dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
a. Ciri-Ciri PBL
Menurut Barrows
28
, model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang
lainnya yaitu 1 pembelajaran bersifat student centered, 2 pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, 3 guru berperan sebagai fasilitator dan
moderator, 4 masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan problem solving, 5 informasi-informasi baru
diperoleh dari belajar mandiri self directed learning. Amir
29
mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri- ciri sebagai berikut.
1. Pembelajaran dimulai dengan mendesain masalah. 2. Biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata.
3. Siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka.
4. Siswa mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.
5.Pendidik lebih banyak memfasilitasi. 6.Pendidik merancang sebuah masalah, memberikan indikasi-indikasi tentang
sumber bacaan tambahan serta berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat siswa menjalankan proses.
Selanjutnya Heller mengemukakan bahwa keberhasilan pendekatan PBL tergantung pada dua faktor, yaitu: 1 jenis masalah yang dikonfrontasikan kepada
siswa yaitu masalah yang menuntut pemecahan berdasarkan PBL, serta 2 formasi dan kebermanfaatan fungsi kelompok kooperatif untuk memaksimalkan
aktivitas dan partisipasi siswa secara keseluruhan.
28
Barrows dalam Soejanto Sandjaja. Pengaruh Keterlibatan Orangtua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. jurnal no.2 tahun 2012.
29
M. Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009. h. 12.
b. Tujuh Langkah Proses Pembelajaran Berbasis Masalah
Proses pembelajaran berbasis masalah, menurut Amir
30
, akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan masalah,
formulir pelengkap, dan lain-lain. Siswa pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok
menjalankan proses yang sering dikenal dengan proses 7 langkah.
Langkah 1 : Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat
setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
Langkah 2 : Merumuskan masalah.
Fenomena yang ada dalam menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih
belum nyata antara fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu.
Langkah 3 : Menganalisis masalah.
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual yang
tercantum pada masalah, dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming curah gagasan dilakukan dalam tahap ini. Anggota kelompok
mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.
Langkah 4 : Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan
dalam. Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain,
dikelompokkan mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan
30
M. Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009. h. 24-26.