Faktor jasmani Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul untuk bentuk kehidupan masyarakat. Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel. Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 12 Ragam Faktor dan Elemennya Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan belajar 1. Aspek Fisiologis - Tonus Jasmani - Mata dan Telinga 2. Aspek Psikologis - ntelegensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi 1. Lingkungan Sosial - Keluarga - Guru dan Staf - Masyarakat - Teman 2. Lingkungan ninsosial - Rumah - Sekolah Peralatan - Alam 1. Pendekatan Tinggi - Speculative - Achieving 2. Pendekatan Sedang - Analytical - Deep 3. Pendekatan Rendah - Reproductive - Surface Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas tidak dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut dengan lannya saling mempengaruhi. maka dari itu seorang guru dapat memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas ketika menganalisis kesuliatn belajar siswa. Guru pun dapat memahami dan memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan belajar. 12 Muhibbin Syah, op. cit., h. 137 Hasil belajar di sekolah perlu dinilai oleh seorang guru. Penilaian hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Secara garis besar tujuan penilaian hasil belajar belajar adalah: 13 a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. d. Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan kapasitas kognitifnya kemampuan kecerdasan yang dimilikinya untuk keperluan belajar. e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar PMB. Penilaian juga bertujuan untuk menilai apakah metode yang digunakan oleh guru telah sesuai atau belum. Jika tingkat keberhasilan dalam belajar rendah, maka guru dapat mengevaluasi metode mengajar dengan yang mereka gunakan selama ini dan memperbaikinya jika terdapat kekurangan. Selain memiliki tujuan penilaian terhadap hasil belajar juga memiliki fungsi sebagai berikut: 14 a. Fungsi administratif berfungsi untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian rapor. b. Fungsi promosi untuk menetapkan apakah siswa tersebut naik kelas atau tidak, lulus atau tidak. 13 Ibid., h. 140 14 Ibid., h. 141 c. Fungsi diagnosik untuk mendiagosis atau mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching pengajaran perbaikan. d. Sebagai sumber data BK untuk memasok data siswa tertetu yang memerlukan bimbingan dan konseling BK. e. Sebagai bahan pertimbangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat proses belajar mengajar PBM.

3. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. 15 Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. 16 Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dari 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah belajar. 17 Jhonson Jhonson menyebutkan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah cara yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa 15 Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 15 16 Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 130 17 Isjoni. loc. cit. bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok di dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajara n”. 18 Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran sehingga siswa dibebaskan untuk mengeksplorasi ilmunya dan pembelajaran ini lebih menekankan sebuah kerja sama antar siswa. b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Roger dan David Johnson mengemukakan , “Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif cooperative learning, yaitu sebagai berikut:” 19 1 Prinsip ketergantungan positif positive interdependence Yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan. 2 Tanggung jawab perseorangan individual accountability Yaitu keberhasilan kelompok sangat bergantung dari masing- masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. 3 Interaksi tatap muka face of promotion interaction Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. 18 Zulfiani, loc. cit. 19 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, Edisi ke-2, h. 212 4 Partisipasi dan komunikasi participation communication, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 5 Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selajutnya bias bekerja sama dengan lebih efektif.

c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren sebagai berikut: 20 1 Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama” 2 Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3 Para siswa harus berpadangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4 Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. 5 Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6 Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan kerja sama selama belajar. 7 Setiap siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang ditagani dalam kelompok kooperatif.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunkan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. 20 Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 13-14 Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar, tahap ini dikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha- usaha kelompok maupun individu. 21 Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 22 Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar. Tahap 2 : Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Tahap 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Tahap 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Tahap 5 : Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah di pelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap 6 : Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 21 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pres, 2012, Edisi ke-2, h. 211 22 Ibid.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik talking chips terhadap hasil belajar kimia pada konsep ikatan kimia

4 42 172

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Game Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Momentum Dan Impuls (Kuasi Eksperimen Di Man 4 Jakarta)

0 9 291

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI IKATAN KIMIA DI SMA SWASTA PRAYATNA MEDAN.

0 2 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

3 15 20

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAM ACHIEVEMENTS DIVISION) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA.

0 2 22

PERBEDAAN HASIL BELAJAR KIMIA SMA YANG DIBELAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CPBL DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI HIDROKARBON.

1 3 24

PERBANDINGAN PENGGUNAAN POWER POINT DAN MEDIA PETA KONSEP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA.

3 14 83

KEBERHASILAN SISWA SMA BELAJAR KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMPUTER DAN PETA KONSEP.

0 1 28