19
dikurangi 0,5 persen per tanaman yang mati atau hilang. Pemerintah desa memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang ditanam.
Hasil penelitiannya adalah usaha JUN yang dilaksanakan oleh petani dan UBH-KPWN layak, dengan nilai NPV Rp 1.678.390.947,00 dan hubungan
kemitraannya termasuk kemitraan prima madya. Saputra 2011 dalam Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola
kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabupaten Bogor, analisis kepuasan menggunakan importance performance
analysis IPA dan costumer satisfaction index CSI.
Mekanisme pelaksanaan kemitraan, perusahaan inti menyeleksi petani berdasarkan lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan kandang dengan kapasitas
minimal 1.500 ekor, milik sendiri atau pinjaman, peternak diharuskan memiliki pengalaman dan menyerahkan jaminan berupa bukti kepemilikan tanah, BPKB
atau uang tunai. Pihak inti memiliki hak menentukan harga sapronak dan hasil panen ayam,
jadwal pengiriman DOC, pakan dan panen ayam. Kewajiban inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan, memberikan bimbingan
teknis, dan memberikan pelayanan kesehatan ternak. Pihak plasma yaitu peternak memiliki hak bantuan modal berupa
sapronak, mendapatkan bimbingan teknis dan pelayanan ternak. Kewajiban peternak adalah mengelola usaha ternaknya dengan baik.
Peternak tidak diperbolehkan menggunakan sapronak yang berasal dari pihak lain dan juga dilarang menjual hasil panen ke pihak lain, sehingga
keuntungan yang diperoleh peternak adalah selisih antara penjualan ayam dengan pengeluaran sapronak dari perusahaan inti. Harga jual ayam adalah harga kontrak
tetap yaitu Rp 15.000,00kg. Hasil penelitian menunjukkan peternak merasa puas dengan pola
kemitraan Dramaga Unggas Farm.
2.3.2. Analisis Kelayakan Usaha
Setiawan 2010 dalam Analisis Kelayakan Finansial Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis,
menggunakan dua metode analisis yaitu pendapatan dan RC ratio. Hasil dari
20
penelitiannya adalah pola kemitraan Cikahuripan sudah cukup baik, namun tidak tertulis sehingga kekuatan hukumnya lemah. Karakteristik peternak terbanyak
berumur 25-45 tahun 74,07 persen, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah lulusan SD 44,44 persen, pengalaman beternak selama 5-10 tahun 74,07 persen
dan usaha peternakan dijalankan sebagai usaha sampingan 77,78 persen. Kemitraan yang dijalankan berhasil, karena hasil analisis pendapatan
menunjukkan bahwa keuntungan peternak yang berproduksi pada bulan September-Oktober Rp 3.111,92ekor atau Rp 1.618,34kg.
Sugiarti 2008 dalam Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis kelayakan NPV, IRR, BCR,
PBP, dan Analisis sensitivitas. Hasil penelitiannya adalah usaha peternakan Abdul Djawad Farm tahun 2007-2017 bahwa dengan menggunakan modal sendiri
tingkat suku bunga 6,25 persen maka didapat NPV sebesar Rp 931.398.142,05, BCR 1,04, dan payback period 3 tahun 6 bulan, serta IRR 29,27 persen. Jika
menggunakan modal pinjaman tingkat suku bunga 14,5 persen maka didapat NPV sebesar Rp 438.192.975,74 dan BCR 1,03 dan payback period 4 tahun 4
bulan, serta IRR sebesar 29,27 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku, maka usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan Abdul Djawad Farm rentan
terhadap peningkatan harga DOC cateris paribus lebih dari 19,50 persen modal sendiri dan lebih dari 13,04 persen modal pinjaman, peningkatan harga pakan
cateris paribus lebih dari 7,00 persen modal sendiri dan lebih dari 4,68 persen
modal pinjaman serta penurunan harga jual ayam broiler cateris paribus lebih dari 4,34 persen modal sendiri dan lebih dari 2,90 persen modal pinjaman akan
menyebabkan kerugian. Sulaiman 2010 dalam Analisis Kelayakan Pengusaha Ikan Kerapu
Macan di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, menggunakan metode NPV, IRR, Net BC, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 3 skenario penelitian dengan
tingkat suku bunga 6,5 persen dan umur proyek 5 tahun. Skenario 1 pendederan adalah benih ikan kerapu macan yang berukuran 13-15 cm dari benih yang
21
berukuran 3-5 cm dengan harga jual Rp 13.300,00ekor, NPV sebesar Rp 1.395.344,00, IRR 94 persen, Net BC 1,06, dan PBP 5 tahun, berdasarkan kriteria
kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net BC lebih dari satu, usaha tersebut layak secara finansial dan
non-finansial. Skenario 2 pembesaran produk yang dihasilkan adalah ikan kerapu macan ukuran 0,5 kg ukuran konsumsi dari benih yang berukuran 3-5 cm
dengan harga jual Rp 110.000,00kg berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian, NPV sebesar Rp 11.755.487,00, IRR 54 persen, Net BC 1,58 dan PBP
3,17, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net BC lebih dari satu usaha tersebut layak
secara finansial dan non-finansial. Skenario 3 adalah pendederan dan pembesaran ikan kerapu macan, NPV sebesar Rp 17.012.251,00, IRR 72 persen, Net BC 2,02
dan PBP 2,48, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, usaha tersebut layak secara
finansial dan non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 21,08 persen, kenaikan harga bibit di atas 32,44
persen dan penurunan SR di bawah 31,61 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 2 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 3,43 persen, kenaikan
harga bibit di atas 50 persen, dan penurunan SR di bawah 3,5 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 3 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah
4,96 persen, kenaikan harga bibit di atas 38,28 persen dan penurunan SR 4,09 persen.
Zulfah 2010 dalam Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang menggunakan metode NPV,
IRR, Net BC, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 2 skenario umur proyek 10 tahun. Skenario 1 tanpa penambahan kapasitas produksi 25 tonbulan, modal
menggunakan modal sendiri ditambah bantuan pemerintah Rp 32.000.000,00, suku bunga deposito 7 persen, NPV Rp 156.197.316,00, IRR 65 persen, PBP 2,7,
Berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan non-
finansial. Skenario 2 dengan kondisi usaha peningkatan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat dari 25 ton menjadi 50 tonbulan dan penambahan luas
22
bangunan pengomposan dan alat produksi, modal pinjaman dengan suku bunga kredit 16 persen, NPV Rp 164.690.803,00, Net BC 4,09, IRR 68 persen PBP
3,18, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan
non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan bakutahun di atas 4,41 persen, kenaikan upah kerjatahun di atas 19,2
persen dan penurunan harga jual di bawah 14,4 persen. Hasil analisis sensitivitas skenario 2 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan bakutahun di atas 4,16
persen, kenaikan upah kerjatahun di atas 17,85 persen dan penurunan harga jual di bawah 11,25 persen.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis kelayakan dilakukan pada usaha peternakan ayam broiler yang melakukan kerjasama kemitraan pola inti
plasma yang memberlakukan harga tetap kontrak. Penelitian dilakukan pada usaha yang sedang berjalan untuk memproyeksi kelayakan usaha lima tahun ke depan
sejak tahun 2009 untuk mengetahui apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan layak untuk dilanjutkan. Laba rugi dan cashflow diproyeksikan menggunakan
harga DOC dan pakan yang meningkat pada tiap tahunnya masing-masing 4,3 persen dan 2 persen, persentase kenaikan berdasarkan data keuangan usaha pada
tahun 2009. Analisis sensitivitas switching value menggunakan variabel kenaikan harga DOC dan pakan dan penurunan harga jual ayam.
23
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek
Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber daya
untuk mendapatkan benefit. Proyek juga berarti kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari identifikasi, persiapan, dan analisis penilaian,
pelaksanaan dan evaluasi Gittingger, 1986. Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.
Menurut Husnan dan Suwarsono 2000, studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek proyek investasi dilaksanakan
dengan berhasil. Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu proyek pembangunan yang direncanakan atau yang
sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang
diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut. Tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang
dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak
menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan
menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek
Gray, et. al,. 1999.
3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat
Menurut Gittingger 1986, tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah suatu yang
mengurangi tujuan. Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis proyek