Wajib Sai Antara Shafa dan Marwah dan Dijadikannya Salah Satu Syiar Tanda Kebesaran Allah

Bab 78: Wajib Sai Antara Shafa dan Marwah dan Dijadikannya Salah Satu Syiar Tanda Kebesaran Allah

810. Urwah berkata, Saya pernah bertanya kepada Aisyah ketika usia saya masih muda 2203, Bagaimanakah pendapat Anda tentang firman Allah Taala, Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu termasuk syiar-syiar Allah, maka barangsiapa yang berhaji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa atasnya untuk bersai di antara keduanya. Saya berkata, Demi Allah, tidak ada dosa atas seseorang dengan tidak melakukan sai antara Shafa dan Marwah. Aisyah berkata, Buruk sekali apa yang kamu katakan, hai anak saudara wanitaku. Dalam satu riwayat: Tidak demikian. Seandainya ayat ini seperti apa yang kamu takwilkan, maka tidak ada dosa atas seseorang untuk tidak melakukan sai antara Shafa dan Marwah. Tetapi, ayat itu diturunkan pada orang-orang Anshar, mereka dan orang-orang Ghassan sebelum masuk Islam, mereka membaca talbiyah untuk Manat si berhala yang mereka sembah di Musyallal Gurus dengan arah Qadid. Maka, orang yang membaca talbiyah, ia rasa berdosa untuk sai di Shafa dan Marwah. Ketika mereka telah masuk Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu, Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami merasa berdosa untuk dalam satu riwayat: untuk tidak melakukan sai antara Shafa dan Marwah karena menghormati Manat. Maka, Allah menurunkan ayat ini, Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk syiar-syiar Allah. Aisyah berkata, Rasulullah telah menjalankan sai antara Shafa dan Marwah, maka tidak ada seorang pun untuk meninggalkan sai dalam satu riwayat: Mudah-mudahan Allah tidak menyempurnakan haji dan umrah seseorang yang tidak melakukan sai antara kedua nya. Masalah di atas yakni perbedaan pendapat antara aku dan Aisyah kuberitahukan kepada Abu Bakar bin Abdurrahman. Kemudian Abu Bakar berkata, Sesungguhnya masalah ini adalah benar-benar suatu ilmu yang belum pernah aku dengar. Aku memang pernah mendengar orang-orang dari golongan ahli ilmu agama menyebutkan bahwa seluruh manusia mengerjakan thawaf yakni sai antara Shafa dan Marwah, kecuali orang yang disebutkan oleh Aisyah, yaitu memulai ihramnya di Manat. Sewaktu Allah mewajibkan berthawaf mengelilingi Baitullah, Allah tidak menyertakan penyebutan masalah sai antara Shafa dan Marwah di dalam AlQur an. Selanjutnya mereka berkata, Wahai Rasulullah, kita semua dahulunya mengerjakan thawaf yakni sai antara Shafa dan Marwah. Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu yang menyebutkan adanya kewajiban berthawaf mengelilingi Baitullah, tetapi mengenai masalah Shafa tidak disebutkan oleh-Nya. Oleh karena itu, apakah kita semua akan mendapatkan dosa jika melakukan sai antara Shafa dan Marwah? Lalu Allah Taala menurunkan ayat yang berbunyi, Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu termasuk syiar-syiar Allah, maka barangsiapa yang berhaji ke Baitullah atau ber-umrah, tidak dosa atasnya untuk bersai atas keduanya. Kemudian Abu Bakar bin Abdurrahman berkata, Aku mendengar bahwa ayat ini diturunkan kepada dua pihak sekaligus. Yaitu, pada orang-orang yang merasa keberatan untuk melakukan thawaf atau sai yang biasa mereka lakukan di zaman jahiliah antara Shafa dan Marwah. Juga diturunkan kepada orang-orang yang melakukan thawaf, lalu merasa keberatan melakukan sai antara Shafa dan Marwah itu, sekalipun sudah memeluk agama Islam. Mereka merasa keberatan karena Allah memerintahkan melakukan thawaf mengelilingi Baitullah, tetapi Allah tidak menyebutkan Shafa. Sehingga, menyebutkan hal itu sesudah menyebutkan kewajiban thawaf mengelilingi Baitullah. 403

Bab 79: Keterangan Mengenai Sai antara Shafa dan Marwah