Kompetensi Dasar KD Doa Makan

Buku Guru Kelas II SDMI 58

3. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu melakukan beberapa hal berikut ini. a. Melafalkan doa sebelum makan dengan benar. b. Melafalkan doa sesudah makan dengan benar. c. Membaca doa sebelum makan dengan benar. d. Membaca doa sesudah makan dengan benar. e. Mengartikan doa sebelum makan dengan benar. f. Mengartikan doa sesudah makan dengan benar.

4. Pengembangan Materi

Makan dan Minum dengan teratur Agar tidak mudah sakit, makanlah secara teratur. Sehari semalam sebaiknya kita makan 3 kali, yaitu, makan pagi sarapan, makan siang, dan makan malam. Jika dalam bulan puasa, kita makan di waktu berbuka dan sahur. Makan teratur menjadikan badan sehat dan kuat. Makanan yang kita makan akan diurai oleh tubuh menjadi tenaga dan kekebalan dari berbagai penyakit. Makan secara teratur juga berarti makan yang cukup, jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit. Orang yang malas makan misalnya karena lauknya tidak enak, atau makan terlalu banyak misalnya mentang- mentang lauknya enak, akibatnya akan buruk bagi badan kita. Sebelum dan sesudah makan harus mencuci tangan. Makanlah sambil duduk dan disunnahkan menggunakan tangan kanan. Tubuh sehat dihasilkan oleh makanan yang sehat. Karenanya, selain makanan kita harus bergizi, juga tidak boleh kadaluarsa. Tangan kita juga harus dibersihkan terlebih dahulu atau kalau memakai sendok harus dicuci terlebih dulu. Jika tangan atau sendok kita belum dicuci, dikhawatirkan dari situlah kotoran masuk ke dalam tubuh, sehingga akan berubah menjadi bakteri yang akan membahayakan kekebalan tubuh kita. Allah berfirman dalam Q.S. al-M ū’minun23: 51. Artinya: “Makanlah dari semua rezeki yang kuberikan yang baik-baik”. Yang dimaksud makanan yang baik antara lain harus yang bergizi, tidak boleh basi, dan harus dibersihkan terlebih dahulu. Sebaiknya kita makan sambil duduk, mengapa? Sebab agar pencernaan lebih lancar. Bayangkan kalau kita makan sambil tiduran maka pencernaan akan terganggu. Juga tidak makan sambil berdiri, karena kebiasaan itu buruk dan kurang sopan. Selain etika makan di atas, kita boleh menggunakan sendok dan garpu jika untuk alasan kebersihan ataupun kesopanan. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 59 Bagaimana jika kita menemukan orang yang hanya dapat menggunakan tangan kirinya untuk melakukan semua aktifitas? Jika dia memang sulit menggunakan tangan kanannya tidak apa-apa, tetapi hal ini harus dilihat oleh guru yang mendidiknya sebagai pengecualian. Yang baik adalah menggunakan kedua tangan secara seimbang. Alasannya adalah jika tangan seseorang bisa aktif dua-duanya maka otak kanan dan kirinya dapat berfungsi lebih baik. Bila kita menggunakan garpu, juga sebaliknya menggunakan tangan kanan untuk memasukkan makanan ke mulut.

5. Proses Pembelajaran

a. Persiapan

1 Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama. 2 Guru memeriksa kehadiran, kerapihan berpakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. 3 Guru menyapa peserta didik dengan ramah. 4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 5 Guru dapat memanfaatkan mediaalat peragaalat bantu berupa tulisan di papan tulis, kertas karton tulisan yang besar dan mudah dilihat dibaca. Jika memungkinkan, dapat menggunakan tayangan slide media projector. Hal ini dilakukan untuk mengkonkretkan antara apa yang diucapkan dan bentuk tulisannya. Untuk mengetahui kemampuan awal prates, peserta didik secara acak dipilih untuk melafalkan doa sebelum dan sesudah makan.

b. Pelaksanaan

Pertama. doa sebelum makan. 1 Guru mendemonstrasikan pelafalan kalimat doa sebelum makan kata per katadisesuaikan dengan panjang dan pendeknya bacaan doa sebaiknya langsung oleh guru bersangkutan, media audio hanya sebagai pendukung, peserta didik mencermati dan kemudian menirukannya. Pada waktu itu juga, guru langsung membimbing dan membetulkan pelafalan yang kurang tepat, baik secara individu ataupun bersama, sampai akhirnya selesai. 2 Guru melafalkan kata per kata, misalkan “All āhumma bāriklanā” yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dilakukan 2-3 kali. 3 Guru melanjutkan dengan melafalkan “f īmā razaqtanā” diikuti oleh seluruh peserta didik, dilakukan 2-3 kali. 4 Guru terakhir melafalkan “waqin ā ‘ażābannār” yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dilakukan 2-3 kali. 5 Guru melafalkan secara utuh kalimat “All āhumma bāriklanā, fîmā razaqtan ā, waqinā ‘ażābannār” diikuti oleh seluruh peserta didik, dilakukan 2-3 kali.