Berdasarkan data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar dan persentase siswa yang lulus KKM pada setiap siklus.
Pencapaian hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Pencapaian Hasil Belajar
Indikator Kondisi
Awal Target
Siklus I
Keterangan Siklus
II Keterangan
Rata-rata nilai
kelas 66,6
75 75,8
Tercapai 76,8
Tercapai Persentase
siswa yang lulus KKM 70
25,9 60
55,6 Belum
Tercapai 62.5
Tercapai
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas pada kondisi awal adalah 66,6. Rata-rata nilai kelas mengalami peningkatan setelah dilakukan
tindakan pada siklus I menjadi 75,8 dan pada siklus II meningkat menjadi 76,8. Tabel juga menunjukkan bahwa persentase siswa yang lulus KKM juga
mengalami peningkatan. Persentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal adalah 25,9 . Setelah dilakukan tindakan pada siklus I persentase tersebut
meningkat menjadi 55,6. Pada siklus II persentase siswa yang lulus KKM meningkat lagi menjadi 62,5.
C. Pembahasan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan modifikasi fabel Aesop sebagai media. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Kanisius Codongcatur tahun ajaran 20162017.
Menggunakan modifikasi fabel Aesop dalam pembelajaran IPA merupakan hal baru bagi guru maupun siswa kelas III di SD Kanisius Condongcatur. Dalam
upaya meningkatkan motivasi, peneliti menggunakan 6 indikator motivasi untuk dapat mengukur motivasi siswa. Enam indikator motivasi yang digunakan yaitu:
1 siswa memiliki keinginan untuk belajar, 2 siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3 siswa memiliki semangat selama pembelajaran, 4
siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, 5 adanya penghargaan dalam pembelajaran, dan 5 adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Indikator siswa memiliki semangat dalam belajar mulai mengalami peningkatan pada siklus I. Peningkatan ini dikarenakan belajar IPA melalui cerita
fabel merupakan hal baru bagi siswa. Hal ini sesuai dengan cara memotivasi siswa belajar yang dikemukakan oleh Hamalik 2006, 159 yang mengatakan bahwa
siswa lebih senang dengan hal-hal baru, sehingga guru dapat menggunakan berbagai macam metode, media, serta kegiatan belajar yang baru dan menarik.
Pada siklus I, guru ikut berperan sebagai tokoh Profesor dengan menggunakan jas lab dan kacamata sebagai kostum pendukung. Guru melakukan roleplay ini juga
merupakan hal baru bagi siswa, sehingga dapat membuat siswa semakin semangat dalam belajar. Media fabel dalam pembelajaran juga hal baru bagi siswa,
kemudian didukung dengan alat pembelajaran yang dapat membantu untuk meningkatkan motivasi siswa. Guru menggunakan boneka tangan untuk
membawakan cerita dapat dilihat pada Gambar 4.1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.1 Guru Menggunakan Tokoh Fabel yang Familier bagi siswa Pada gambar 4.1 terlihat bahwa guru membawakan cerita fabel dengan
menggunakan bantuan boneka tangan sebagai penggambaran agar siswa lebih termotivasi dalam belajar. Tokoh hewan yang digunakan adalah hewan-hewan
yang familier bagi siswa seperti bebek, anjing, gajah, kuda, dan harimau, sehingga siswa lebih mudah memahami cerita.
Karena guru menggunakan media dan kegiatan yang menarik, dorongan siswa untuk mengikuti belajar semakin bertambah. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan pada indikator siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Pada siklus I, hampir semua siswa sudah memperhatikan
pembelajaran dan memandang guru saat sedang menjelaskan. Saat ada siswa yang berbicara dengan temannya yang membahas mengenai hal di luar pembelajaran,
guru memberikan peringatan lisan bahwa cerita baru akan dilanjutkan jika semua anak sudah siap mendengarkan. Siswa tersebut menurut dan mulai mendengarkan
lagi, karena telah muncul rasa kebutuhan untuk belajar dan mengetahui apa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan disampaikan guru melalui cerita fabel Lampiran 7. Hal ini merupakan salah satu cara bagi guru untuk mengondisikan siswa saat mereka mulai terpecah
konsentrasinya.
Gambar 4.2 Guru Menyampaikan Materi Menggunakan Media Fabel Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa siswa antusias mendengarkan materi
pelajaran yang disampaikan melalui cerita fabel. Pada siklus I guru melakukan percobaan mengenai perubahan benda yang
dapat diamati setelah mengalami pemanasan atau pembakaran. Percobaan yang dapat diamati siswa secara langsung meningkatkan motivasi siswa. Hal ini terlihat
dari indikator siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar yang mengalami peningkatan. Siswa memperhatikan proses percobaan yang dilakukan
oleh guru dan mengamati perubahan apa yang terjadi selama percobaan belangsung. Indikator adanya lingkungan yang kondusif juga mengalami
peningkatan pada siklus I. Pada saat percobaan, siswa juga menyepakati peraturan kelas dan menciptakan suasana belajar yang kondusif meskipun masih dengan
bantuan peringatan dari guru. Pernyataan ini seperti yang diungkapkan oleh Santrock dalam Kompri, 2015: 3 bahwa motivasi memberi semangat serta
perilaku yang gigih, penuh energi, dan terarah. Kegiatan mengamati percobaan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.3 Siswa Mengamati Percobaan yang Dilakukan Oleh Guru Setelah melakukan kegiatan mengamati, siswa diminta untuk menggunakan
pengetahuan yang sudah mereka dapat dalam bentuk menyelesaikan soal latihan. Soal dikerjakan dalam bentuk diskusi agar siswa saling bertukar pikiran dan
saling berbagi pengetahuan yang telah mereka miliki. Pendapat serupa diungkapkan Aunurrahman 2012: 117 yang menyebutkan bahwa penguatan
materi yang berasal dari teman seusia akan berpengaruh terhadap motivasi. Pada saat diskusi kelompok siswa mengalami peningkatan motivasi, hal ini ditandai
dengan meningkatnya skor pada indikator siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam bentuk menggali informasi dari teman. Kegiatan siswa berdiskusi
dapat dilihat pada Gambar 4.4. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.4 Siswa Bekerjasama dalam Menyelesaikan LKS I Pada siklus II guru menggunakan metode tanya jawab yang menarik dengan
menggunakan tokoh hewan sebagai perantara. Motivasi muncul saat siswa melakukan tanya jawab dengan guru dengan antusias. Hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan pada indikator siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Indikator adanya penghargaan dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan.
Guru selalu memberikan apresiasi kepada siapa pun yang berani untuk bertanya atau menjawab pertanyaan. Apresiasi diberikan kepada siswa yang bisa menjawab
dengan benar maupun yang tidak. Apresiasi ini berpengaruh pada peningkatan motivasi siswa. Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan Anunurrahman
2012: 118 mengenai prinsip motivasi dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila guru dapat mengapresiasi keberhasilan siswa dan meyakinkan
siswa yang belum berhasil bahwa mereka mampu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.5 Antusiasme Siswa Saat Melakukan Tanya Jawab di Siklus II Gambar 4.5 menunjukkan antusiasme siswa ketika melakukan tanya jawab
terkait materi yang sedang di bahas. Antusias merupakan salah satu sub indikator dari indikator motivasi yaitu siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam
belajar. Dorongan ini terlihat ketika guru memberikan pertanyaan ada banyak siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab soal tersebut. Selain
menggunakan tanya jawab yang interaktif, guru juga mengaitkan materi dengan konteks sehari-hari melalui percobaan secara langsung yang dilakukan oleh siswa
serta mengamati video dan gambar yang mendukung pembelajaran. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Aunurrahman 2012: 118 bahwa motivasi
akan bertambah jika guru menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari. Guru mengaitkan materi energi dengan kehidupan
sehari-hari dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.6 Penerapan Energi Gerak dalam Kehidupan Sehari-hari
Gambar 4.7 Guru Menyampaikan Materi Energi Gerak dan Manfaatnya Melalui Cerita Fabel
Media dan kegiatan menarik ini meningkatkan motivasi siswa. Siswa lain juga menjadi termotivasi saat melihat teman yang termotivasi. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik yang didapatkan dari lingkungan belajar dapat membuat motivasi intrinsik yang sebelumnya belum muncul atau sudah ada
dalam diri siswa dapat meningkat. Hubungan antara keduanya sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dimyati dalam Aunurrahman, 2006: 84 yang mengatakan
bahwa transformasi motif dapat terjadi ketika motivasi ekstrinsik dapat memunculkan kesadaran dari dalam diri sehingga berubah menjadi motivasi
intrinsik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa penggunaan modifikasi
fabel Aesop dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan pada masing-masing indkator motivasi,
rata-rata skor motivasi seluruh siswa dan persentase siswa yang memiliki motivasi tinggi Tabel 4.9. Rata-rata skor indikator motivasi belajar pertama meningkat
sebesar 26,1 dari kondisi awal. Rata-rata skor indikator motivasi belajar kedua meningkat sebesar 27,1 dari kondisi awal. Rata-rata skor indikator motivasi
belajar ketiga meningkat sebesar 22,3 dari kondisi awal. Rata-rata skor indikator motivasi belajar keempat meningkat sebesar 8,4 dari kondisi awal. Rata-rata skor
indikator motivasi belajar kelima meningkat sebesar 30,2 dari kondisi awal. Rata-rata skor indikator motivasi belajar keenam meningkat sebesar 11,1 dari
kondisi awal. Peningkatan motivasi juga dapat dilihat dari skor motivasi seluruh siswa mengalami peningkatan sebesar 22 dari kondisi awal. Persentase siswa
dengan motivasi tinggi juga mengalami peningkatan sebesar 45,8. Rekapitulasi peningkatan motivasi pada masing-masing siswa dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Rekapitulasi Peingkatan Motivasi Belajar
No. Nama
Siswa Awal
Kategori Siklus I
Kategori Siklus II
Kategori
1 AAR
61,1 Sedang
88,9 Tinggi
2 AAP
83,3 Tinggi
94,4 Tinggi
100,0 Tinggi
3 ABC
61,1 Sedang
83,3 Tinggi
72,2 Tinggi
4 ASJ
55,6 Sedang
77,8 Tinggi
88,9 Tinggi
5 BBW
38,9 Sedang
33,3 Rendah
61,1 Sedang
6 CTY
55,6 Sedang
94,4 Tinggi
83,3 Tinggi
7 CLY
72,2 Tinggi
100,0 Tinggi
94,4 Tinggi
8 CDW
66,7 Tinggi
72,2 Tinggi
100,0 Tinggi
9 DGP
94,4 Tinggi
88,9 Tinggi
77,8 Tinggi
10 DP
61,1 Sedang
83,3 Tinggi
66,7 Tinggi
11 DAR
88,9 Tinggi
94,4 Tinggi
12 EPW
66,7 Tinggi
61,1 Sedang
77,8 Tinggi
13 FCA
88,9 Tinggi
94,4 Tinggi
100,0 Tinggi
14 HAP
72,2 Tinggi
83,3 Tinggi
94,4 Tinggi
15 IHS
50,0 Sedang
44,4 Sedang
66,7 Tinggi
16 JAJ
94,4 Tinggi
100,0 Tinggi
100,0 Tinggi
17 LMZ
55,6 Sedang
88,9 Tinggi
18 MAW 22,2
Rendah 55,6
Sedang 94,4
Tinggi 19
NBL 72,2
Tinggi 61,1
Sedang 100,0
Tinggi 20
NGN 55,6
Sedang 88,9
Tinggi 100,0
Tinggi 21
NNA 27,8
Rendah 44,4
Sedang 50,0
Sedang 22
RKN 55,6
Sedang 61,1
Sedang 72,2
Tinggi 23
SNM 22,2
Rendah 72,2
Tinggi 94,4
Tinggi 24
TW 38,9
Sedang 61,1
Sedang 83,3
Tinggi 25
VEC 94,4
Tinggi 100,0
Tinggi 26
TDK 55,6
Sedang 22,2
Rendah 27
ZNK 44,4
Sedang 88,9
Tinggi Rata-rata
60,9 74,9
82,1
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa ada berbagai macam perubahan motivasi pada siswa. Ada siswa yang mengalami perubahan baik itu meningkat,
menurun, maupun menurun kemudian meningkat lagi. Dari semua hasil kuisioner menunjukkan bahwa ada 9 siswa yang memiliki motivasi tinggi secara stabil. Ada
11 siswa yang mengalami peningkatan dari motivasi sedang menjadi menjadi motivasi tinggi. Ada juga siswa yang mengalami penurunan lalu peningkatan,
yaitu 1 siswa yang mengalami perubahan dari motivasi sedang, menjadi motivasi rendah, lalu kembali menjadi motivasi sedang dan 2 siswa yang mengalami
perubahan dari motivasi tinggi, menjadi motivasi sedang, lalu kembali menjadi motivasi tinggi. Ada siswa yang mengalami peningkatan motivasi, 2 siswa yang
mengalami perubahan dari motivasi rendah menjadi motivasi tinggi dan 1 siswa yang mengalami peningkatan dari motivasi rendah ke motivasi sedang. Namun
juga ada 1 siswa yang mengalami penurunan, yaitu dari motivasi sedang ke motivasi rendah. Penjabaran di atas didasarkan pada kategori, sehingga
peningkatan skor yang terjadi dapat dilihat dari rata-rata skor motivasi seluruh kelas kelas.
Hal ini tentunya dikarenakan oleh perbedaan karakteristik, kondisi siswa, dan tingkatan motivasi intrinsik yang dimiliki oleh siswa. Ada siswa yang dari
awal memang sudah memiliki motivasi intrinsik sehingga lebih mudah untuk meningkatkan motivasinya, sedangkan ada juga siswa yang belum memiliki
motivasi intrinsik sebelumnya. Ada siswa yang memiliki karakter mudah beradaptasi dan memiliki ketertarikan tinggi pada hal-hal yang baru, serta ada
siswa yang biasa saja. Pernyataan serupa disebutkan oleh Aunurrahman 2012: 117 bahwa motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
Motivasi memiliki peran penting dalam belajar. Peneliti menggabungkan dua pendapat mengenai fungsi motivasi yang dikemukakan oleh Djamarah 2011:
156-158 dan Hamalik dalam Kompri, 2015: 5. Fungsi yang pertama sebagai pendorong perbuatan. Mulanya seorang siswa tidak memiliki keinginan belajar,
tetapi kemudian rasa ingin tahunya muncul karena ada hal yang ingin ia ketahui. Rasa ingin tahu tersebut mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari
tahu. Fungsi motivasi yang kedua adalah motivasi sebagai penggerak perbuatan. Maksudnya adalah besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya
suatu pekerjaan. Dorongan psikologis dalam diri anak yang sangat kuat akan mempengaruhi gerakan psikomotornya. Fungsi motivasi yang ketiga adalah
motivasi sebagai pengarah perbuatan. Siswa yang memiliki motivasi dapat menyeleksi mana hal yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan
terlebih dahulu. Siswa yang ingin memperbaiki nilai mata pelajara IPA akan berusaha mengikuti pelajaran dengan giat dan penuh konsentrasi untuk mencapai
tujuannya. Ketiga fungsi ini terlihat saat kegiatan diskusi. Selama berdiskusi siswa
berperan aktif dalam pembelajaran, hal ini menunjukkan bahwa motivasi telah berperan sebagai pendorong, penggerak, dan perbuatan. Siswa yang termotivasi
akan berusaha menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil
belajar. Kegiatan diskusi siswa dapat dilihat pada Gambar 4.8. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.8 Motivasi Menyelesaikan Tugas Melalui Diskusi Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya motivasi akibat
penggunaan modifikasi fabel Aesop dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Pernyataan ini dengan yang dikemukakan oleh Sardiman 2011: 75 bahwa
dorongan motivasi dapat memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Pembelajaran IPA merupakan dasar penting bagi anak sekolah dasar. Anak bukan hanya sekedar menghafal materi pelajaran namun anak harus memiliki
pengalaman belajar dan melatih kemampuan berpikir secara sistematis melalui pembelajaran IPA. Penggunaan modifikasi fabel Aesop dalam penelitian juga
dikombinasikan dengan percobaan IPA yang dilakukan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Samatowa 2011: 3 IPA bukan sekedar sesuatu yang
dihafalkan, tetapi juga memerlukan kegiatan atau kerja dilakukan oleh siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
misalnya melalui beberapa percobaan. Siswa melakukan percobaan dapat dilihat pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Siswa Melakukan Percobaan Energi Bunyi Guru juga menggunakan hal-hal konkret untuk menyampaikan materi.
Penggunaan hal konkret dalam pembelajaran dilakukan guru dengan menggunakan boneka tangan berbentuk binatang untuk membawakan ceria fabel
dan alat yang mendukung cerita seperti globe dan gambar. Guru juga menggunakan gambar dan video yang dimasukkan dalam cerita untuk
menyampaikan materi. Siswa juga diberi kesempatan untuk memiliki pengalaman belajar secara langsung dengan melakukan percobaan dan mengamati percobaan
yang dilakukan guru. Hal ini sesuai dengan teori belajar Piaget mengenai tahapan kognitif. Trianto 2009: 197 mengatakan bahwa siswa SD adalah anak yang
berada pada tahapan operasional konkret, di mana mereka membutuhkan sesuatu yang nyata dan kontekstual untuk dapat memahami suatu pengetahuan Trianto,
2009: 197. Semua ini dilakukan agar siswa dapat memahami materi IPA yang sedang dipelajari dan terjadi peningkatan hasil belajar.
Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada rata-rata nilai kelas dan persentase siswa yang lulus KKM. Rata-rata nilai
kelas mengalami peningkatan sebesar 10,2 dari kondisi awal. Persentase siswa yang lulus KKM juga mengalami peningkatan sebesar 36,6 dari kondisi awal.
Rekapitulasi peningkatan hasil belajar pada masing-masing siswa dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar
No. Nama
Siswa Awal
Keterangan Siklus
I Kategori
Siklus II
Kategori
1 AAR
57 Tidak Lulus KKM
60,0 Tidak Lulus KKM
2 AAP
78 Lulus KKM
90,0 Lulus KKM
67,9 Tidak Lulus KKM
3 ABC
73,5 Lulus KKM
67,5 Tidak Lulus KKM 85,7
Lulus KKM 4
ASJ 64,5
Tidak Lulus KKM 87,5
Lulus KKM 60,7
Tidak Lulus KKM 5
BBW 60,5
Tidak Lulus KKM 82,5
Lulus KKM 78,6
Lulus KKM 6
CTY 65
Tidak Lulus KKM 85,0
Lulus KKM 85,7
Lulus KKM 7
CLY 76
Lulus KKM 95,0
Lulus KKM 92,9
Lulus KKM 8
CDW 67,5
Tidak Lulus KKM 92,5
Lulus KKM 89,3
Lulus KKM 9
DGP 67,5
Tidak Lulus KKM 87,5
Lulus KKM 89,3
Lulus KKM 10
DP 57,5
Tidak Lulus KKM 77,5
Lulus KKM 78,6
Lulus KKM 11
DAR 81
Lulus KKM 87,5
Lulus KKM 12
EPW 65
Tidak Lulus KKM 70,0
Lulus KKM 78,6
Lulus KKM 13
FCA 83,5
Lulus KKM 97,5
Lulus KKM 100,0
Lulus KKM 14
HAP 68,5
Tidak Lulus KKM 82,5
Lulus KKM 71,4
Lulus KKM 15
IHS 67,5
Tidak Lulus KKM 50,0
Tidak Lulus KKM 75,0 Lulus KKM
16 JAJ
67 Tidak Lulus KKM
67,5 Tidak Lulus KKM 75,0
Lulus KKM 17
LMZ 62,5
Tidak Lulus KKM 65,0
Tidak Lulus KKM 18
MAW 52,5
Tidak Lulus KKM 57,5
Tidak Lulus KKM 60,7 Tidak Lulus KKM 19
NBL 68,5
Tidak Lulus KKM 67,5
Tidak Lulus KKM 92,9 Lulus KKM
No. Nama
Siswa Awal
Keterangan Siklus
I Kategori
Siklus II
Kategori
20 NGN
68,5 Tidak Lulus KKM
67,5 Tidak Lulus KKM 89,3
Lulus KKM 21
NNA 65
Tidak Lulus KKM 65,0
Tidak Lulus KKM 53,6 Tidak Lulus KKM 22
RKN 77,5
Lulus KKM 67,5
Tidak Lulus KKM 67,9 Tidak Lulus KKM 23
SNM 56
Tidak Lulus KKM 87,5
Lulus KKM 67,9
Tidak Lulus KKM 24
TW 52,5
Tidak Lulus KKM 67,5
Tidak Lulus KKM 64,3 Tidak Lulus KKM 25
VEC 77
Lulus KKM 80,0
Lulus KKM 85,7
Lulus KKM 26
TDK 59,5
Tidak Lulus KKM 62,5
Tidak Lulus KKM 64,3 Tidak Lulus KKM 27
ZNK 58
Tidak Lulus KKM 80,0
Lulus KKM 67,9
Tidak Lulus KKM Rata-Rata
66,6 75,8
76,8
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa ada berbagai macam perubahan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Kanisius Condongcatur dari kondisi awal,
siklus I, dan siklus II. Ada 4 siswa yang selalu lulus KKM dari kondisi awal hingga siklus II. Ada 12 siswa yang mengalami peningkatan dari tidak lulus KKM
menjadi lulus KKM. Namun masih ada 7 siswa yang tidak mengalami peningkatan dari kategori tidak lulus KKM dan ada 4 siswa yang menurun dari
kategori lulus KKM menjadi tidak lulus KKM. Penjabaran di atas didasarkan pada kategori, sehingga peningkatan skor yang terjadi dapat dilihat dari rata-rata nilai
kelas. Berdasarkan penjabaran sebelumnya, dapat diketahui bahwa ada
peningkatan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA. Peningkatan motivasi dan hasil belajar sudah mencapai target pada siklus II. Target ini sesuai
dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya Tabel 3.1. Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan modifikasi fabel Aesop
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SD Kanisius Condongcatur tahun pelajaran 20162017.
124
BAB V PENUTUP