101 Perwakilan siswa membaca teks bacaan secara bergantian dengan cara
melakukan estafet kotak sambil menyanyikan lagu “Tik-tik Bunyi Hujan” untuk menentukan perwakilan tersebut. Ketika guru mengatakan „berhenti‟ maka siswa
yang saat itu memegang kotak membaca kalimat yang ada di papan tulis. Hal tersebut dilakukan kurang lebih 3 kali. Setelah selesai membaca, siswa mengamati
cara menulis kalimat sederhana yang dilakukan oleh guru dengan huruf tegak bersambung. Siswa mempraktikkan cara menulis kalimat sederhana menggunakan
huruf tegak bersambung dengan memperhatikan 1 kejelasan penulisan kata, 2 ketepatan penggunaan ejaan, 3 kelengkapan penulisan kata, 4 kerapian.
Siswa melakukan tugas diskusi dengan menempelkan gambar pada LKS dan mendeskripsikan gambar. Selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi.
Selama proses diskusi siswa memberikan tanggapan terkait hasil presentasi. Siswa dengan bantuan guru menyimpulkan materi pembelajaran. Menuju kegiatan
penuutup, siswa membaca se cara individu teks bacaan “Pelangi itu Indah Sekali”
dilanjutkan dengan mengerjakan soal evaluasi dimana salah satunya menyalin teks puisi menggunakan huruf tegak bersambung yang ada di soal evaluasi. Siswa
yang aktif selama pembelajaran diberikan sticker prestasi dan memotivasi siswa yang belum mendapatkan sticker prestasi supaya lebih aktif dalam pembelajaran
membaca menulis.
c. Observasi dan Monitoring
Observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pengamat untuk merekam apa saja yang terjadi saat pembelajaran di kelas. Kegiatan observasi
dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan yang
102 berlansung dengan mencatat apa saja yang diamati pada saat proses pembelajaran
berlangsung ke dalam lembar pengamatan yang telah disusun. Instrumen observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Perencanaan obervasi bersifat fleksibel dan terbuka dengan mencatat hal-hal yang tidak terduga ke dalam catatan lapangan, yang berkaitan dengan apa yang terjadi
pada saat proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja, situasi kelas, keadaan dan kendala tindakan.
Peneliti melakukan monitoring pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia fokus membaca menulis permulaan dengan menggunakan model
Quantum Teaching, untuk mengetahui secara langsung tindakan yang dilakukan dan mengamati saat proses tindakan berlangsung. Monitoring dilakukan oleh
peneliti bersama dengan guru setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis sesuai jadwal pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II dengan dibantu satu orang mahasiswa
sebagai mitra peneliti. Hasil pengamatan dan catatan dari peneliti, guru, dan mitra peneliti untuk masukan sebagai bahan refleksi antara guru kelas II dan peneliti
untuk melakukan evaluasi.
d. Hasil Siklus II
Hasil observasi dan monitoring pada tindakan siklus II dapat dilaporkan sebagai berikut. Proses pembelajaran membaca menulis dengan model Quantum
Teaching sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memiliki fungsi untuk memfokuskan
103 perhatian siswa pada proses pembelajaran. Kegiatan paling utama pada
pendahuluan adalah melakukan kegiatan apersepsi, tetapi sebelum apersepsi guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu-lagu yang berhubungan dengan tema
yang dipelajari. Dari kegiatan tersebut memberikan dampak positif, sehingga siswa merasa termotivasi dibuktikan dengan antusias dan semangatnya siswa
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Para siswa berusaha menarik perhatian guru supaya mendengarkan apa yang ingin mereka sampaikan.
Guru menjelaskan tema dan tujuan serta langkah-langkah pembelajaran membaca menulis dengan menggunakan model Quantum Teaching. Hal ini dilakukan
supaya siswa memahami maksud dari langkah-langkah pembelajaran yang akan mereka lakukan dalam proses pembelajaran membaca menulis.
Pada inti pembelajaran guru mengawali pembelajaran dengan melakukan permainan tebak gambar yang ada di dalam kotak yang telah disiapkan oleh guru.
Untuk memulai permianan, guru menunjuk salah satu siswa untuk melakukan permainan tersebut. Siswa yang ditunjuk menyebutkan ciri-ciri benda yang
berkaitan dengan tema. Setelah siswa lain dapat menebak nama gambar tersebut, siswa yang bermain menunjukkan gambar kepada siswa lain. Langkah
selanjutnya, siswa menyusun kartu kalimat di papan kalimat. Guru memberikan contoh cara membaca yang baik dan benar.
Guru juga memberikan contoh cara menulis kalimat yang baik dan benar. Guru membimbing siswa untuk membaca secara klasik dilanjutkan membaca
secara kelompok berdasarkan barisan meja. Guru mengambil satu kalimat yang diurai menjadi kata, kata diurai menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Pada
104 tahap penguraian menjadi huruf, huruf tersebut kemudian dirangkai menjadi suku
kata, suku kata dirangkai menjadi kata, dan kata dirangkai menjadi kalimat. Guru memberikan contoh menuliskan kalimat sederhana menggunakan huruf tegak
bersambung yang benar. Dalam kegiatan membaca menulis ini siswa sudah mengalami peningkatan
yang signifikan, dibuktikan dengan sedikit bimbingan dari guru sebagian besar siswa sudah lancar membaca. Ketika siswa membaca, siswa sudah dapat
mengambil jeda tepat, pengucapan lafal yang jelas, serta keberanian dalam membaca meningkat jika dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Apabila pada
siklus I ada beberapa siswa yang membaca dengan penjedaan yang kurang tepat dan belum lancar serta suara yang kurang lantang, tetapi pada siklus II ini hanya
tinggal dua siswa yang membaca kurang lancar sehingga mempengaruhi penilaian. Sementara itu, dalam kemampuan menulis siswa sudah mengalami
peningkatan yang signifikan. Padahal materi yang diberikan adalah menyalin puisi anak menggunakan huruf tegak bersambung.
Dari tiga pertemuan, secara keseluruhan kemampuam siswa dalam menulis huruf tegak bersambung semakin baik, hal ini ditunjukkan dengan tulisan
sebagian besar siswa yang sudah sesuai dengan ejaan, kalimat yang ditulis jelas dan dapat dibaca, lengkap penulisan kata dalam kalimatnya, runtut antara kalimat
satu dengan kalimat lainnnya, dan siswa menulis kalimat dengan rapid an letaknya dan jarak antar kata yang sudah teratur. Untuk lebih jelasnya, hasil penilaian
kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas II disajikan dalam tabel berikut ini.
105 Tabel 14. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca menulis Permulaan
Siswa Kelas II SD N Gembongan pada Siklus II
No. Nama Siswa
Skor 1
ADS 77,17
2 APA
75,5 3
AYS 74,67
4 AEL
63,83 5
AAP 90,5
6 BHA
89,17 7
CRL 85,5
8 FTI
80,5 9
FWS 81,33
10 GGP
86,33 11
HZS 83,83
12 HK
80,5 13
IMA 81,33
14 IKN
81,67 15
IDJ 88,17
16 JLP
90,5 17
LSS 89,17
18 MG
90,83 19
MPP 64,67
20 MFR
90,17 21
OV 84,5
22 PS
83 23
PSA 85,83
24 PA
84,17 25
RAS 76,33
26 RAD
63,83 27
RWL 87,5
28 RR
85 Jumalah Nilai
2295,5 Rerata Nilai
81,98
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca menulis Permulaan Pada Siswa Kelas II SD N Gembongan Siklus II
No Interval Nilai
Kategori f
Persentase Rata-rata
1 85,00
– 100 Baik Sekali
12 42,86
81,98 2
70,00 – 84,5
Baik 13
46,43 3
55,00 – 69,9
Cukup 3
10,71 4
40,00 – 54,9
Kurang 5
– 39,00 Sangat Kurang
Jumlah 28
100
106 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kemampuan membaca menulis
permulaan pada siswa kelas II SD N Gembongan mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi 90,5 dan nilai terendah 63,83. Rata-rata kemampuan membaca
menulis permulaan siswa pada siklus II adalah 81,98. Data yang ditampilkan dalam tabel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa yang mendapat
rentang nilai antara 85,00-100 sebanyak 12 siswa atau 42,86 dalam kategori baik sekali, siswa yang mendapat rentang nilai 70,00-84,5 sebanyak 13 siswa
atau 46,43 dalam kategori baik, siswa yang mendapat rentang nilai 55,00-69,9 sebanyak 3 siswa atau 10,71 dalam kategori cukup.
Dari penjelasan tentang kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas II di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan
membaca menulis permulaan siswa dengan menggunakan model Quantum Teaching. Jumlah siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan atau memenuhi
nilai lebih dari sama dengan 70 ≥70 sebanyak 25 siswa atau 89,29. Sedangkan siswa yang belum memenuhi kriteria keberhasilan atau memperoleh nilai kurang
dari 70 70 sebanyak 3 siswa atau 10,71.
Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan oleh pengamat, aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia fokus membaca menulis
permulaan dengan menggunakan model Quantum Teaching sudah meningkat dan dapat dikatakan baik. Keaktifan siswa dapat dilihat dari tingkah laku yang
ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila guru menawarkan relawan untuk ke depan kelas, semua siswa mengangkat jari. Itu
107 berarti semua siswa menginginkan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh
guru. Tidak sedikit siswa yang ke depan ingin berebut melakukan tugas yang diberikan oleh guru. Semua siswa mengikuti proses pembelajaran membaca dn
menulis dengan semangat dan antusias dari awal sampai akhir pembelajaran. Sebagian besar siswa berani dalam mengemukakan pendapat mereka. Berikut ini
hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 16. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas II SD N Gembongan dalam Proses Pembelajaran Membaca menulis Permulaan Siklus II
No Nama
Skor 1
ADS 20
2 APA
18 3
AYS 21
4 AEL
21 5
AAP 22
6 BHA
23 7
CRL 18
8 FTI
19 9
FWS 21
10 GGP
19 11
HZS 21
12 HK
20 13
IMA 24
14 IKN
21 15
IDJ 24
16 JLP
24 17
LSS 25
18 MG
20 19
MPP 20
20 MFR
25 21
OV 19
22 PS
12 23
PSA 28
24 PA
22 25
RAS 21
26 RAD
24 27
RWL 21
28 RR
20 Jumlah Skor
595 Persentase
75,89
Dari tabel observasi yang disajikan di atas, dilihat bahwa penggunaan model Quantum Teaching dalam pembelajaran Bahasa Indonesia fokus
membaca menulis permulaan berpengaruh terhadap aktivitas siswa. Pada siklus II
108 ini persentase aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung mencapai 75,89
yang termasuk dalam kategori sangat tinggi.
e. Refleksi Tindakan