1. Analisis Kualitatif
Selain menggunakan teknik analisis data kuantitatif peneliti juga menggunakan data kualitatif. Peneliti memperoleh data kualitatif
melalui wawancara dengan guru sebelum melakukan penelitian. Hasil wawancara yang didapat oleh peneliti kemudian digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan penelitian. Selain data berdasarkan wawancara peneliti juga memperoleh data kualitatif tambahan
berdasarkan komentar validator yang terdiri dari satu dosen ahli matematika Universitas Sanata Dharma dan tiga guru SD dari beberapa
sekolah dasar di Yogyakarta. Komentar yang dimaksud merupakan kritik dan saran pada saat melakukan validasi desain berupa kisi-kisi
soal yang dapat dimanfaatkan peneliti untuk memperbaiki produk yang dikembangkan. Peneliti melakukan revisi terhadap produk tersebut
sesuai dengan kritik dan saran dari validator.
2. Analisis data kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari validasi ahli atau expert judgment 1 dosen ahli dan 3 guru SD dari proses validasi yang
berbentuk angka. Data tersebut didapat dari kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Data kuantitatif penelitian ini juga didapat dari hasil analisis
data yang mencakup validitas isi melalui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh.
a. Hasil validator ahli
Berikut ini adalah tabel kualifikasi skor hasil validator ahli menurut Widoyoko 2015: 69 :
Interval Tingkat Pencapaian Kualifikasi
3,25 M ≤ 4,00 Sangat Baik
2,50 M ≤ 3,25 Baik
1,75 M ≤ 2,50 Kurang Baik
0,00 M ≤ 1,75 Tidak Baik
Tabel 3.3 Kualifikasi skor validator ahli Keterangan :
M = Rata-rata skor pada setiap aspek yang dinilai.
Data kuantitatif yang diperoleh dari keempat validator ahli akan dianalisis sebagai hasil dari validitas isi Widoyoko, 2015:
69. Para ahli yakni satu dosen ahli matematika dan tiga guru SD melakukan validasi butir soal dengan mengisi kuesioner. Peneliti
menghitung skor
dari kuesioner
keempat ahli
dan membandingkanya dengan kualifikasi skor validator ahli menurut
Widoyoko 2015: 69. b.
Analisis butir soal Analisis butir soal ini mencakup lima aspek yaitu validitas,
reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh. 1
Validitas Suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat Arifin, 2012:64. Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan
valid, apabila tes tersebut benar-benar menyasar kepada yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dituju. Tes tersebut benar-benar memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan Sulistiyorini, 2009:
165. Ebel and Fresbie dalam Herman dan Yustiana, 2014: 280 menyatakan bahwa validitas kesahihan menunjuk pada
konsistensi atau keakuratan suatu tes. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi biserial.
Mulyasa 2009: 61 menyatakan bahwa korelasi point biserial adalah korelasi product moment yang diterapkan pada
data, dimana variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu sama lain. Pada bentuk soal
pilihan ganda, soal yang benar diberi angka satu dan yang salah diberi angka nol. Peneliti menentukan penggunaan rumus
korelasi poin biserial dengan persamaan:
q p
X SD
Mt Mp
r
bis
Keterangan: = koefisien korelasi biserial
= rerata skor pada tes dari peserta yang memiliki jawaban yang benar
= rerata skor total = standar deviasi skor total
= proporsisi peserta tes yang jawabannya benar = proporsisi siswa yang menjawab salah
Penentuan
tabel
r dapat dilihat dari jumlah responden.
Jumlah responden paket A yaitu 30 siswa dengan taraf signifikan 5 maka ditemukan
tabel
r 0,361 dan jumlah
responden paket B yaitu 31 siswa dengan taraf signifikan 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka ditemukan
tabel
r 0,355. Soal dinyatakan valid apabila
sama dengan atau lebih dari
tabel
r . Masidjo 1995: 243,
mengatakan bahwa intepretasi validitas dibagi menjadi 5 yaitu:
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00
Sangat Tinggi
0,71 – 0,90
Tinggi
0,41 – 0,70
Cukup
0,21 – 0,40
Rendah
Negatif – 0,20
Sangat Rendah
Tabel 3.4 Kriteria Validitas Hasil validitas yang dianalisis menggunakan teknik point biserial
pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.3 Hasil Validitas Program TAP Berdasarkan gambar di atas, analisis validitas dapat dilihat pada Point
Biser Point Biserial. 2
Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari
suatu intsrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apakah suatu tes diteliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan
reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda Arifin, 2009: 258. Menurut Asep dan Abdul 2012: 180 reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan
tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes. Surapranata 2009: 90-101 mengungkapan bahwa
metode dalam reliabilitas ada tiga yaitu: 1 ekuivalen, 2 stabilitas, dan 3 internal consistency. Syarat pokok
menerapkan metode belah dua yaitu guru harus mengusahakan agar hasil kedua bagian tes dibelah secara seimbang.
Maksudnya jumlah butir soalnya sama antara kedua belahan tersebut Herman dan Yustiana, 2014: 275. Penelitian ini
menggunakan metode belah dua atau Split-half Method dengan cara membelah atas item genap dan item ganjil atau belahan
ganjil genap. Berikut
kriteria Koefisien
Reliabilitas menurut
Rusdiana 2015: 175.
Interval Koefisien
Reliabilitas Kualitatif
0,80 – 1,00
Sangat Tinggi 0,60
– 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59
Cukup 0,20
– 0,39 Rendah
00 – 0,19
Sangat Rendah Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Soal dikatakan baik apabila reliabilitasnya 0,40 atau lebih, sehingga pada penelitian ini tingkat reliabilitas yang
digunakan adalah 0,41 hingga 1,00.
Gambar 3.4 Hasil Analisis Reliabilitas Berdasarkan gambar di atas, analisis reliabilitas dapat
dilihat pada Split-Half OddEven Reliability = 0,743. 3
Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh Arikunto, 2012:226.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
B A
B B
A A
p P
J B
J B
D
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelompok tes J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta
kelompok atas
yang menjawab soal dengan benar
B
B
= peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
P
A
= Proporsi si peserta kelompok atas yang menjawab benar
P
B
= Proporsisi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Uji daya beda juga dilakukan dengan menggunakan aplikasi TAP. Menurut Widoyoko 2014: 137 kriteria yang
digunakan untuk menentukan indeks daya beda dan kualitas butir soal yaitu:
Daya Beda Keterangan
Kualifikasi 0, 41
– 1, 00 Sangat Baik
Dapat digunakan 0, 31
– 0, 40 Cukup Baik
Dapat digunakan
dengan revisi 0, 21
– 0,30 Kurang Baik
Perlu pembahasan dan revisi
0,00 – 0, 20
Tidak Baik Dibuang atau diganti
Tabel 3.6 Indeks Daya Beda dan Kualitas Butir Soal
Gambar 3.5 Hasil uji daya pembeda pada program TAP Berdasarkan gambar di atas, analisis daya pembeda dapat dilihat pada
disc. Index discrimination index.
4 Tingkat Kesukaran
Arikunto 2012: 222 menyatakan bahwa taraf kesukaran soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Sementara itu, Sulistiyorini 2009: 175 berpendapat bahwa semakin kecil indeks yang diperoleh, semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar
indeks yang diperoleh makin mudah soal tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis tingkat kesukaran pada penelitian ini dengan menentukan tingkat kesukaran tes yang dinyatakan valid. Uji tingkat kesukaran
dilakukan dengan Aplikasi TAP. Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai
berikut:
JS B
P
Keterangan: P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Arikunto 2012: 225 menyatakan berdasarkan ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut.
Indeks Kategori
– 0,30 Sukar
0,31 – 0,70
Sedang 0,71
– 1,00 Mudah
Tabel 3.7 Kriteria Indeks kesukaran Soal dikatakan memiliki daya beda sukar apabila memiliki indeks 0
– 0,30, sedang 0,31
– 0,70, dan mudah 0,71 – 1,00.
Gambar 3.6 Hasil uji tingkat kesukaran pada program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan gambar di atas, analisis tingkat kesukaran dapat dilihat pada item diff item difficulty.Tingkat kesukaran yang termasuk kategori
mudah 0,71
– 1,00, sedang 0,31 – 0,70, sukar 0 – 0,30. 5
Pengecoh
Arifin 2009: 278 mengungkapkan bahwa butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab
salah. Untuk melakukan analisis pengecoh rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
IP =
100
1
x P
N B
N
Keterangan IP = Indeks Pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap
soal N = jumlah alternatif jawaban
1 = bilangan tetap
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendapat Surapranata 2009:43 yang menyatakan bahwa suatu pengecoh dikatakan berfungsi
baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 atau 0,05 peserta tes. Hasil analis pengecoh dianggap berfungsi apabila lebih besar dari 0,05 dan untuk
pengecoh yang tidak berfungsi atau kurang dari 0,05 akan dilakukan revisi.
Gambar 3.7 Hasil Uji Pengecoh Butir Soal Program TAP Berdasarkan gambar di atas, analisis pengecoh butir soal dapat dilihat
pada option jawaban. Pengecoh dikatakan berfungsi apabila dipilih oleh lebih
dari 5 atau 0,05 peserta tes.
81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab iv berisi tentang uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 Melakukan
penaksiran dan pembulatan kelas IV sekolah dasar. Hal-hal yang akan diuraikan yaitu sebagai berikut:
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini membahas tentang hasil dari prosedur pengembangan tes dan kualitas produk tes hasil belajar matematika
kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV sekolah dasar.
1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar
Penelitian ini
merupakan pengembangan
produk tes
matematika materi penaksiran dan pembulatan kelas IV SD. Berdasarkan prosedur penelitian dan pengembangan yang telah
dimodifikasi dari model pengembangan Borg and Gall yang meliputi tujuh langkah pengembangan. Berikut di bawah ini akan dijabarkan
ketujuh langkah tersebut:
a. Potensi dan Masalah
Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya potensi dan masalah. Potensi dan masalah didapatkan melalui analisis
kebutuhan. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan mewawancarai Ibu Muntamah, S.Pd yakni guru kelas IV SDN
Perumnas III, Depok pada tanggal 21 Juni 2016. Sebelum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI