Pengembangan Materi Al-Quddūs
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
101
Dia tidak terkejar bentuk dan dzat-Nya oleh kekuatan indera. Indera kita terlalu lemah untuk menjangkau keagungan Allah yang menggenggam
alam semesta ini. Mahasuci Allah dari beranak dan diperanakkan. Bagi umat Islam, Allah tidak diserupai dan menyerupai apa pun. Jadi, kalau ada
yang menganggap Allah itu menyerupai sesuatu, maka pendapat itu tidak dapat diterima. Karena sesuatu itu pasti makhluk, dan setiap makhluk pasti
ada kelemahannya. Apalagi menyamakan Allah dengan manusia. Mahasuci Allah secara zat dan perbuatan-Nya. Tidak ada satu pun
perbuatan Allah yang cacat atau gagal. Mengatakan cacat atau gagal pada perbuatan Allah pun tidak layak. Allah tidak mungkin berbuat sesuatu
yang gagal. Mahasuci Allah dari yang dianggap sempurna oleh makhluk. Manusia mempunyai standar kesempurnaan. Namun, sesempurnanya
dalam pandangan manusia, pasti tidak menjangkau kesempurnaan Allah yang sesungguhnya. Akal manusia terbatas.
Hikmah yang dapat diambil dari sifat al-Quddūs.
1. Pertama, kita dapat menikmati apa pun ketetapan Allah tanpa prasangka buruk. Allah telah berjanji Aku sesuai prasangka hambaKu. Berburuk
sangka kepada Allah akan membawa malapetaka bagi kita. Kita harus tetap ber-husnu©©an baik sangka, pasti ada hikmah di balik setiap
kejadian. Maka, nikmatilah setiap kejadian sebagai sarana evaluasi diri. Yang terpenting, kejadian apa pun yang menimpa harus mengubah kita
menjadi lebih baik.
2. Kedua, siap dengan ketidaksempurnaan diri. Apa yang kita banggakan sebagai manusia bila tanpa iman? Kita serba kalah oleh binatang. Masuk
ke air, ikan lebih lincah. Meski kita bisa menjadi pelari tercepat, masih kalah cepat dari kuda. Manusia pun masih kalah kuat dengan badak,
kalah besar dari badak, kalah besar dari gajah. Hanya kekuatan imanlah yang membuat kita lebih tinggi dari makhluk apa pun. Mari kita lebih
tinggi dari makhluk apa pun. Mari kita tutup pintu kesombongan diri dan bukalah lebar-lebar pintu ketawaduan. Sebab, tiadalah orang yang
rendah hati, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.
3. Ketiga, menerima kenyataan terkait dengan kekurangan orang lain. Kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa orang terdekat kita tidak
sempurna. Secara fisik mungkin mendekati kesempurnaan tapi akhlak tidak ada yang sempurna. Ada yang pemarah, pelit atau egois. Kita
harus terlatih menghadapi orang-orang terdekat kita, orangtua, saudara kandung, maupun pembantu di rumah. Kesiapan mental menerima
kekurangan dan keterbatasan orang lain, Insya Allah akan membuat
kita lebih bisa bersikap bijaksana. Orang akan tertekan jika dalam hidup selalu ingin sempurna dalam segala hal. Ingin yang terbaik boleh,
tapi ingin sempurna tidak ada. Kesempurnaan hanyalah milik Allah.
Buku Guru Kelas II SDMI
102
Memang kita harus melakukan perencanaan matang, persiapan yang optimal, dan pelaksanaan yang hati-hati, tapi kita harus siap pula bahwa
hasil yang dicapai tidak akan pernah sempurna. Sikapilah kekurangan orang lain sebagai ladang amal bagi kita.
Kita harus siap menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan menyukai kita. Lebih baik terus konsisten memperbaiki diri dan berbuat
yang terbaik. Allah yang akan mengatur hati setiap orang. Semua hati manusia ada dalam genggaman Allah. Inilah yang membuat kita harus
selalu berbaik sangka pada-Nya dalam kondisi apa pun.