Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berikut disajikan contoh jawaban yang diberikan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk soal nomor 1a. Kelompok Cara menjawab Eksperimen Jawaban lain Kontrol Gambar 4.7 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Indikator Representasi Simbolik untuk soal nomor 1a Pada soal posttest nomor 1a, siswa diminta untuk menentukan nilai x dan y dari sebuah sudut jajargenjang berdasarkan informasi yang telah diketahui. Siswa pada kedua kelompok mampu menjawab soal dengan baik dan menghasilkan hasil akhir yang sama, namun terdapat perbedaan dari cara menjawab antara kedua kelompok. Berdasarkan gambar 4.6 dapat terlihat bahwa kelompok eksperimen memiliki dua cara penyelesaian yang berbeda namun menghasilkan hasil akhir yang sama dan benar, sedangkan kelompok kontrol hanya memiliki satu jenis cara penyelesaian yang benar. Hal ini disebabkan, siswa pada kelompok kontrol mengikuti langkah pengerjaan yang selalu diberikan guru sehingga tidak dapat memberikan alternatif penyelesaian yang lain. Sedangkan, siswa pada kelompok ekperimen mampu memahami bahwa sudut pada jajargenjang mempunyai dua buah sifat yaitu sifat sudut yang saling berseberangan memiliki ukuran sudut yang sama besar serta sifat sudut yang saling berdekatan memiliki besar sudut berjumlah 180 o sehingga ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai x dan y. Berikut disajikan contoh jawaban yang diberikan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk soal nomor 4a. Kelompok Cara menjawab Eksperimen Kontrol Gambar 4.8 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Indikator Representasi Simbolik untuk soal nomor 4a Soal nomor 4a Sebuah taman berbentuk belah ketupat ABCD dengan panjang AB = 2x+4 m dan taman lain berbentuk layang-layang PQRS dengan panjang PQ = 2x-3 m serta panjang QR = x+1 m. Jika keliling taman belah ketupat sama dengan 2 kali keliling taman layang-layang. b Buatlah model matematika untuk menentukan nilai x Pada soal posttest nomor 4a, siswa diminta untuk membuat sebuah model matematika untuk menentukan nilai berdasarkan informasi yang telah diketahui dari sebuah sisi bangun datar belah ketupat dan layang-layang. Berdasarkan gambar 4.12 sekilas terlihat bahwa hasil jawaban siswa kelompok eksperimen dan dan hasil jawaban kelompok kontrol memiliki kemiripan namun terdapat perbedaan dalam langkah pengerjaan. Dari hasil jawaban siswa terlihat bahwa sebagian besar siswa kelompok eksperimen dan sebagian kecil kelompok kontrol sudah mampu membuat model matematika dengan benar dan juga melakukan perhitungan dengan benar. Perbedaannya terletak pada cara menggunakan inti petunjuk berdasarkan informasi yang diberikan soal. Siswa pada kelompok eksperimen menggunakan inti petunjuk soal sebagai langkah awal dalam penyelesaian masalah, sedangkan siswa pada kelompok kontrol menggunakan inti petunjuk soal di langkah akhir dalam penyelesaian masalah. Selain itu, dapat terlihat pula bahwa siswa pada kelompok eksperimen lebih maksimal dalam menuliskan model matematika. Hal ini dapat terlihat dari hasil jawaban pada gambar diatas, dimana siswa pada kelompok eksperimen lebih detail dalam menuliskan informasi soal hingga penulisan model matematika dengan menuliskan pula satuan dari panjang sisi masing-masing bagun datar yang diketahui. 3 Indikator Representasi Berupa Kata-kata Representasi Verbal Kemampuan representasi matematis siswa untuk indikator representasi verbal terdapat pada butir soal nomor 1b, 2c, 3b, dan 4b. Sebagai gambaran umum berikut disajikan contoh soal nomor 1b dan 2c serta jawaban dari kelompok eksperimen dan kontrol. Soal nomor 1b Segiempat PQRS adalah bangun datar jajargenjang dengan besar P , Q , dan S y . b Apakah S lebih besar dari R ? Jelaskan Berikut disajikan contoh jawaban yang diberikan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk soal nomor 1b. Kelompok Cara menjawab Eksperimen Kontrol Gambar 4.9 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Indikator Representasi Verbal untuk soal nomor 1b Pada soal posttest nomor 1b, siswa diminta untuk mengutarakan suatu pemikiran dalam bentuk kata-kata mengenai perbandingan dua buah sudut pada segiempat jajargenjang. Berdasrkan gambar 4.8 terlihat bahwa kedua kelompok baik siswa pada kelompok eksperimen maupun siswa pada kelompok kontrol memiliki jawaban yang sama, yaitu lah yang lebih besar daripada . Perbedaan jawaban kedua kelompok tersebut terletak pada alasan yang diberikan.. Sebagian besar siswa pada kelompok eksperimen memberikan pendapatnya disertai alasan yang detail, sedangkan sebagian besar siswa pada kelompok kontrol hanya sekedar memberikan pendapat tanpa alasan. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa pada kelompok eksperimen lebih mampu mengutarakan alasan dengan kata-kata daripada siswa pada kelompok kontrol. Soal nomor 2c Ayah ingin membeli sebidang tanah di daerah Bogor. Kemudian Pak Rusdi menawarkan sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan ukuran lebar 20 meter dan panjang lebih 10 meter dari sisi lebarnya. Sedangkan Pak Zaenal menawarkan sebidang tanah berbentuk persegi dengan ukuran sisi persegi sama dengan 2 kali sisi lebar dari persegi panjang. Jika Pak Rusdi menjual tanahnya dengan harga 60.000,00m 2 dan Pak Zaenal menjual tanahnya dengan harga Rp 35.000,00m 2 . c Jika Ayah mempunyai uang sebesar Rp 60.000.000,00. Menurut kalian, tanah milik siapa yang sebaiknya dibeli oleh Ayah? Jelaskan Berikut disajikan contoh jawaban yang diberikan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk soal nomor 1b. Kelompok Cara menjawab Eksperimen Jawaban lain Kontrol Jawaban lain Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Indikator Representasi Verbal untuk soal nomor 2c Pada soal posttest nomor 2c, siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya disertai dengan alasan yang jelas. Berdasarkan gambar 4.8 terlihat bahwa siswa kelompok eksperimen maupun siswa kelompok kontrol mampu menjawab atau berpendapat dengan baik dan bervariasi, namun terdapat perbedaan cara menjawab antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Sebagian besar siswa kelompok eksperimen memberikan pendapatnya disertai dua sudut pandang, yaitu luas tanah dan harga total tanah serta mampu memberikan alasan secara terperinci dengan kalimat yang masuk akal dan lengkap. Sedangkan siswa pada kelompok kontrol, memberikan pendapatnya hanya pada satu sudut pandang saja, berdasarkan luas tanahnya saja atau harga tanahnya saja, sehingga jawaban yang dihasilkan belum lengkap. Perbedaan dalam cara menjawab antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol disebabkan perbedaan model pembelajaran yang diterapkan pada dua kelompok tersebut. Pada kelompok kontrol, proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang biasa digunakan oleh guru matematika di sekolah tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori dimana proses pembelajaran berpusat pada guru. Penyampaian materi pada pembelajaran ini terpaku pada guru sebagai pemberi materi dan siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan, mencatat dan mengerjakan latihan soal, sehingga siswa kurang diberi kesempatan dalam mengemukakan ide, gagasan dan merepresentasikan hasil interpretasi dari pikiran mereka dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu, pada proses pembelajaran di kelompok kontrol dengan strategi ekspositori tidak menggunakan variasi metode atau media pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat ataupun minat siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran guna menimbulkan interaksi aktif antar siswa maupun guru dengan siswa. Sehingga siswa cenderung bosan dan pasif sera hanya menghafal materi yang diberikan guru. Lebih lanjut dalam pembelajaran di kelompok kontrol, siswa tetap diberikan Lembar Kerja Kelompok dengan tujuan agar perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda. LKK yang digunakan pada kelompok kontrol dibuat seperti LKS yang ada di sekolah tersebut tetapi soal yang diberikan tidak jauh berbeda dengan pembahasan soal yang ada dalam LKK kelompok eksperimen. Berikut adalah suasana pembelajaran di kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Gambar 4.11 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Kelompok Kontrol Sedangkan pada kelompok eksperimen, proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis VARK yang melibatkan, memfasilitasi dan memaksimalkan berbagai metode dan media seperti memperlihatkan gambar- gambar nyata, ceramah, demonstrasi, pemutaran video, diskusi, menulis jurnal harian yang menunjang siswa dalam menggunakan empat kecenderungan utamanya dalam belajar baik melihat, mendengar, membacamenulis, maupun melakukan sehingga terjadinya interaksi aktif siswa dalam mempelajari materi yang dipelajari yang secara tidak langsung melatih siswa dalam mengemukakan ide, gagasan dan merepresentasikan hasil interpretasi dari pikiran mereka dalam menyelesaikan suatu masalah. Pada tahap penyampaian pada pembelajaran berbasis VARK, guru menggunakan beberapa media dan metode pembelajaran untuk memaksimalkan empat karakteristik utama siswa dalam belajar. Seperti penggunaan media in focus sebagai sarana dalam menunjang karakteristik visual, dimana in focus digunakan untuk menunjukkan gambar asli dari bentuk-bentuk segiempat dengan berbagai variasi bentuk dan warna. Sedangkan, penggunaan media speaker sebagai sarana penunjang karakteristik auralauditori, dimana speaker digunakan untuk memperjelas suara dalam pemutaran video pembuktian rumus luas dan keliling segiempat. Animasi yang menarik serta suara audio yang besar dan jelas dapat menarik perhatian siswa dalam belajar. Kemudian penggunaan beberapa buku buku bacaan matematika sebagai sarana penunjang karakteristik readwrite. Dalam hal ini, guru memperkenankan setiap kelompok untuk membawa buku bacaan lain selain buku bacaan yang diberikan sekolah. Selanjutnya adalah penggunaan alat peraga berupa kertas karton dan origami dalam berdemonstrasi yang digunakan untuk mengidentifikasi konsep dan sifat-sifat segiempat sebagai penunjang karakeristik kinestetik, sehingga siswa tidak hanya menghafal konsep ataupun sifat-sifat yang dimiliki suatu segiempat, namun mempraktekannya, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Tahap selanjutnya digunakan LKK Lembar Kerja Kelompok yang juga menunjang karakteristik melihat, mendengar, menulismembaca, dan melakukan sehingga kemampuan representasi matematis siswa untuk setiap indikator baik representasi visual, representasi simbolik, maupun representasi verbal terlihat dan terlatih. Berikut contoh hasil pekerjaan siswa pada Lembar Kerja Kelompok pertemuan 3 materi segiempat jajargenjang. Gambar 4.12 Contoh Hasil Pekerjaan Lembar Kerja Kelompok LKK Eksperimen Berdasarkan gambar 4.12 dapat terlihat bahwa kemampuan representasi matematis siswa dilatih baik representasi visual, simbolik, maupun verbal. Pada gambar terlihat bahwa siswa diminta untuk membuat sebuah bentuk visual dari sebuah jajargenjang, kemudian menjelaskan dengan kata-kata tentang jajargenjang tersebut hingga menggunakan persamaan matematika untuk menemukan rumus keliling dan luas dari sebuah jajargenjang. Selanjutnya pada tahap penampilan hasil, siswa diminta untuk mempresentasikan jawaban LKK hasil diskusi kelompok dengan berbagai cara seperti digambarkan dan dituliskan dipapan tulis atau dibacakan didepan kelas. Berikut adalah suasana pembelajaran di kelompok eksperimen dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK. i ii iii iv v vi Gambar 4.13 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Kelompok Eksperimen Pada gambar 4.13 dapat terlihat mengenai aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK. Pada gambar i dimana guru memperlihatkan bentuk- bentuk nyata bangun datar segiempat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan in focus sebagai sarana modalitas visual. Selanjutnya sebagai sarana auralauditori ditunjukkan pada gambar ii dimana guru memutarkan video pembuktian rumus luas dan keliling bangun datar dengan batuan in focus dan speaker serta pada gambar iii dimana terjadinya diskusi antar siswa mengenai materi bagun datar segiempat yang juga merupakan salah satu cara mengembangkan modalitas auralauditori. Kemudian pada gambar iv dilakukan demonstrasi dalam mengindentifikasi sifat-sifat bangun datar untuk mengembangkan modalitas kinesthetic. Serta gambar v dan vi sebagai bentuk pengembangan modalitas readwrite, yaitu siswa diperkenankan membaca beberapa sumber bacaan yang mereka miliki dan menuliskan ide-ide matematis yang mereka miliki. Tahap terakhir yaitu kesimpulan. Pada tahap ini siswa membuat jurnal harian mengenai materi yang telah dipelajari pada masing-masing buku catatan. Jurnal harian dibuat siswa sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa. Berikut adalah contoh jurnal harian yang dibuat siswa. Gambar 4.14 Jurnal Harian Siswa

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal. Meskipun demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis VARK membutuhkan waktu yang cukup banyak dikarenakan menggunakan berbagai fasilitas dalam pemaksimalan panca indra siswa guna menunjang penggunaan empat kecenderungan utama siswa dalam belajar, sedangkan waktu yang ada terbatas sehingga peneliti perlu perencanaan dan manajemen waktu yang lebih baik. 2. Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran berbasis VARK yang tidak hanya duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi turut aktif dalam proses pembelajaran sehingga peneliti harus lebih membimbing dan memotivasi siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. 3. Pada awal pembelajaran, sebagian besar siswa belum terbiasa dan masih kesulitan untuk menumpahkan ide-ide matematisnya dalam mengerjakan soal representasi matematis terlebih pada indikator simbolik dan verbal. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa mengerjakan soal rutin. 4. Penelitian dilakukan hanya dalam waktu satu bulan, sehingga pengaruh pembelajaran berbasis VARK terhadap kemampuan representasi matematis siswa belum maksimal. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai penerapan pembelajaran berbasis VARK terhadap kemampuan representasi matematis siswa di salah satu SMP Negeri di Tangerang Selatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis VARK memiliki nilai rata-rata 60,80. Tingkat pencapaian tertinggi untuk kemampuan representasi matematis siswa adalah pada indikator representasi simbolik. Hal ini sesuai dengan hasil skor rata-rata yang diperoleh dari ketiga indikator kemampuan representasi matematis yang diteliti, indikator representasi simbolik memperoleh skor rata-rata paling tinggi. Urutan tertinggi selanjutnya adalah indikator representasi visual, sedangkan untuk urutan terakhir adalah indikator representasi verbal. 2. Kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat terlihat dari skor rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK lebih tinggi 10,03 poin dari skor rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu hasil uji hipotesis terhadap tes akhir posttest kemampuan representasi matematis siswa yang menunjukkan bahwa nilai p-value sehingga H ditolak. Artinya kemampuan representasi matematis siswa kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis pada kelompok kontrol yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Saran

Terdapat beberapa saran dari peneliti berdasarkan temuan pada penelitian ini, diantaranya: 1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran berbasis VARK mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa, sehingga dapat menjadi salah satu alternative yang dapat digunakan sebagai variasi dalam pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru. 2. Untuk guru yang hendak menggunakan pembelajaran berbasis VARK dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan lebih baik sehingga pembelajaran bisa selesai tepat waktu. 3. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti tentang pembelajaran berbasis VARK pada pokok bahasan lain, mengukur aspek yang lain atau jenjang sekolah yang berbeda. 4. Untuk peneliti selanjutnya yang akan menggunakan pembelajaran berbasis VARK disarankan agar menggunakan metode dan media yang lebih bervariasi sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Astin, Anita Ervina, dkk., Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Ditinjau Dari Kemampuan Representasi Matematis. Jurnal Pendidikan Matematika UNILA, 3, 2015. Cuoco, Albert A. The Roles of Representation in School Mathematics. tt.p: NCTM, 2001. D, Lyn. Handbook of International Research in Mathematics Education. London: Lawrence Erlbaum Associates, 2002. Daryanto. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media, 2014. DePorter, Bobbi and Mike Hernacki. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa Learning, 2000. ----------------.Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa Learning, 2012. Fianti, Mika Agus. “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa dengan Accelerated Learning Strategi VAK Di SMA PGRI 56 Ciputat”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan. Godino and Font. The Theory of Representations as Viewed from the Onto- Semiotic Approach to Mathematics Education. Mediterranean Journal for Research in Mathematics Education, 9, 2010. Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis Dan Paragdigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014. Hutagaol, Kartini. Pembelajaran Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sekolah Menegah Pertama. Jurnal Ilmiah , 2, 2013. Kadir. Statistika Terapan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015. Kartini. “Peranan Representasi Dalam Pembelajaran Matematika”, Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. 5 Desember. Yogyakarta: FMIPA UNY, 2009. Mullis , Ina V.S., et al., TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Chestnut Hill: Lynch School of Education, Boston College, 2012. Mustangin. Representasi Konsep dan Peranannya Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Jurnal Pendidikan Matematika, 1, 2015. Othman, Norasmah and Mohd H asril Amiruddin. “Different Perspectives of Learning Style from VARK Model”, Procedia Social and Behavioral Sciences disampaikan dalam International Conferences on Learner Diversity. Malaysia: Faculty of Education UKM, 2010. Pape, Stephen J. and Mourat A. Tchoshanov. The Role of Representations in Developing Mathematical Understanding. Theory into Practice, 40, 2001. Rahmawati, Puji Syafitri. “Pengaruh Pendekatan Problem Solving terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2015. tidak dipublikasikan. Riesa M, I Gusti Ayu Agung, dkk., Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VARK Visual, Aural, ReadWrite, Kinesthetic berbantu LKS untuk meningkatkan hasil belajar TIK kelas XI di SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 20132014. Kumpulan Artikel Mahasiswa Teknik Informatika KARMAPATI, 3, 2014. Rosnawati, R. “Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia pada TIMSS 2011.” Prosiding Disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA, 18 Mei. Yogyakarta: Fakultas MIPA UNY, 2013. Russefendi. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito, 2005. Sabirin, Muhamad. Representasi Dalam Pembelajaran Matematika. JPM IAIN Antasari, 1, 2014. Said, Alamsyah and Andi Budimanjaya. 95 Strategi Mengajar Multiple Intellegensi Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa. Jakarta: Prenamedia Group, 2015. Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2011. Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito,2002. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta, 2012. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Suryana, Andri. “Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut Advanced Mathematical Thinking dalam Mata Kuliah Statistika Matematika I”, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan