Tabel 2.2 Prinsip Dasar Proses Pembelajaran Berbasis VARK dimodifikasi dari
Norasmah Othman dan Mohd Hasril Amiruddin
28
Modalitas Prinsip Dasar dalam Proses Pembelajaran
Visual Metodemedia : gambar, peta konsep, video pembelajaraan, spidol
warna-warni. Teknik : Mengganti kata-kata dengan simbol atau gambar,
penggunaan spidol warna-warni dalam penulisan maupun membuat gambar, memperlihatkan gambar-gambar materi terkait.
Aural Metodemedia : ceramah, tanya jawab, diskusi, video pembelajaran
Teknik : Melibatkan siswa aktif dalam tanya jawab dan diskusi, mendiskusikan ide secara verbal, serta membaca materi dengan suara
keras. ReadWrite Metodemedia : buku bacaan, handout, catatan
Teknik : Menuliskan kata-kata secara berulang, menulis kembali ide atau informasi dengan kalimat yang berbeda, menerjemahkan semua
gambar kedalam kata-kata serta membaca catatan. Kinesthetic Metodemedia : demonstrasi, diskusi, alat peraga, video pembelajaran.
Teknik : Menggunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide, memasukan berbagai macam contoh mengenai materi yang sedang
dipelajari untuk
memudahkan dalam
mengingat konsep,
memperbolehkan siswa berjalan-jalan untuk berdiskusi.
Tahapan pembelajaran berbasis VARK Visual Aural ReadWrite Kinesthetic yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah:
1 Persiapan Tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran berupa minat siswa untuk belajar maupun pembagian kelompok. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen yaitu dalam satu
kelompok terdiri dari siswa dengan gaya belajar dan kemampuan matematis
28
Ibid., p. 658.
yang berbeda yang didapat berdasarkan hasil tes sebelum pembelajaran dimulai.
2 Penyampaian Tahap ini berkaitan dengan penggunaan variasi metode dan media dalam
proses pembelajaran yang memberikan pemaksimalan penggunaan panca indra siswa yang mewakili modalitas mereka baik berupa visual, aural,
readwrite, maupun kinesthetic sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Metode dan media yang digunakan diantaranya:
Visual :
gambar, peta konsep, video pembelajaraan, spidol warna-warni. Tekniknya dengan mengganti kata-kata dengan simbol atau gambar,
penggunaan spidol warna-warni dalam penulisan maupun membuat gambar, memperlihatkan gambar-gambar materi terkait.
Aural :
ceramah, tanya jawab, diskusi, video pembelajaran. Tekniknya dengan melibatkan siswa aktif dalam tanya jawab dan diskusi,
mendiskusikan ide secara verbal, serta membaca materi dengan suara keras.
Readwrite :
buku bacaan, handout, catatan. Tekniknya dengan menuliskan kata- kata secara berulang, menulis kembali ide atau informasi dengan
kalimat yang berbeda, menerjemahkan semua gambar kedalam kata- kata.
Kinesthetic :
demonstrasi, diskusi, alat peraga, video pembelajaran. Tekniknya dengan menggunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide,
memasukan berbagai macam contoh mengenai materi yang sedang dipelajari
untuk memudahkan
dalam mengingat
konsep, memperbolehkan siswa berjalan-jalan untuk berdiskusi.
3 Pelatihan Tahap ini berkaitan dengan pendalaman materi yang telah disampaikan
guru dengan berbagai metode dan media baik berupa materi atau soal-soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Pelatihan diberikan kepada siswa dan
dapat dilakukan secara individu atau kelompok.
4 Penampilan hasil Tahap ini berkaitan pengungkapan hasil pemikiran siswa terhadap materi
yang dipelajari. Pengungkapan hasil dilakukan dengan presentasi yang dilakukan siswa yang kemudian dikonfirmasi oleh guru.
5 Kesimpulan Tahap ini berkaitan dengan pengutan materi yang telah dipelajari.
kesimpulan hasil pembelajaran ditampilkan berupa rangkuman yang dibuat siswa sesuai gaya belajarnya.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam mengajar. Pembelajaran konvensional yang digunakan pada
penelitian ini adalah strategi pembelajaran ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal.
29
Strategi ekspositori merupakan gabungan dari metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode ekspositori dapat dirinci sebagai berikut:
30
a. Persiapan Preparation, adalah langkah berkaitan dengan mempersiapkan siswa menerima pelajaran.
b. Penyajian Presentation, adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, kemampuan
represtasi matematis siswa dikembangkan. c. Menghubungkan Correlation, adalah langkah menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya.
29
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2011, h. 189.
30
Ibid., h. 189-191.
d. Menyimpulkan Generalization, adalah tahapan untuk memahami inti core dari materi pelajaran yang telah disajikan. Tekniknya dengan
mengulang kembali inti materi atau memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
e. Penerapan Aplication, adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Tekniknya dengan membuat tugas
yang relevan dan memberikan tes yang sesuai dengan materi yang telah disajikan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
I Gusti Ayu Agung Riesa M, Dessy Seri Wahyuni, dan I Gede Mahendra Darmawiguna dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VARK Visual, Aural, ReadWrite, Kinesthetic berbantu LKS
untuk meningkatkan hasil belajar TIK kelas XI di SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 20132014” mengatakan bahwa hasil belajar siswa terhadap model
pembelajaran VARK sangat tinggi, dimana kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran VARK berbantu LKS mendapat nilai rata-rata hasil belajar
sebesar 84,62. Mereka juga mengatakan bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran VARK. Fakta tersebut
didapat dari hasil analisis angket respon siswa, dimana 43,21 merespon sangat positif, 57,69 merespon positif, dan 0 untuk respon rendah ataupun sangat
rendah.
31
Mika Agus Fianti 2012 dalam skripsi yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Dengan Accelerated Learning Strategi VAK Di SMA PGRI 56 Ciputat” menjelaskan bahwa aktivitas di siklus I
belum memuaskan dimana masih ada siswa yang belum serius dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak serius saat berdiskusi dan siswa laki-laki tidak
31
I Gusti Ayu Agung Riesa M, Dessy Seri Wahyuni, dan I Gede Mahendra Darmawiguna, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VARK Visual, Aural, ReadWrite, Kinesthetic
berbantu LKS untuk meningkatkan hasil belajar TIK kelas XI di SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 20132014
”, Kumpulan Artikel Mahasiswa Teknik Informatika KARMAPATI, Vol. 3 No.3, 2014, h. 7.
membuat rangkuman. Hasil aktivitas belajar matematis yang belum memuaskan di siklus I dapat diketahui dari hasil persentase ketuntasan siswa yang masih rendah
yaitu 42,31. Perbaikan tahap siklus I yang dilakukan di siklus II berupa pemberian jeda dengan mendengarkan musik, diskusi tidak hanya dengan
kelompok sendiri tapi boleh bertukar pikiran dengan kelompok lain, pemberian reward dan pemberian kisi-kisi tes siklus serta pemberian LKS. Dan hasil belajar
siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,85 menjadi 78,97 dan keaktifan siswa pun meningkat dari 61,54 menjadi 84,62 pada siklus II. Selain
itu, persentase ketuntasan siswa pun naik menjadi 73,08.
32
Berdasarkan hasil penelitian dari kedua peneliti diatas, dapat dikatakan bahwa model VARK dimana proses pembelajaran dibuat sesuai karakteristik
panca indra yang menjadikan proses pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa baik dalam bidang studi
matematika maupun non matematika. Selanjutnya, karena terlalu luasnya cakupan hasil belajar, maka penelitian kali ini hanya akan terfokus pada kemampuan
representasi siswa. Karena salah satu faktor untuk meningkatkan hasil belajar matematis adalah memiliki kemampuan dalam merepresentasi materi sehingga
siswa mampu memahami konsep, berkomunikasi dengan baik dan memecahkan masalah matematis sehingga meningkatlah hasil belajar matematika siswa.
Anita Ervina Astin, Drs. M. Coesamin M.Pd, dan Dra. Arnelis Djalil M.Pd 20142015
dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Ditinjau Dari Kemampuan Representasi
Matematis” mengatakan bahwa model pembelajaran Think Talk Write tidak efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis. Berdasarkan data nilai
posttest hanya 18 dari 33 siswa yang mendapat nilai diatas KKM, dimana kemampuan representasi matematis siswa memperoleh presentase 84,66 untuk
indikator visual, 59,28 untuk indikator simbolik, dan 60,99 untuk indikator verbal padahal batas kriteria ideal minimumnya adalah 75. Hal tersebut
32
Mika Agus Fianti, “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa dengan Accelerated Learning Strategi VAK Di S
MA PGRI 56 Ciputat”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 74-75
disebabkan kurangnya ketersediaan alat, waktu dan pengelolaan kelas yang belum baik sehingga masih banyak siswa yang perhatian dan inatnya belum terfokus
dalam proses pembelajaran.
33
Untuk itu, pada penelitian kali ini peneliti akan mencoba
memperbaiki kekurangan-kerurangan
tersebut dengan
objek keberhasilan kemampuan representasi tetap terfokus pada indikator representasi
visual, representasi simbolik, dan representasi verbal.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan representasi matematis sangat penting untuk dimiliki siswa karena kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah. Namun pada kenyataannya kemampuan representasi matematis siswa masih saja rendah. Siswa masih sulit memecahkan masalah
dalam bentuk gambar maupun menggambarkan suatu masalah, menggunakan ekspresi matematis serta kata-katateks tulis dalam menyelesaikan masalah.
Rendahnya kemampuan representasi siswa disebabkan masih banyak guru yang menganggap bahwa kemampuan representasi hanya sebagai pelengkap, dan
representasi hanya dipelajari atau diajarkan sebagai pelengkap dalam pemecahan masalah saja. Hal tersebut dapat dilihat dari model pembelajaran yang biasa
digunakan guru masih monoton dan belum efektif dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan representasi matematis siswa. Guru masih menggunakan
pembelajaran konvensional dimana pembelajaran masih terpusat pada guru. Siswa cenderung pasif dan hanya mengikuti langkah pengerjaan yang diberikan guru
dalam menyelesaikan masalah dengan kata lain siswa hanya menghafal pola pengajaran guru sehingga siswa tidak terlatih dan sulit untuk merepresentasikan
ide atau gagasan matematik yang mereka miliki baik dalam hal memahami konsep matematis atau memecahkan masalah. Hal ini mengakibatkan rendahnya
kemampuan representasi matematis siswa.
33
Anita Ervina Astin, M. Coesamin, dan Arnelis Djalil, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write
Ditinjau Dari Kemampuan Representasi Matematis”, Jurnal Pendidikan Matematika UNILA, Vol. 3 No.2, 2015, h. 13-14.
Apabila diamati salah satu penyebab rendahnya kemampuan representasi matematis siswa terletak pada model pembelajaran atau penggunaan metode
mengajar yang belum tepat. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu pembelajaran aktif yang mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.
Salah satu pembelajaran aktif dan menyenangkan yang di anggap dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah pembelajaran berbasis VARK.
Pembelajaran berbasis VARK adalah pembelajaran yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas siswa dengan menggunakan panca indera berupa penglihatan,
pendengaran, dan peraba. Pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar sehingga akan meningkatkan antusias
siswa dalam belajar. Pembelajaran berbasis VARK mempunyai beberapa tahapan dalam
pelaksanaannya. Tahap pertama adalah persiapan dimana guru mempersiapkan siswa dengan motivasi yang membangun siswa untuk belajar ataupun
membagikan kelompok secara heterogen berdasarkan hasil tes gaya belajar VARK dan kemampuan matematis siswa, dimana dalam satu kelompok terdiri
dari siswa dengan kemampuan representasi matematis dan gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan agar dalam satu kelompok dapat terjadi proses
saling melengkapi antar siswa yang memiliki gaya belajar dan kemampuan matematis yang berbeda.
Pada tahap berikutnya adalah penyampaian. Pada tahap ini proses pembelajaran dilakukan dengan beberapa media dan metode yang memfasilitasi
dan mengoptimalkan panca indra berdasarkan karakteristik VARK. Pembelajaran visual menggunakan media in focus untuk menunjukkan
gambar-gambar, peta konsep dan video pembelajaraan serta penggunakaan spidol warna-warni; aural
dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, serta penggunaan media in focus dan speaker dalam pemutaran video pembelajaran; readwrite menggunakan berbagai
buku bacaan, handout, catatan; kinesthetic dengan metode demonstrasi, diskusi menggunakan alat peraga.