29
C. Konsep Kurikulum 2013
1. Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Laporan Trens in International Mathematics and Science Study TIMSS tahun 2011, menyebutkan bahwa nilai rata-rata matematika peseta didik
Indonesia menempati urutan ke-38 dari 42 negara. Sedangkan untuk sains justru lebih mengecewakan lagi, yaitu menempati urutan ke 40 dari 42 negara.
Sebagian besar peseta didik hanya mampu mengerjakan soal sampai level menengah saja sehingga disinyalir ada perbedaan bahan ajar di Indonesia
dengan yang diujikan di tingkat Internasional. Hasil studi TIMSS menunjukkan peseta didik Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam
kemampuan,
a. memahami informasi yang kompleks,
b. teori, analisis dan pemecahan masalah,
c. pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan
d. melakukan investigasi.
28
Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan
esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang.
29
Seperti yang ditulis Husamah dan Yanur bahwa menurut Kemdikbud setidaknya ada delapan permasalahan pada kurikulum 2006 yang menjadikan
kurikulum tersebut patut untuk diganti. Yaitu: a.
Konten kurikulum masih terlalu padat. b.
Belum sepenuhnya berbasis kompetensi. c.
Belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan.
d. Beberapa kompetensi belum terakomodasi dalam kurikulum.
e. Belum peka terhadap perubahan sosial.
f. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran
yang rinci.
28
Husamah dan Yanur S., Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013 h. 2.
29
Ibid., h. 3.
30 g.
Standar penilaian belum mengarahkan pada penilalian berbasis kompetensi.
h. KTSP membutuhkan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.
30
Selain itu, menurut Mulyasa dalam bukunya Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, di era globalisasi ini kita memang dihadapkan pada berbagai
tantangan. Yaitu globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti AFTA Asean Free Trade Area dan AFLA Asean Free Labour Area,
maupun di kawasan negara-negara Asia Pasifik APEC. Era ini menghadapkan manusia pada perubahan-perubahan yang sangat kompleks. Dan era global ini
menuntut berbagai perubahan pendidikan yang mendasar. Oleh karena itu, kurikulum juga harus selalu disusun dan disempurnakan sesuai dengan
perkembangan zaman agar terjadi kelinearan antara pendidikan dengan dunia kerja.
31
Hal ini sejalan juga dengan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar
nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
32
Di Indonesia memang sudah beberapa kali mengalami perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Di antaranya kurikulum 1994 lalu diganti dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2006 KBK diganti dengan kurikulum baru yaitu KurikulumTingkat
Satuan Pendidikan KTSP sebagai penyempurna dari kurikulum sebelumnya. Dan kini kita juga akan dikenalkan dengan kurikulum baru yang telah diterapkan
pemerintah sejak tahun ajaran 2013-2014, yaitu kurikulum 2013.
33
30
Husamah dan Yanur S., op. cit., h. 16.
31
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013 h. 2.
32
Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013, Jakarta: Mata Pena, 2013 h.111.
33
Ibid.
31 Melalui latar belakang tersebutlah akhirnya pemerintah berkomitmen untuk
memperbaiki sistem dan kurikulum pendidikan di Indonesia. Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud, pemerintah melakukan perombakan
kurikulum di tiga jenjang sekolah sekaligus, mulai dari tingkat dasar, menengah hingga tingkat atas. Uji publik kurikulum ini pun sudah dilakukan pada sekolah-
sekolah yang ditunjuk sejak tahun ajaran 2013-2014.
2. Pengertian Kurikulum