Perspektif dalam Balanced scorecard

51 5. Mendorong manajer untuk melihat bisnis dari empat pandangan, yaitu keuangan, pelanggan, proses internal bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan.

6. Perspektif dalam Balanced scorecard

Balanced scorecard menunjukkan adanya pengukuran kinerja yang menggabungkan antara pengukuran keuangan dan non keuangan Kaplan dan Norton dakam Aurrora,1996. Ada empat perspektif kinerja bisnis yang diukur dalam Balanced scorecard, yaitu: a. Perspektif keuangan Financial Perspective Tidak dapat dipungkiri bahwa keuangan adalah hal penting bagi sebuah organisasi terlepas apakah organisasi itu diharapkan untuk menghasilkan laba atau tidak nirlaba. Balanced Scorecard menggariskan upaya yang harus dilakukan untuk dapat berhasil secara keuangan, dan bagaimana kinerja kita secara keuangan dimata para pemegang saham. Luis Biromo, 2008 Keuangan organisasi dapat dilihat dari 2 sudut pandang yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Pendekatan keuangan yang bertujuan jangka pendek menggunakan strategi produktivitas yang dapat dicapai dengan perbaikan struktur biaya dan pemaksimalan utilisasi asset. Berbeda dengan tujuan jangka panjang yang menggunakan strategi pertumbuhan yang meliputi peningkatan nilai bagi pelanggan. Luis 52 Biromo, 2008. Tujuan finansial berperan sebagai fokus bagi tujuan- tujuan strategis dan ukuran-ukuran semua perspektif dalam Balanced Scorecard. Setiap ukuran yang dipilih hendaknya menjadi suatu bagian dari keterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak pada peningkatan kinerja financial. Gaspersz, 2006. Tujuan finansial sangat berbeda untuk setiap tahap siklus hidup bisnis. Pada siklus hidup tumbuh growth, sasaran strateginya adalah untuk peningkatan penjualan, dimana sumber daya perusahaan difokuskan pada pengembangan produk sehingga arus kas negatif dan ROI rendah. Pada siklus hidup bertahan sustain, sasaran strateginya adalah focus pada profit, dimana sumber daya perusahaan digunakan untuk mempertahankan pangsa pasar dan jika mungkin ditingkatkan. Investasi difokuskan pada peningkatan kapasitas dan perbaikan secara berkesinambungan. Pada siklus hidup panen harvest, sasaran strateginya adalah untuk memaksimalkan arus kas dan mengurangi modal kerja. Investasi perusahaan digunakan untuk perawatan alat dan pengembaliannya harus jelas dan dalam jangka waktu yang pendek. Tujuan strategi perspektif keuangan umumnya terkait dengan upaya peningkatan finansial, pengurangan biaya atau peningkatan produktivitasnya, dan 53 utilisasi asset perusahaan. Kaplan Norton, 2000 Paul R. Niven 2003 menambahkan cost of product pada perspektif finansial pada sektor sosial yaitu bukan berapa banyak uang yang harus didapatkan sebuah organisasi dari modal yang diinvestasikan tetapi berapa efektif yang dapat dilakukan pada misi untuk mencapai dampak yang jelas dan berhubungan dengan sumber daya yang ada. Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam Balanced scorecard, Tujuan financial berperan sebagai focus dari tujuan strategis,ukuran semua semua perspektif balance scorecard. Ukuran yang dipilih sebaiknya dari keterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak dipeningkatan kinerja financial. Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing- masing tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton 2000 dibedakan menjadi tiga tahap: 1 Pertumbuhan growth Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. 54 Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara aktual beroperasi dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan. 2 Sustain Stage Bertahan Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik, Dalam tahap ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembankannya apabila mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. 3 Harvest Panen Tahap ini merupakan tahap kematangan mature, suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen harvest terhadap investasi 55 mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dari investasi dimasa lalu. b. Perspektif Pelanggan Menurut Luis dan Biromo 2007, p.27, menyatakan bahwa: “Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumen jika manfaat yang diterimanya relative lebih tinggi dari pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk dan jasa itu serta manfaatnya mendekati atau melebihi apa yang diaharapkan oleh konsumen. hal yang dinilai antara lain adalah atribut produk atau jasa, hubungan dengan pelanggan, kepuasan serta reputasi organisasi.” Suatu organisasi juga harus memberikan insentif kepada manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Perspektif ini memberikan gambaran dan identifikasi terhadap sasaran organisasi di sisi konsumen dan target 56 pasar sebagai bentuk interaksi antara organisasi dan konsumen. Perspektif ini mencakup ukuran generik terhadap outcomes dari strategi yang telah diterapkan oleh organisasi. Perspektif konsumen memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer value propotions. a. Kelompok perusahaan inti konsumen customer core measurement 1 Pangsa pasar market share Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh perusahaan dalam suatu segmen tertentu, yang meliputi antara lain jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan. 2 Kemampuan mempertahankan konsumen customer retention Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan konsumennya yang mungkin seberapa besar perusahaan berhasil mempertahankan pelanggan lama. 3 Kemampuan meraih konsumen baru customer acquisition Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen baru dalam pasar. 4 Tingkat kepuasan konsumen customer satisfaction 57 Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap citra kinerjanilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan. Hubungan proses : Kaplan and Norton danika 2010 tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Perspektif Konsumen - Customer Core Measurement b. Kelompok pengukur nilai konsumen customer value propotion Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami pemicu-pemicu driver. Dari kelompok- kelompok pengukuran inti konsumen kelompok pengukuran nilai konsumen terdiri dari : 1 Atribut-atribut produk dan jasa productservice Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yangberbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, 58 kualitas atau harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atau produk yang ditawarkan. Selanjutnya, pengukuran kinerja diterapkan berdasarkan hal tersebut. Atribut-atribut produkproduk jasa harga dan fasilitasnya. 2 Hubungan dengan konsumen customer relationship Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi melalui pengisian produkjasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut. 3 Citra dan reputasi image reputation Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara personal melalui pameran-pameran, doorto door maupun lewat media masa atau elektronik ataupun ungkapan- ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen. c. Perspektif Proses Bisnis Internal Menurut Suwardi Luis Prima A. Biromo, 2007, p.34, Yang dimaksud proses bisnis internal adalah: “ serangkaian aktivitas yang 59 ada dalam bisnis kita secara internal yang kerap disebut dengan nilai value chain.” Dengan perspektif bisnis internal perusahaan harus mengidentifikasikan proses internal yang penting, dan perusahaan harus melakukannya dengan sebaik-baiknya, karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan. Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari kinerja bisnis internal yang menjadi unggulannya dan perusahaan harus memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya dan untuk menilai kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut. Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi pelanggan dan juga para pemegang saham. Perspektif ini menyajikan identifikasi terhadap faktor kritikal dalam proses internal yang memungkinkan organisasi untuk menyajikan valueproposition yang akan menarik dan mempertahankan konsumen di target segmen pasarnya dan memuaskan harapan shareholder dalam mencapai keuntungan yang tinggi. 60 Para manajer harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari perspektif pelanggan. Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan Norton 1996 : 96 membaginya menjadi tiga prinsip dasar yaitu : 1 Proses Inovasi Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R D sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan didasarkan pada kebutuhan pasar. Aktifitas Research and Development ini merupakan aktifitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama, untuk jangka panjang. Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang dilakukan dalam proses operasi. 2 Proses Operasi 61 Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produkjasa. Aktifitas di dalam proses operasi terbagi dalam ke dalam dua bagian: a Proses pembuatan produk b Kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan pada waktu, kualitas, dan biaya. Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan mereka. Proses operasi berasal dari penerimaan pesanan dari pelanggan dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada pelanggan. Kegiatan ini lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan terulang. Menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dalam Pedoman Penyusunan Bisnis dan anggaran RBA Badan Layanan Umum Rumah Sakit tahun 2011 telah memberikan indikator kinerja operasional rumah sakit key performance indicator KPI yaitu : indikator mutu dan indikator efisiensi. Indikator Mutu , antara lain : • Kematian di klinik unit darurat, dibandingkan jumlah pasien di unit darurat. 62 • Persentase kematian kurang dari 48 jam • Angka Kematian Neto Net Death Rate NDR Yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolelir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita • Gross Death Rate GDR Yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar . Nilai GDR sebaiknya tidak lebih dari 45 per penderita keluar • Post operative of Stay • Angka infeksi Nosokomial • Pasien yang dirujuk. Indikator Efisiensi • Bed Occupancy Rate BOR BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan tertentu, yaitu indikator yang memberikan gambaran tinggi rendah tingkat pemanfaatan tempat tidur. • Average Length of Stay A vLOS AVLOS adalah rata-rata lama rawat pasien 63 • Turn Over Interval TOI TOI adalah rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempatkan dari saat terisi ke saat berikutnya. • Bed Turn Over BTO BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satuan tertentu 1 tahun Indikator ini menggambarkan tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur. 3 Layanan pasca jual Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produkjasa tersebut dilakukan. Aktifitas yang terjadi dalam tahapan ini misalnya, penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima sehingga keluhan tersebut diselesaikan. Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada para 64 pelanggan yang telah membeli produk produknya dalam bentuk layanan pasca transaksi.

d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Analisis pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard

4 19 100

PENILAIAN KINERJA LAYANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

0 2 79

PENDAHULUAN Analisis Vperencanaan Strategik Dalam Perspektif Balanced Scorecard (BSC) (Studi Kasus pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu).

0 2 6

PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE Pengukuran Kinerja Dengan Metode Balanced Scorecard (Studi Empiris Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten).

0 2 16

PENDAHULUAN Pengukuran Kinerja Dengan Metode Balanced Scorecard (Studi Empiris Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten).

0 1 6

PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE Pengukuran Kinerja Dengan Metode Balanced Scorecard (Studi Empiris Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten).

0 1 16

PENGUKURAN KINERJA RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MENGGUNAKAN ELEMEN-ELEMEN BALANCED SCORECARD Pengukuran Kinerja RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Menggunakan Elemen-Elemen Balanced Scorecard (Studi Empiris Pada RS PKU Muhammadiyah Delanggu).

0 1 14

PENDAHULUAN Pengukuran Kinerja RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Menggunakan Elemen-Elemen Balanced Scorecard (Studi Empiris Pada RS PKU Muhammadiyah Delanggu).

0 1 7

PENGUKURAN KINERJA RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MENGGUNAKAN ELEMEN-ELEMEN BALANCED SCORECARD Pengukuran Kinerja RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Menggunakan Elemen-Elemen Balanced Scorecard (Studi Empiris Pada RS PKU Muhammadiyah Delanggu).

0 3 17

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN 2013 DAN 2014.

4 30 169