Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
3
D. Pendidikan yang Baik
Di dalam kitab Li ji tersurat: “Seorang yang mengerti apa yang menjadikan pendidikan berhasil dan berkembang, dan mengerti
apa yang menjadikan pendidikan hancur, ia boleh menjadi guru bagi orang lain. Maka cara seorang yang bijaksana memberikan
pendidikan, jelasnya demikian: Ia membimbing berjalan dan tidak menyeret; ia menguatkan dan tidak menjerakan; ia membuka jalan
tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian. Membimbing berjalan, tidak menyeret menumbuhkan keharmonisan;
menguatkan dan tidak menjerakan, itu memberi kemudahan; dan, membukakan jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian,
menjadikan orang berpikir. Menimbulkan keharmonisan, memberi kemudahan dan menjadikan orang berpikir, itu pendidikan yang
baik.”
“Hukum di dalam Daxue: mencegah sebelum sesuatu timbul, itulah dinamakan memberi kemudahan yu; yang wajib dan
diperkenankan, itulah dinamakan cocok waktu shi; yang tidak bertentangan dengan ketentuan yang diberikan, itulah dinamakan
selaras keadaan sun; saling memperhatikan demi kebaikan itulah dinamai saling menggosok mo. Empat hal inilah yang perlu
diikuti demi berhasil dan berkembangnya pendidikan si xing.”
“Setelah permasalahan timbul, baru diadakan larangan, akan mendatangkan perlawanan, itu akan menyebabkan
ketidakberhasilan bu sheng. Setelah lewat waktu baru memberi pelajaran akan menyebabkan payah, pahit dan mengalami kesulitan
untuk berhasil sempurna nan cheng. Pemberian pelajaran yang lepas, tak jelas dan tidak sesuai akan mengakibatkan kerusakan
dan kekacauan sehingga tidak terbina bu xiu. Belajar sendirian dan tanpa sahabat menyebabkan orang merasa sebatang kara
dan tidak berkembang karena kekurangan informasi gua wen. Berkawan dalam berhura-hura menjadikan orang melawan guru
ni shi. Dan, berkawan dalam bermaksiat akan menghancurkan pelajaran fei xue. Enam hal inilah yang menjadikan pendidikan
cenderung gagal jiao fei.”
Buku Guru Kelas VI
4
E. Guru yang Baik
1. Pengabdian, Totalitas, dan Kesungguhan
Mengajar tidak sekedar masuk kelas, bertemu para siswa, menyuruh ini-itu, atau melarang ini-itu. Kalau cuma
itu, semua orang bisa melakukannya. Pandanglah ini sebagai suatu yang lebih dari sekedar transfer informasi
dan ‘penjejalan’ pengetahuan. Namun hadirkanlah kasih sayang dan kepedulian dengan segala rasa
pengabdian, komitmen, kerendahan hati, kreativitas, keikhlasan dan karakter-karakter unggul lain di dalamnya.
Mengajarlah dengan hati, membimbing dengan nurani, mendidik dengan segenap keikhlasan dan kesungguhan,
menginspirasi dan menyampaikan kebenaran dengan kasih, dan mempersembahkan apapun yang kita lakukan
sebagai ibadah kepada Tuhan.
Zigong bersanjak, “Betapa indah bunga Tang Di. Selalu bergoyang menarik. Bukan aku tidak mengenangmu, hanya
tempatmu terlampau jauh.” Mendengar itu nabi bersabda, “Sesungguhnya engkau tidak memikirkannya benar-benar.
Kalau benar-benar apa artinya jauh.” Lun yu. IX: 31
2. Tanggung jawab
Tanggung jawab sebagai guru sungguh besar. Beratus- ratus bahkan beribu-ribu peserta didik menjadi taruhan
dari setiap kata yang keluar dari mulut seorang guru. Setiap kata yang keluar seharusnya mencerahkan, menjadi ilham
bagi jiwa-jiwa yang ada di ruang belajar bersama kita, yang akan membuat mereka untuk terus-menerus memperbaiki
diri, dan menjelma menjadi insan-insan yang berkualitas, seiring dengan bertumbuhnya karakter dan nilai-nilai di
dalam kehidupan mereka.
Mengajar itu akan efektif dan menggairahkan apabila kita menyatukan hati dan jiwa berada di sisi yang sama
dengan peserta didik, sehingga kita tahu persis apa yang