merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja
mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan
kegiatan siswa untuk berbuatbelajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi Santrock,
2009
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demokian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan
suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik Santrock, 2009
3. Perspektif atas Motivasi
a. Perspektif ilmu perilaku, menekankan penghargaan dan hukuman
eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi seorang siswa. Insentif adalah stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat
memotivasi perilaku seorang siswa. Pendukung dari penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambahkan minat atau
rangsangan kepada kelas serta mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhi perilaku yang tidak tepat. Insentif yang
digunakan guru di kelas termasuk nilai numerik dan huruf yang memberikan umpan balik mengenai kualitas kerja siswa. Insentif
lainnya termasuk memberikan pengakuan kepada siswa sebagai contoh dengan memamerkan hasil kerja mereka, memberi mereka
sertifikat prestasi, menempatkan mereka pada daftar nama
kehormatan dan secara verbal menyebutkan pencapaian mereka.
b. Perspektif humanistis, menekankan kapasitas siswa untuk
pertumbuhan pribadi kebebasan untuk memiliki nasib mereka sendiri dan kualitas-kualitas positif seperti bersikap sensitif pada
orang lain. Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan menurut Abraham Maslow dalam Santrock bahwa
kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang
lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut hierarki kebutuhan Maslow,
kebutuhan individu harus dipuaskan dalam urutan berikut:
1 Fisiologis: lapar, haus, tidur
2 Rasa aman: memastikan kelangsungan hidup, seperti
perlindungan dari perang dan kriminal 3
Cinta dan rasa memiliki: keamanan, afeksi, dan perhatian dari orang lain
4 Harga diri: merasa senang terhadap diri sendiri
5 Aktualisasi diri: mewujudkan potensi diri
Jadi dalam pandangan maslow siswa harus memuaskan kebutuhan mereka akan makanan sebelum mereka dapat berprestasi. Abraham
Maslow mengembangkan hierarki kebutuhan manusia untuk memperlihatkan bagaimana kita harus memuaskan kebutuhan dasar
tertentu sebelum kita dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.
c. Perspektif kognitif, menurut perspektif kognitif mengenai motivasi,
pemikiran siswa mengarahkan motivasi mereka. Minat ini berfokus pada gagasan-gagasan seperti motivasi internal siswa untuk
berprestasi, atribusi
mereka persepsi
mengenai penyebab
keberhasilan atau kegagalan, khususnya persepsi bahwa usaha merupakan faktor penting dalam prestasi, dan keyakinan bahwa
mereka dapat mengontrol lingkungannya secara efektif. Perspektif kognitif
juga menekankan
pentingnya penempatan
tujuan,
perencanaan dan pemantauan kemajuan menuju suatu sasaran. Selanjutnya perspektif kognitif tentang motivasi cocok dengan
gagasan R.W. White dalam Santrock 2009, yang mengajukan konsep motivasi kompetensi, gagasan bahwa orang termotivasi
untuk menangani lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan
bahwa orang melakukan hal ini karena mereka termotivasi secara internal untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungan. Konsep
motivasi kompetensi menjelaskan mengapa manusia termotivasi untuk mencapai inovasi ilmiah dan teknologi.
d. Perspektif sosial, kebutuhan akan afiliasi atau hubungan adalah motif
untuk berhubung secara aman dengan orang lain. Hal ini termasuk membangun, mempertahankan, serta memulihkan hubungan pribadi
yang hangat dan akrab. Kebutuhan siswa akan afilasi atau hubungan tercemin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu
bersama teman-teman sebaya, sahabat mereka, kasih sayang mereka kepada orangtuanya, dan keinginan mereka untuk mempunyai
hubungan positif dengan guru mereka. Siswa yang berada di sekolah dengan hubungan iterpesonal yang penuh perhatian dan dukungan,
mempunyai sikap dan nilai akademis yang lebih positif dan merasa lebih puas terhadap sekolah. Salah satu faktor penting dalam
motivasi dan prestasi siswa adalah persepsi mereka tentang hubungan positif mereka dengan para guru. Salah satu contohnya
adalah nilai bahwa siswa sekolah menengah yang mengikuti matematika meningkat ketika mereka mempunyai guru yang mereka
nilai banyak memberikan dukungan Santrock, 2009 Perspektif atas motivasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini
yaitu perspektif kognitif dan perspektif sosial karena perspektif kognitif harus ditanamkan oleh siswa dalam mendukung pencapaian
keberhasilan belajar dan perspektif sosial ditanamkan siswa untuk berhubungan baik dengan siswa lain untuk membangun dan
mempertahankan hubungan pribadi dengan siswa lain. Perspektif sosial dapat dilihat pada kegiatan diskusi kelompok.
4. Macam-macam Motivasi