz. [17] Demikian di dalam naskah ash-Sahih yang ada pada kami, demikian pula dalam naskah-naskah lain. Dalam manuskrip Eropa dengan lafal hajjatan au hajjatan maii haji atau haji bersama saya. Dan yang menggunakan lafal ini dinisbatkan oleh an-Nawawi di dalam Ar-Riyadh kepada Muttafaqalaih. Lafal ini adalah riwayat al-Harawi terhadap ash-Shahih. [18] Demikian diriwayatkan secara muallaq, dan ia di-maushul-kan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang sahih dari Jabir secara marfu tanpa cerita dan tanpa perkataan maii, tetapi ini merupakan tambahan yang sahih. Seandainya riwayat ini hanya terdapat di dalam ash-Shahih, maka hal itu sudah cukup. Maka, bagaimana lagi, sedangkan ia mempunyai beberapa syahid riwayat pendukung sebagaimana tersebut di dalam al-Irwa. Hadits Nomor 2568. [19] Dalam riwayat al-Kasymaihani disebutkan dengan lafal waamarhu dengan menggunakan tambahan wawu. Saya katakan bahwa ini adalah riwayat Muslim 579. Dalam riwayat Imam Ahmad 3114 dan 235 dengan lafal fa amarahu dengan menggunakan huruf fa, dan dalam riwayat Imam Ahmad yang lain 32671 dengan lafal falyarkab maka hendaklah ia naik kendaraan. 449 Kitab Keutamaan-Keutamaan Kota Madinah

Bab 1: Kesucian Kota Madinah