1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu mata pelajaran yang penting dalam kehidupan di sekolah adalah mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS di SD merupakan mata
pelajaran yang mempunyai tujuan penting dalam penerapannya di lingkungan siswa. Sesuai dengan Standar Isi dalam BSNP 2006 dijelaskan bahwa tujuan
mata pelajaran IPS salah satunya adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis agar siswa mendapatkan
pemahaman logis yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Dalam pembelajaran IPS bukan hanya prinsip, konsep maupun teori, tetapi juga
terdapat fakta, cara menyelesaikan masalah dan cara berpikir. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia
antara 6-12 tahun. Anak usia 6-12 tahun sedang dalam tahap senang bermain. Pada masa usia sekolah ini permainan yang paling sering diminati adalah
permainan yang bersifat persaingan Hurlock, 2008. Menurut Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum, Creative-Play Model
1999: 21 mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Tahap perkembangan anak
usia 6-12 tahun adalah masa bermain anak. Pada tahap ini perkembangan
2 fisik anak sangat berkaitan dengan permainan games. Pada kegiatan
bermain mereka senang berlari-larian, mengeluarkan banyak kalori, melompat dan lain sebagainya, hal tersebut membuat otot mereka menjadi
kaut dan membangun daya tahan tubuh. Pada saat bermain anak-anak juga belajar banyak dari permainan atau game tersebut. Sejumlah keterampilan
yang mereka pelajari seperti mengikut aturan, mengambil giliran, dan saling berkomunikasi dengan teman lainnya.
Menurut NAEYC National Association for The Education of Young Children dan ACEI Association for Chilhood Education International
menegaskan bahwa bermain memungkinkan anak mengeksploitasi dunianya, mengembangkan pemahaman sosial dan kultural, membantu anak-anak
mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan, memberikan kesempatan bagi anak untuk menemukan dan menyelesaikan masalah, serta
mengembangkan bahasa dan keterampilan serta konsep beraksara Isenberg Jalongo, 1993. Pada masa ini anak lebih senang belajar sambil bermain,
mereka sudah mampu bermain menggunakan nalar dan logika yang bersifat objektif. Dalam hal ini guru harus memposisikan peserta didik sebagai insan
yang memiliki kemampuan dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Selain itu dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menggunakan cara yang tepat dan menarik perhatian siswa. Para
pengelolah pendidikan telah melakukan berbagai hal untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan keberhasilan
3 siswa baik dari segi hasil belajar afektif, psikomotor maupun kognitif. Salah
satunya dengan menerapkan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang menekankan pembelajaran berbasis kompetensi yaitu
pembelajaran kearah penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar mampu mengantisipasi tantangan dalam kehidupannya
yang beraneka ragam. Pendidikan tidak lagi berpusat pada guru, tetapi juga berpusat pada siswa karena guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.
Bahan materi IPS di SD penuh dengan tulisan-tulisan yang mudah membuat jenuh siswa. Dalam Standart Isi BSNP 2006 dijelaskan konsep-
konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan continuity, arah mata angin, lingkungan, budaya, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,
permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Untuk mewujudkan sebuah
pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa antusias dibutuhkan sebuah alat. Media pembelajaran memiliki peranan yang tepat untuk
mewujudkan hal tersebut. Masalah yang muncul adalah rata-rata nilai hasil belajar IPS kelas 3
beberapa SD di kecamatan Pituruh rendah. Ini dibuktikan dengan rekap nilai hasil UAS tahun ajaran 20152016 yang diperoleh dari UPTD Dikpora
Kecamatan Pituruh. SD yang nilai IPS rata-ratanya menduduki peringkat 5 terbawah adalah SD N Somogede, SD N Ngandagan, SD N Kalijering, SD N
Pekacangan, dan SD N Kaligondang. SD Negeri Ngandagan memiliki nilai rata-rata UAS yaitu 72,4. Sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 13
4 Agustus 2016 nilai ulangan harian pelajaran IPS di kelas 3 SD Negeri
Ngandagan dalam beberapa KD tidak merata, ada yang tinggi dan ada yang terlalu rendah. Ada 2 materi yang memiliki nilai ulangan hariannya lebih
rendah dari materi yang lainnya yaitu pada KD 2.3 dan KD 2.4. Hal ini dapat di lihat pada tabel data perolehan nilai rata-rata ulangan harian di bawah ini.
Tabel 1 Nilai Ulangan Harian IPS kelas 3 SDN Ngandagan
Tahun Ajaran 20152016
Ulangan Harian
Kompetensi Dasar Nilai Rata-
Rata 1
1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buatan di
sekitar rumah dan sekolah 65
2 1.2
Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
60
3 1.3
Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah
60
4 1.4
Melaksanakan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah dan keluarahan atau desa
60 5
2.1 Mengenal jenis pekerjaan
65 6
2.2 Memahami semangat kerja 60
7 2.3
Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
60 8
2.4 Mengenal sejarah uang 55
9 2.5
Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
60 Rata-rata
60 Sumber : Dokumentasi Guru
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil rata-rata nilai ulangan harian untuk mata pelajaran IPS masih rendah dibandingkan dengan
5 mata pelajaran yang lain. Apalagi jika dilihat dari KKM IPS yaitu 65,
sementara dari 17 siswa hanya 7 siswa 35 yang mencapai KKM dan 10 siswa 65 belum mencapai KKM. Pada ulangan harian yang terdapat dalam
tabel nilai di atas dapat dilihat materi KD 2.3 dan 2.4 nilai rata-ratanya paling rendah bahkan belum mencapai batas KKM.
Materi Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah dan Sekolah serta materi Sejarah Uang ini terdapat pada semester 2 kelas 3. Isi materi pada
kompetensi dasar ini banyak membicarakan tentang kehidupan sehari-hari siswa. Dalam materi kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
terdapat beberapa submateri yaitu berupa menjelaskan terjadinya jual beli, menjelaskan pelaku jual beli, dan menjelaskan tempat kegiatan jual beli,
sedangkan dalam materi sejarah uang terdapat submateri yang lebih banyak yaitu menjelaskan awal tukar menukar barang, menjelaskan jenis uang dan
ciri-ciri uang yang beredar di masyarakat, menjelaskan cara mengelola uang dengan baik serta manfaat mengelolah uang dengan baik. Kedua materi ini
terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa akan tetapi hal ini bertolak belakang dengan hasil daya serap siswa. Pemahaman siswa pada materi
tersebut tentu saja dipengaruhi oleh bagaimana materi tersebut disampaikan. Pada materi IPS kelas 3 tersebut masih terlalu kontekstual dan
termauk akademis formal. Materi akademis formal pada tahap sekolah dasar awal ini tidak sesuai dengan usia perkembangan peserta didik Hyson, 2003,
NAEYC, 2002 : Nel, 2000 dalam K. Eileen Allen, 2010: 163. Hal ini menyebabkan ketegangan pada diri siswa karena belum kesiapan dalam
6 menghadapi pelajaran baru. Mereka masih ingin mengalami waktu yang lebih
lama untuk bermain, bersenang-senang akan tetapi rasa ingin tahu dan keinginan untuk belajar sudah mulai timbul. Perasaan ingin tahu dana
keinginan untuk belajar ini harus terarahkan dengan baik. Guru dapat menggunakan cara yang tepat yang membuat peserta didik dapat mencapai
keduanya. Pada hasil wawancara dengan siswa kelas 3 pada tanggal 13 Agustus 2016 kedua materi tersebut menurut mereka membosankan, terlalu
banyak menghafal, dan tidak ada hal yang menarik seperti permainan dan tebak-tebakan dan pembelajaran masih bersifat teacher center.
Peneliti melakukan pengamatan langsung proses belajar yang dilakukan guru pada tanggal 13 Agustus 2016, dari pengamatan ini diketahui,
penyebabnya seperti : 1 selama proses pembelajaran IPS pada materi Lingkungan hidup berlangsung guru hanya terfokus menjelaskan dengan
metode ceramah sehingga siswa dibelakang ada yang mendengarkan, usil dengan temannya, ada yang sibuk berbicara dan mencoret-coret buku, 2
setelah guru menjelaskan selesai siswa diminta untuk membaca materi Lingkungan hidup di LKS tersebut beberapa anak ribut bercerita dan guru
pun membiarkannya, 3 saat diminta mengerjakan tugas yang ada di LKS berupa soal siswa mengerjakannya dengan suka hati bahkan ada yang tidak
mengerjakan, 4 tugas yang berupa soal tersebut tidak dibahas oleh guru hanya dikumpulkan seadanya, 5 Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa
hanya menunduk dan melihat kearah buku mencari-cari jawabannya bahkan sebelum siswa menjawab guru sudah menjawabnya terlebih dahulu 6 guru
7 belum bervariasi dalam melaksanakan proses pembelajarn di kelas. Selara
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Nuraini 2009 menjelaskan yaitu: 1 Di Indonesia sistem pembelajaran pada hampir semua program studi
perguruan tinggi masih bersifat satu arah, yaitu pemberian materi oleh dosen yang dikenal dengan model Teacher Centereded Learning TCL, yang
ternyata membuat mahasiswa pasif karena hanya mendengarkan kuliah sehingga kreativitas mereka kurang terpupuk atau bahkan cenderung tidak
kreatif, 2 Modifikasi model pembelajaran TCL telah banya dilakukan, namun hasil yang dihasilkan masih dianggap belum optimal. Pola
pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas pembelajaran rendah paling tidak bisa dilihat pada dua hal yakni dosen
sering hanya mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran dan pada saat-saat mendekati ujian, di mana aktivitas
mahasiswa “berburu” catatan maupun literatur kuliah, serta aktivitas belajar mereka mengalami
kenaikan yang sangat signifikan, namun turun kembali secara signifikan pula setelah ujian selesai.
Wawancara juga dilakukan kepada siswa kelas 3 pada tanggal 13 Agustus 2016, dari wawancara tersebut diperoleh anggapan bahwa 1
pembelajaran IPS itu susah banyak hafalannya dan tulisan semua tidak ada gambarnya 2 mereka bosan karena setiap belajar IPS hanya diminta
membaca, menghafal dan mengerjakan tugas saja. Sesuai hasil survei yang dilakukan oleh UPT Dispora Kecamatan Pituruh kepada SDN Ngandagan
sebanyak 17 siswa mengenai minat belajar IPS siswa SD kelas 3. Hasil survei
8 menunjukkan bahwa sebesar 58,82 siswa memiliki skor minimum yang
diperoleh dari kuisioner minat siswa yang disebar oleh UPT Dispora kecamatan Pituruh. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih dari setengah
siswa memiliki minat belajar IPS rendah. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas 3
SDN Ngandagan membutuhkan strategi yang tepat untuk belajar IPS. Dalam hal ini akan ada banyak cara untuk menjembatani kebutuhan siswa ini. Agar
siswa terlibat dalam menemukan konsep kedua materi tersebut selain menggunakan metode ceramah, maka dalam pembelajaran harus disertai
dengan cara lain yang lebih menyenangkan dan siswa lebih tertarik maka dapat dipilih cara lain yaitu dengan menggunakan media pembelajaran.
Menurut Heinich, dkk 1993 media merupakan alat saluran komunikasi. Dalam komunikasi ini mengaitkan hubungan antara media dengan pesan yang
akan disampaikan dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan fungsi dan manfaatnya yaitu memanipulasi keadaan, peristiwa
atau objek tertentu Wina Sanjaya, 2008: 208. Menurut sifatnya media dapat dibagi menjadi media auditif, media visual dan media audiovisual Wina
Sanjaya, 2008: 211. Penerapan media pembelajaran Snake and Ladder, ini dipandang
dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di kelas 3 SDN Ngandagan ini. Media Snake and Ladder adalah media yang berbentuk seperti papan ular
tangga yang mengarahkan siswa untuk bermain ular tangga secara kelompok dengan berbagai macam soal dan gambar-gambar yang menarik perhatian
9 siswa. Gambar-gambar tersebut pastinya berhubungan dengan materi, seperti
bank, warung, toko, dan gambar lain yang berhubungan dengan kedua materi tersebut. Selain bentuknya yang besar media ini bisa digunakan dalam jangka
panjang. Siswa pada tahap perkembangan ini sedang aktif dalam bergerak dan senang bermain dalam kelompok. Selain itu juga pada tahap perkembangan
siswa Sekolah Dasar kelas 3 yang senang berlajar sambil bermain dan media ini memudahkan guru untuk memfokuskan kembali siswa ke pembelajaran
dan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep pembelajaran dari kedua materi tersebut. Pada permainan ini juga dapat meningkatkan
perkembangan kognitif dan otak anak. Peraturan yang ada akan melatih otak anak untuk berkembang karena aktivitas fisik yang jauh lebih banyak akan
mengaktifkan kierja otak secara optimal Eillen Allen, 2010: 3 Media ini juga dapat membuat siswa senang dalam belajar dan belajar sambil bermain
akan memudahkan siswa dalam meyerap pelajaran. Diharapkan dengan media pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan
pembelajaran IPS itu menyenangkan. Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan uraian di atas maka
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Media Snake and Ladder pada Kelas 3
SDN Ngandagan Kabupaten Purworejo ”
B. Identifikasi Masalah