Perancangan dan Pelaksanaan Penilaian Otentik dalam

135 Ibu Saolih selaku guru mata pelajaran PAI sudah barang tentu sangat menampilkan penggunaan bahasa lisan dan tulisan yang santun, benar dan tepat. Hal ini sudah sangat jelas terlihat ketika peneliti mengamati kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. i. Kegiatan Penutup Penutup Pembelajaran Dari hasil wawancara dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa guru kurang terampil dalam melaksanakan kegiatan penutup. Hal ini dapat dilihat dari beberapa uraian berikut. Guru sudah melakukan refleksi dengan membuat rangkuman bersama peserta didik dan memberikan tes tulis sebagai evaluasi tetapi guru tidak mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio, guru tidak melaksanakan tindak lanjut berupa arahan kegiatan berikutnya, dan guru tidak memberikan tugas pengayaan meskipun dalam RPP kegiatan-kegiatan tersebut sudah ditampilkan. j. Penilaian Otentik Guru sudah baik dalam melaksanakan penilaian otentik dalam kegiatan pembelajaran. Guru sudah melaksanakan penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan. Guru juga sudah melaksanakan kegiatan penilaian pada kompetensi pengetahuan KI 3 yaitu dengan memberikan siswa tes tulis. Guru juga sudah melaksanakan penilaian pada kompetensi keterampilan KI 4 yaitu dengan menilai keterampilan siswa dalam berdiskusi dan mengkomunikasikan hasil diskusi. Adapun bentuk, teknik dan instrumen penilaian sudah sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Pedoman penskoran juga disediakan pada RPP.

3. Perancangan dan Pelaksanaan Penilaian Otentik dalam

Pembelajaran PAI pada Kurikulum 2013 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Saolih, S.Pd.I dan observasipengamatan pembelajaran PAI yang berlangsung pada jam pelajaran ke I dan II pada tanggal 25 Agustus 2014 di kelas IV D SDN Cilangkap 2, penilaian 136 otentik sudah dirancang dengansangat baik oleh Ibu Saolih. Hal ini tergambar dari hasil wawancara yang diuraikan sebagai berikut. Guru sudah menyediakan instrumen observasi sikap spiritual KI 1 dan sikap sosial KI2 2 dan melakukan pengamatan saat pembelajaran berlagsung ataupun diluar pembelajaran. Ibu Saolih mengatakan bahwa sekolah sudah menyediakan lembar observasi KI 1 dan KI 2 sehingga guru tinggal melakukan pengamatan di setiap pembelajaran PAI berlangsung. Namun dikarenakan waktu pertemuan yang singkat dan jumlah siswa yang cukup banyak terkadang guru merasa kerepotan dalam melaksanakan observasi KI 1 dan KI 2 ini. Jadi memang diakui sendiri oleh Ibu Saolih bahwa observasi KI 1 dan KI 2 kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Selain instrumen observasi, kompetensi sikap spiritual KI 1 dan kompetensi sikap sosial KI 2 juga harus dinilai dengan teknik penilaian diri dan penilaian antar teman. Guru seharusnya sudah menyediakan instrumen penilaian diri dan penilaian antar teman agar penilaian kompetensi tersebut benar-benar otentik. Namun dari hasil wawancara dan pengamatan didapatkan hasil bahwa guru belum menyediakan instrumen penilaian sikap dan penilaian antar teman dan belum pernah sekalipun melaksanakan kegiatan penilaian tersebut. Sehingga hasil penilaian untuk KI 1 dan KI 2 hanya mengandalkan hasil observasi guru saja. Tentu saja hal ini membuat hasil penilaian KI 1 dan KI 2 sangat kurang maksimal dan kurang otentik. Karena hanya menggambarkan sikap spiritual dan sikap sosial siswa dari satu sudut pandang saja. Yaitu sudut pandang guru. Dalam penilaian otentik guru disarankan memiliki jurnal catatan guru yang berisi ulasan kegiatan siswa selama pembelajaran. Hal ini memudahkan guru dalam melakukan penilaian KI 1 dan KI 2. Namun lagi-lagi Ibu Saolih belum mampu memaksimalkan jurnal catatan guru ini. Beliau belum melaksanakan penilaian berupa jurnal catatan guru. Hal ini dikarenakan belum disediakannya format jurnal catatan guru oleh pihak sekolah dan Ibu Saolih juga mengakui bahwa beliau lupa untuk membuatnya sendiri karena terlalu banyaknya instrumen 137 yang harus disediakan untuk penilaian otentik ini. Sehingga beliau merasa kerepotan dalam mempersiapkannya. Pada kurikulum 2013 penilaian aspek pengetahuan KI 3 dapat dinilai dengan tes tulis, tes lisan dan penugasan. Sebelum melaksanakan penilaian terhadap aspek pengetahuan KI 3 berupa tes tulis diperlukan langkah-langkah sebagai berikut. Yaitu analisis KD, menyusun kisi-kisi dan menyusun soal sesuai kisi-kisi. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa Ibu Saolih hanya melaksanakan analisis KD, menyusun kisi-kisi dan menyusun soal berdasarkan kisi-kisi hanya pada ulangah harian saja. Pada UTS dan UAS beliau tidak melaksanakan kegiatan tersebut karena soal UTS dan UAS sudah disediakan oleh Kelompok Kerja Guru KKG pada gugus masing-masing. Sedangkan dari hasil pengamatan pada dokumen analisis KD dan kisi-kisi soal ulangan harian didapatkan kesimpulan bahwa Ibu Saolih sudah melakukan analisis dan membuat kisi-kisi dengan sangat baik karena sudah sesuai dengan buku panduan yang disediakan pemerintah saat pelatihan kurikulum 2013. Meskipun tes lisan sangat jarang dilakukan guru untuk menilai KI 3 namun penugasan selalu dilakukan guru pada setiap pertemuan. Penugasan ini cukup baik untuk menggambarkan kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan. Penilaian aspek keterampilan KI 4 dapat dilakukan dengan penilaian kinerjaunjuk kerja, proyek, dan portofolio. Dalam melakukan penilaian tersebut dibutuhkan rubrik untuk mempermudah guru melakukan penilaian aspek keterampilan KI 4 ini. Dari hasil pengamatan dan wawancara didapatkan kesimpulan bahwa Ibu saolih belum maksimal dalam melaksanakan penilaian KI 4 karena beliau hanya menyediakan rubrik untuk penilaian unjuk kerja saja. Karena penilaian unjuk kerja saja yang dilakukan Ibu Saolih. Sedangkan untuk penilaian proyek dan portofolio beliau tidak melaksanakannya. Hal ini membuat penilaian pada aspek 138 keterampilanKI 4 kurang bersifat otentik karena penilaian ini hanya dilakukan dengan satu teknik penilaian saja yaitu unjuk kerja.

4. Peran Guru PAI dalam Penerapan Kurikulum 2013