Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor

(1)

i

PERILAKU KONSUMEN

COOKIES

COKELAT

“WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR

Oleh: RIZKI AMELIA

A14104092

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

ii

RINGKASAN

RIZKI AMELIA. Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor. Di bawah bimbinganJAJAH K. WAGIONO.

Peranan UKM dalam pekonomian Indonesia sangat besar. Salah satu usaha yang dapat terus berproduksi dalam jangka panjang adalah industri makanan karena makanan memiki karakteristik khusus (masa pemakaian produk yang singkat) dan kekhasan dalam selera. Cokelat merupakan salah satu alternatif makanan yang dapat diusahakan oleh UKM. Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao. Berdasarkan informasi yang diperoleh, konsumsi cokelat masyarakat Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 0.5 kg/kapita/tahun padahal Indonesia merupakan negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia (470.000 ton) setelah Pantai Gading (1.387.000 ton) dan Ghana (741.000 ton).

Waroeng Cokelat adalah UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan baku cokelat. Salah satu produk yang dihasilkannya adalah cookies cokelat. Permintaan masyarakat terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat terus meningkat setiap tahunnya. Permintaan paling besar terjadi pada saat hari raya Idul Fitri karena pada saat itu konsumen memiliki budaya yang kuat untuk menyediakancookies.

Sifat usaha cookies yang musiman (ramai dikonsumsi pada hari raya) membuat banyak bermunculan penjual-penjualcookiesyang menawarkancookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat diantara pengusaha cookies. Persaingan terjadi bukan hanya pengusaha yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makan jenis lain yang ikut memproduksi cookies. Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk berhasil dalam bisnis cookies cokelat Idul Fitri, tetap saja dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini.

Salah satu cara untuk dapat mempertahankan konsumennya adalah dengan melakukan analisis perilaku konsumen. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri, menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat, dan merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.

Penelitian ini dilakukan di Waroeng Cokelat, Kota Bogor dari pertengahan bulan Juni sampai Juli 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Sedangkan untuk data sekunder, diperoleh melalui data-data perusahaan dan data-data eksternal yang mendukung penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Cokelat yang sudah pernah membeli dan merasakan cookies cokleat Waroeng Cokelat yang berjumlah 30 orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(3)

iii

analisis deskriptif, analisis Multiatribut Fishbein, Customer Satisfaction Index (CSI), danImportance-Performance Analysis(IPA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumencookies cokelat Waroeng Cokelat memiliki karakteristik umum yaitu berjenis kelamin perempuan dengan kedudukan sebagai istri dalam keluarga, berusia 21 – 30 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA atau sederajat, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, memiliki anggota keluarga 3–4 orang, dan berpenghasilan rumah tangga menengah yaitu sebesar Rp2.000.000–Rp5.000.000. Sebanyak 63,3 persen konsumen memiliki keharusan untuk menyediakancookiescokelat pada hari raya Idul Fitri, mereka membutuhkan cookies cokelat untuk konsumsi keluarga (83,3 persen) dengan motivasi pembelian eksternal yaitu karena rasanya yang enak dan bentuk yang unik (83,3 persen). Sumber informasi berasal dari teman (86,7 persen), informasi penting yang dibutuhkan dari sumber informasi adalah jaminan keamanan pangan (46,7 persen), cita rasa cookies (33,3 persen), dan daya tahan produk (30 persen), sedangkan alat promosi yang efektif adalah pengujian gratis (70 persen). Kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen adalah cita rasa yang enak (83,3 persen), bentuk cookies yang menarik (53,3 persen) dan rasa cokelat yang terasa (40 persen). Pembelian dilakukan melalui pemesanan dua sampai satu minggu sebelum hari raya Idul Fitri (60 persen). Jenis cookies yang banyak dibeli pada Idul Fitri 2007 adalah marbel cokelat (83,3 persen) dan kurma cokelat (60 persen). Keputusan pembelian tidak dipengaruhi pihak lain tetapi atas dasar inisiatif sendiri (80 persen). Dalam evaluasi pasca pembelian, konsumen akan mengurangi jumlah pembelian selanjutnya jika terjadi kenaikan harga (60 persen) dan kemungkinan akan membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat pada Idul Fitri 2008 ini (53,3 persen).

Analisis sikap Fishbein menunjukan bahwa sikap konsumen terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral. Sikap positif konsumen yang menyebabkan konsumen masih mau membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah bentukcookiesyang unik cita rasa yang enak, dan rasa cokelat yang terasa. Indeks kepuasan konsumen sebesar 66,11 persen menjelaskan bahwa secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat. Atribut yang paling berkontribusi memuaskan konsumen adalah cita rasacookies, bentuk cookies, dan rasa cokelat. Analisis IPA memberikan hasil yaitu atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah jaminan keamanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis yang tersedia, dan kemasan.

Bauran pemasaran yang dapat dilakukan, untuk produk yaitu memperbaiki kinerja jaminan kemanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis cookies yang tersedia, dan kemasan, serta mempertahankan atribut cita rasacookies, rasa cokelat, bentuk cookies, daya tahan, dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan. Untuk harga, pemilik melakukan komunikasi dengan tenaga penjual untuk penentuan harga agar harga yang ditetapkan tenaga penjual tidak dirasa mahal oleh konsumen dan memberikan alternatif ukuran kemasan yang lebih kecil. Untuk promosi, lebih menginformasikan informasi mengenai jaminan keamanan pangan, dan cita rasa cookies dengan alat promosi berupa pengujian gratis dan promosi dilakukan melalui ‘mulut ke mulut’. Saluran distribusi dengan menggunakan tenaga penjual sudah tepat dilakukan karena tenaga penjual dapat mendekatkan produk kepada konsumen mengingat target pasarnya adalah seorang wanita karir.


(4)

iv

PERILAKU KONSUMEN

COOKIES

COKELAT

“WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR

Oleh: RIZKI AMELIA

A14104092

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(5)

v

Judul : Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor

Nama : Rizki Amelia

NRP : A14104092

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec NIP 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(6)

vi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT “WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR” BENAR – BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, September 2008

Rizki Amelia A14104092


(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Oktober 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Endang Iskandar dan Ibu Sukaesih.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Semplak 1 Bogor dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004, kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB).

Pada tahun 2006, penulis menjadi Beswan Djarum dan mendapatkan beasiswa untuk periode 2006 sampai 2007. Penulis pun aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Djarum Bakti Pendidikan antara lain Achivement Motivation Training, Dare To be a Leader, dan ESQ. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan acara di kampus seperti kepanitiaan Bakti Sosial Manajemen Agribisnis, dan Donor Darah Berswan Djarum.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi yang berjudul Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor merupakan tugas akhir salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi informasi mengenai perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berada di Kota Bogor seperti proses pengambilan keputusan, sikap, dan kepuasan, serta rekomendasi bauran pemasaran yang dapat dilakukan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2008


(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hdayah serta karunia-Nya kepada kita semua dan shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, ada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec, sebagai dosen pembimbing skripsi, selalu meluangkan waktu disela-sela kesibukan beliau dan sabar dalam memberi bimbingan, masukan dan dorongan bagi penulis.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM, sebagai dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

3. Etriya, SP, MM, sebagai dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

4. Ir. Ratna Winandi, MS, sebagai dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan beliau selama penulis kuliah.

5. Keluarga besarku: ibu, ayah, adik-adik, nenek, tante, yang selalu memberikan bantuan baik dukungan moril maupun dukungan semangat serta kasih sayang yang tak hentinya dicurahkan kepada penulis.

6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor atas izin, dan informasinya.

7. Yanthi Rusdiyantini, SE, sebagai pemilik Waroeng Cokelat. Terimakasih atas izin, ilmu, bantuan, dan informasi selama penulis melakukan penelitian. 8. Bapak Sulam, Ibu Eti, dan Ibu Eni, sebagai distributor cookies cokelat Waroeng Coeklat atas waktu, bantuan, dan informasinya selama penulis melakukan penelitian.

9. PT Djarum atas beasiswa dan pelatihan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mendapatkan banyak teman dari seluruh Indonesia,


(10)

x

menambah pengalaman baru, dapat lebih belajar dan menjadi manusia yang lebih baik.

10. Keluarga besar Beswan Djarum, khusunya untuk Beswan Djarum IPB tahun 2006/2007: Winda, Ratih, Opik, Anto, Ajied, David, Prima, Ahmad, dan Supri. Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan yang telah diberikan selama ini. Untuk Beswan 2007/2008 tetap semangat ya.

11. Fima Firdaus Firman, atas kesabarannya, bantuan, dukungan, dan doanya selama ini kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat terbaikku Amorsa (Asih, Tyas, Feti dan Mega), AGB 41 (Nuy, Tutik, Ica, Sevia, Yuz, dan Rizal), serta sahabat SD penulis (Amir, Agung, Efril, dan Hendi). Terimakasih atas persahabatan dan semangatnya selama ini. Semoga persahabatan kita akan tetap terjalin.

13. Teman- teman satu bimbingan : Nunik, Krisna, dan Herikson. Terimakasih atas bantuan, dukungan dan doa yang selalu diberikan, maaf ya selalu merepotkan.

14. Rudi, Taufik, Arisman, Iwan, David, dan Saut yang telah memberikan banyak masukan dan kritikan kepada penulis.

15. Teman-teman yang telah menjadikan empat tahun belakangan ini lebih menyenangkan dari pada penulis bayangkan : Luqmen, Efendi, Harits, EsEs. 16. Seluruh keluarga besar AGB 41, Mas Arif, Mba Dian, Mba Dewi, Mas Feri, Bu Ida, Pak Yusuf, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(11)

i

PERILAKU KONSUMEN

COOKIES

COKELAT

“WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR

Oleh: RIZKI AMELIA

A14104092

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

ii

RINGKASAN

RIZKI AMELIA. Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor. Di bawah bimbinganJAJAH K. WAGIONO.

Peranan UKM dalam pekonomian Indonesia sangat besar. Salah satu usaha yang dapat terus berproduksi dalam jangka panjang adalah industri makanan karena makanan memiki karakteristik khusus (masa pemakaian produk yang singkat) dan kekhasan dalam selera. Cokelat merupakan salah satu alternatif makanan yang dapat diusahakan oleh UKM. Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao. Berdasarkan informasi yang diperoleh, konsumsi cokelat masyarakat Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 0.5 kg/kapita/tahun padahal Indonesia merupakan negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia (470.000 ton) setelah Pantai Gading (1.387.000 ton) dan Ghana (741.000 ton).

Waroeng Cokelat adalah UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan baku cokelat. Salah satu produk yang dihasilkannya adalah cookies cokelat. Permintaan masyarakat terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat terus meningkat setiap tahunnya. Permintaan paling besar terjadi pada saat hari raya Idul Fitri karena pada saat itu konsumen memiliki budaya yang kuat untuk menyediakancookies.

Sifat usaha cookies yang musiman (ramai dikonsumsi pada hari raya) membuat banyak bermunculan penjual-penjualcookiesyang menawarkancookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat diantara pengusaha cookies. Persaingan terjadi bukan hanya pengusaha yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makan jenis lain yang ikut memproduksi cookies. Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk berhasil dalam bisnis cookies cokelat Idul Fitri, tetap saja dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini.

Salah satu cara untuk dapat mempertahankan konsumennya adalah dengan melakukan analisis perilaku konsumen. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri, menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat, dan merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.

Penelitian ini dilakukan di Waroeng Cokelat, Kota Bogor dari pertengahan bulan Juni sampai Juli 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Sedangkan untuk data sekunder, diperoleh melalui data-data perusahaan dan data-data eksternal yang mendukung penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Cokelat yang sudah pernah membeli dan merasakan cookies cokleat Waroeng Cokelat yang berjumlah 30 orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(13)

iii

analisis deskriptif, analisis Multiatribut Fishbein, Customer Satisfaction Index (CSI), danImportance-Performance Analysis(IPA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumencookies cokelat Waroeng Cokelat memiliki karakteristik umum yaitu berjenis kelamin perempuan dengan kedudukan sebagai istri dalam keluarga, berusia 21 – 30 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA atau sederajat, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, memiliki anggota keluarga 3–4 orang, dan berpenghasilan rumah tangga menengah yaitu sebesar Rp2.000.000–Rp5.000.000. Sebanyak 63,3 persen konsumen memiliki keharusan untuk menyediakancookiescokelat pada hari raya Idul Fitri, mereka membutuhkan cookies cokelat untuk konsumsi keluarga (83,3 persen) dengan motivasi pembelian eksternal yaitu karena rasanya yang enak dan bentuk yang unik (83,3 persen). Sumber informasi berasal dari teman (86,7 persen), informasi penting yang dibutuhkan dari sumber informasi adalah jaminan keamanan pangan (46,7 persen), cita rasa cookies (33,3 persen), dan daya tahan produk (30 persen), sedangkan alat promosi yang efektif adalah pengujian gratis (70 persen). Kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen adalah cita rasa yang enak (83,3 persen), bentuk cookies yang menarik (53,3 persen) dan rasa cokelat yang terasa (40 persen). Pembelian dilakukan melalui pemesanan dua sampai satu minggu sebelum hari raya Idul Fitri (60 persen). Jenis cookies yang banyak dibeli pada Idul Fitri 2007 adalah marbel cokelat (83,3 persen) dan kurma cokelat (60 persen). Keputusan pembelian tidak dipengaruhi pihak lain tetapi atas dasar inisiatif sendiri (80 persen). Dalam evaluasi pasca pembelian, konsumen akan mengurangi jumlah pembelian selanjutnya jika terjadi kenaikan harga (60 persen) dan kemungkinan akan membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat pada Idul Fitri 2008 ini (53,3 persen).

Analisis sikap Fishbein menunjukan bahwa sikap konsumen terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral. Sikap positif konsumen yang menyebabkan konsumen masih mau membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah bentukcookiesyang unik cita rasa yang enak, dan rasa cokelat yang terasa. Indeks kepuasan konsumen sebesar 66,11 persen menjelaskan bahwa secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat. Atribut yang paling berkontribusi memuaskan konsumen adalah cita rasacookies, bentuk cookies, dan rasa cokelat. Analisis IPA memberikan hasil yaitu atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah jaminan keamanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis yang tersedia, dan kemasan.

Bauran pemasaran yang dapat dilakukan, untuk produk yaitu memperbaiki kinerja jaminan kemanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis cookies yang tersedia, dan kemasan, serta mempertahankan atribut cita rasacookies, rasa cokelat, bentuk cookies, daya tahan, dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan. Untuk harga, pemilik melakukan komunikasi dengan tenaga penjual untuk penentuan harga agar harga yang ditetapkan tenaga penjual tidak dirasa mahal oleh konsumen dan memberikan alternatif ukuran kemasan yang lebih kecil. Untuk promosi, lebih menginformasikan informasi mengenai jaminan keamanan pangan, dan cita rasa cookies dengan alat promosi berupa pengujian gratis dan promosi dilakukan melalui ‘mulut ke mulut’. Saluran distribusi dengan menggunakan tenaga penjual sudah tepat dilakukan karena tenaga penjual dapat mendekatkan produk kepada konsumen mengingat target pasarnya adalah seorang wanita karir.


(14)

iv

PERILAKU KONSUMEN

COOKIES

COKELAT

“WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR

Oleh: RIZKI AMELIA

A14104092

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(15)

v

Judul : Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor

Nama : Rizki Amelia

NRP : A14104092

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec NIP 130 350 044

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(16)

vi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT “WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR” BENAR – BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, September 2008

Rizki Amelia A14104092


(17)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Oktober 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Endang Iskandar dan Ibu Sukaesih.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Semplak 1 Bogor dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004, kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB).

Pada tahun 2006, penulis menjadi Beswan Djarum dan mendapatkan beasiswa untuk periode 2006 sampai 2007. Penulis pun aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Djarum Bakti Pendidikan antara lain Achivement Motivation Training, Dare To be a Leader, dan ESQ. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan acara di kampus seperti kepanitiaan Bakti Sosial Manajemen Agribisnis, dan Donor Darah Berswan Djarum.


(18)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi yang berjudul Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor merupakan tugas akhir salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi informasi mengenai perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berada di Kota Bogor seperti proses pengambilan keputusan, sikap, dan kepuasan, serta rekomendasi bauran pemasaran yang dapat dilakukan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2008


(19)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hdayah serta karunia-Nya kepada kita semua dan shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, ada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec, sebagai dosen pembimbing skripsi, selalu meluangkan waktu disela-sela kesibukan beliau dan sabar dalam memberi bimbingan, masukan dan dorongan bagi penulis.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM, sebagai dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

3. Etriya, SP, MM, sebagai dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

4. Ir. Ratna Winandi, MS, sebagai dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan beliau selama penulis kuliah.

5. Keluarga besarku: ibu, ayah, adik-adik, nenek, tante, yang selalu memberikan bantuan baik dukungan moril maupun dukungan semangat serta kasih sayang yang tak hentinya dicurahkan kepada penulis.

6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor atas izin, dan informasinya.

7. Yanthi Rusdiyantini, SE, sebagai pemilik Waroeng Cokelat. Terimakasih atas izin, ilmu, bantuan, dan informasi selama penulis melakukan penelitian. 8. Bapak Sulam, Ibu Eti, dan Ibu Eni, sebagai distributor cookies cokelat Waroeng Coeklat atas waktu, bantuan, dan informasinya selama penulis melakukan penelitian.

9. PT Djarum atas beasiswa dan pelatihan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mendapatkan banyak teman dari seluruh Indonesia,


(20)

x

menambah pengalaman baru, dapat lebih belajar dan menjadi manusia yang lebih baik.

10. Keluarga besar Beswan Djarum, khusunya untuk Beswan Djarum IPB tahun 2006/2007: Winda, Ratih, Opik, Anto, Ajied, David, Prima, Ahmad, dan Supri. Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan yang telah diberikan selama ini. Untuk Beswan 2007/2008 tetap semangat ya.

11. Fima Firdaus Firman, atas kesabarannya, bantuan, dukungan, dan doanya selama ini kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat terbaikku Amorsa (Asih, Tyas, Feti dan Mega), AGB 41 (Nuy, Tutik, Ica, Sevia, Yuz, dan Rizal), serta sahabat SD penulis (Amir, Agung, Efril, dan Hendi). Terimakasih atas persahabatan dan semangatnya selama ini. Semoga persahabatan kita akan tetap terjalin.

13. Teman- teman satu bimbingan : Nunik, Krisna, dan Herikson. Terimakasih atas bantuan, dukungan dan doa yang selalu diberikan, maaf ya selalu merepotkan.

14. Rudi, Taufik, Arisman, Iwan, David, dan Saut yang telah memberikan banyak masukan dan kritikan kepada penulis.

15. Teman-teman yang telah menjadikan empat tahun belakangan ini lebih menyenangkan dari pada penulis bayangkan : Luqmen, Efendi, Harits, EsEs. 16. Seluruh keluarga besar AGB 41, Mas Arif, Mba Dian, Mba Dewi, Mas Feri, Bu Ida, Pak Yusuf, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(21)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 12

2.2 Cokelat ... 14

2.3 Cookies Cokelat ... 16

2.4 Penelitian Terdahulu 2.3.1 Penelitian Tentang Cokelat ... 17

2.3.2 Penelitian Mengenai Perilaku Konsumen ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen Rumah Tangga ... 25

3.1.2 Perilaku Konsumen... 26

3.1.3 Proses Keputusan Pembelian 3.1.3.1 Pengenalan Kebutuhan ... 27

3.1.3.2 Pencarian Informasi ... 28

3.1.3.3 Evaluasi Alternatif ... 29

3.1.3.4 Pembelian ... 30

3.1.3.5 Evalusai Pascapembelian ... 30

3.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 3.1.4.1 Faktor Budaya... 31

3.1.4.2 Faktor Sosial ... 32

3.1.4.3 Faktor Pribadi ... 33

3.1.4.4 Faktor Psikologis ...34

3.1.5 Sikap Terhadap Objek ... 36

3.1.6 Kepuasan Konsumen ... 37

3.1.7 Bauran Pemasaran untuk UKM ... 39


(22)

xii

IV METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 47 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 47 4.3 Metode Pengumpulan Data ... 47 4.4 Metode Pengambilan Sampel ... 48 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1 Analisa Deskriptif ... 49 4.5.2 Penentuan Atribut DugaanCookiesCokelat ... 49 4.5.3 Uji Validitas ... 50 4.5.4 Uji Realibilitas ... 51 4.5.5 Model Multiatribut Fishbein ... 52 4.5.6 Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) .... 56 4.5.7 Importance Performance Analysis(IPA)... 57 4.6 Definisi Operasional ... 60

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Waroeng Cokelat ... 63 5.2 Struktur Organisasi ... 64 5.3 Produk ... 65 5.4 Pemasaran ... 66

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN

6.1 Karakteristik Umum Responden

6.2.1 Jenis Kelamin ... 68 6.2.2 Kedudukan dalam Keluarga ... 68 6.2.3 Usia ... 69 6.2.4 Tingkat Pendidikan ... 69 6.2.5 Jenis Pekerjaan ... 70 6.2.6 Jumlah Anggota Rumah Tangga ... 70 6.2.7 Pendapatan Rumah Tangga per Bulan ... 71 6.2.8 Kali PembelianCookies Cokelat Waroeng Cokelat

Pada Hari Raya Idul Fitri ... 72 6.2 Proses Pengambilan Keputusan PembelianCookiesSaat Hari Raya

6.2.1 Pengenalan Kebutuhan ... 72 6.2.2 Pencarian Informasi ... 74 6.2.3 Evaluasi Alternatif ... 76 6.2.4 PembelianCookiesCokelat Waroeng Cokelat... 77 6.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian ... 79

VII ANALISIS SIKAP FISHBEIN DAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN

7.1 Analisis Sikap Fishbein

7.1.1 Nilai Evaluasi Atribut (ei) ... 81 7.1.2 Nilai Kepercayaan Atribut (bi) ... 82 7.1.3 Nilai Analisis Sikap Fishbein ... 83


(23)

xiii 7.2 Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen

7.2.1 Analisis Tingkat Kepentingan Atribut CookiesCokelat ... 85 7.2.2 Analisis Tingkat Kinerja AtributCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 94 7.2.3 Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index)

7.2.3.1 Indeks Kepuasan Konsumen Secara Keseluruhan .... 102 7.2.3.2 Indeks Kepuasan Konsumen Pada

Masing-Masing Atribut ... 104 7.2.4 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance

Performance Analysis ...105

VIII BAURAN PEMASARAN

8.1 Produk ... 112 8.2 Harga ... 116 8.3 Promosi ... 117 8.4 Distribusi ... 118

IX PENUTUP

9.1 Kesimpulan ... 119 9.2 Saran... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(24)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1 Perkembangan Jumlah UKM di Indoesia Tahun 1999-2007 ... 1 2 Jumlah Cokelat Batangan yang Digunakan Dalam Pembuatan Permen dan

Cookies Cokelat ... 7 3 Perkembangan Volume PenjualanCookies Cokelat Waroeng Cokelat dari

Tahun 2003-2007 ... 8 4 Persentase Zat Gizi Dalam Masing-Masing Jenis Cokelat ... 16 5 Rentang Skala Kriteria Nilai Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) ... 57 6 Sebaran Jenis Kelamin RespondenCookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 68 7 Sebaran Kedudukan Responden dalam KeluargaCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 69 8 Sebaran Usia RespondenCookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 69 9 Sebaran Tingkat Pendidikan Terakhir RespondenCookies Cokelat

Waroeng Cokelat ... 70 10 Sebaran Jenis Pekerjaan RespondenCookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 70 11 Jumlah Anggota Rumah Tangga RespondenCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 71 12 Pendapatan Rumah Tangga RespondenCookies Cokelat Waroeng Cokelat

per Bulan ... 72 13 Kali PembelianCookies Cokelat Waroeng Cokelat oleh Responden

Pada Hari Raya Idul Fitri ... 72 14 Sebaran Responden Berdasarkan Keharusan Menyediakan

Cookies Cokelat ... 73 15 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan PembelianCookies Cokelat ... 73 16 Sebaran Responden Berdasarkan Motivasi PembelianCookies Cokelat

Waroeng Cokelat ... 74 17 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi TentangCookies

Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya Idul Fitri ... 74 18 Sebaran Responden Berdasarkan Informasi Utama yang Diperlukan

Responden TentangCookies Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat

Hari Raya Idul Fitri ... 75 19 Sebaran Responden Berdasarkan Alat Promosi yang Paling Mempengaruhi

RespondenCookies Cokelat Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya

Idul Fitri ... 76 20 Sebaran Responden Berdasarkan AtributCookies Cokelat yang Paling


(25)

xv

21 Sebaran Responden Berdasarkan Waktu PemesananCookies Cokelat

Waroeng Cokelat Pada Saat Hari Raya Idul Fitri ... 78 22 Sebaran Responden Berdasarkan JenisCookies Cokelat Waroeng Cokelat

yang Dibeli ... 78 23 Sebaran Responden Berdasarkan Pihak yang paling Mempengaruhi Dalam

PembelianCookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 79 24 Sebaran Responden Berdasarkan Pengaruh Kenaikan HargaCookies

Cokelat Waroeng Cokelat ... 79 25 Sebaran responden Berdasarkan Kemungkinan MembeliCookies Cokelat

Waroeng Cokelat Pada Hari raya Idul Fitri Tahun 2008 ... 80 26 Nilai Evaluasi AtributCookies Cokelat ... 81 27 Nilai Kepercayaan AtributCookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 82 28 Hasil Perhitungan Analisis FishbeinCookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 83 29 Tingkat Kepentingan Atribut WarnaCookies ... 86 30 Tingkat Kepentingan Atribut BentukCookies ... 86 31 Tingkat Kepentingan Atribut Rasa Manis ... 87 32 Tingkat Kepentingan Atribut Rasa Cokelat ... 88 33 Tingkat Kepentingan Atribut Aroma Cokelat ... 88 34 Tingkat Kepentingan Atribut Cita RasaCookies ... 89 35 Tingkat Kepentingan Atribut Harga yang Ditawarkan ... 89 36 Tingkat Kepentingan Atribut Variasi Jenis yang Tersedia ... 90 37 Tingkat Kepentingan Atribut Kemasan ... 91 38 Tingkat Kepentingan Atribut Jaminan Keamanan Pangan ... 92 39 Tingkat Kepentingan Atribut Nama Merek ... 92 40 Tingkat Kepentingan Atribut Ketepatan Waktu Pemenuhan Pesanan ... 93 41 Tingkat Kepentingan Atribut Daya Tahan Produk ... 94 42 Tingkat Kinerja Atribut WarnaCookies UntukCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 95 43 Tingkat Kinerja Atribut BentukCookies UntukCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 96 44 Tingkat Kinerja Atribut Rasa Manis UntukCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 96 45 Tingkat Kinerja Atribut Rasa Cokelat UntukCookies Cokelat ... 97 46 Tingkat Kinerja Atribut Aroma Cokelat UntukCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 97 47 Tingkat Kinerja Atribut Cita RasaCookies UntukCookies Cokelat


(26)

xvi

48 Tingkat Tingkat Kinerja Atribut Harga yang Ditawarkan UntukCookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 98 49 Tingkat Kinerja Atribut Variasi Jenis yang Tersedia UntukCookies

Cokelat Waroeng Cokelat... 99 50 Tingkat Kinerja Atribut Kemasan UntukCookies Cokelat

Waroeng Cokelat ... 99 51 Tingkat Kinerja Atribut Jaminan Keamanan Pangan UntukCookies

Cokelat Waroeng Cokelat... 100 52 Tingkat Kinerja Atribut Nama Merek UntukCookies Cokelat Waroeng

Cokelat ... 101 53 Tingkat Kinerja Atribut Ketepatan Waktu Pemenuhan Pesanan Untuk

Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 101 54 Tingkat Kinerja Atribut Daya Tahan Produk UntukCookies Cokelat

Waroeng Cokelat ... 102 55 Perhitungan Customer Satisfaction Index

Cookies Cokelat Waroeng Cokelat ... 103 56 Indeks Kepuasan Konsumen Pada Masing-masing AtributCookies

Cokelat Waroeng Cokelat... 105 57 Perhitungan Rata-Rata Dari Penilaian Tingkat Kepentingan Dan Tingkat


(27)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ... 27 2 Bagan Kerangka Pemikiran Operasional. ... 46 3 MatriksImportance Performance ... 59 4 Struktur Organisasi Waroeng Cokelat ... 65 5 Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja


(28)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Perkembangan Produksi Biji Kakao Dunia (1000 ton)

Tahun 2001/2002 – 2005/2006 ... 127 2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 128 3 Dokumentasi Waroeng Cokelat ... 129


(29)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu negara. Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya perekonomian, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Salah satu faktor tersebut adalah kinerja dari para pelaku usaha dalam melakukan kegiatan perekonomiannya baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki potensi yang besar dalam membangun perekonomiannya terutama melalui usaha kecil dan menengah (UKM).

Di Indonesia, jumlah UKM semakin meningkat sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2006 (Tabel 1). Selama masa periode 2006-2007 jumlah UKM mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen yaitu dari 48.779.151 unit pada tahun 2006 menjadi 49.840.489 unit pada tahun 2008.

Tabel 1 Perkembangan Jumlah UKM di Indoesia Tahun 1999-2007

Tahun Jumah UKM (unit)

1999 37.911.723

2000 38.723.987

2001 38.904.968

2002 40.764.668

2003 42.535.336

2004 43.707.412

2005 47.102.744

2006* 48.779.151

2007** 49.840.489

Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2004-2008. Diolah. Keterangan: * angka sementara

** angka sangat sementara

Dalam perekonomian Indonesia, peranan UKM pada dasarnya sudah besar sejak dulu (BPS dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2007). Peranan UKM terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya dalam


(30)

2

penyerapan tenaga kerja, pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional, dan total nilai ekspor nasional.

Kontribusi UKM dalam penyerapan tenaga kerja pada tahun 2005 sebesar 83.233.793 orang atau 96,28 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Pada tahun 2006, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89.547.762 orang. Pada tahun 2007, penyerapan tenaga kerja oleh UKM meningkat menjadi 91.752.318 orang atau 97,3 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.

Peranan UKM terhadap pembentukan PDB nasional pada tahun 2005 menurut harga berlaku sebesar Rp 1.491,06 triliun atau 53,54 persen. Sedangkan pada tahun 2006, peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 1.786,2 triliun atau 53,5 persen dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp 295,14 triliun atau 19,79 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, kontribusi UKM dalam pembentukan PDB meningkat 18,76 persen menjadi Rp 2.121,3 atau 53,6 persen dari total PDB nasional.

Dalam hal nilai ekspor nasional, peranan UKM pada tahun 2005 sebesar Rp 110,34 triliun atau 15,44 persen. Pada tahun 2006, peran UKM terhadap pembentukan total nilai ekspor nasional mengalami peningkatan sebesar Rp 11,97 triliun atau 10,84 persen yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 122,31 triliun atau 20,14 persen dari total nilai ekspor nasional. Pada tahun 2007, peranan UKM dalam total ekspor nasional meningkat 16,77 persen menjadi Rp 142,8 triliun atau 20 persen dari total ekspor nasional.

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa peranan UKM dalam perekonomian Indonesia sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja dan


(31)

3

pembentukan PDB, namun nilai ekspor UKM masih sangat kecil. Padahal beberapa produk unggulan UKM seperti makanan ringan, furniture, rotan, dan kerajinan lainnya sangat diminati di luar negeri seperti di kawasan ASEAN, Timur Tengah, Afrika Selatan serta di beberapa negara Eropa. Namun karena kemampuan pemasaran para pelaku UKM-nya kurang memadai, maka potensi itu tidak tergali1. Menurut Baga (2006), salah satu kelemahan kemampuan pemasaran para pelaku UKM adalah tidak pernah melakukan analisis pasar.

Kota Bogor sebagai salah satu kota penopang DKI Jakarta yang merupakan ibu kota negara, memiliki sejumlah UKM yang dapat menggerakkan perekonomian daerah. Salah satu unit UKM terkonsentrasi pada bidang industri. Jumlah unit usaha dalam industri kecil, menengah, dan besar baik formal maupun informal di Kota Bogor pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 3,55 persen dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2006 jumlah unit usaha dalam industri menengah dan besar adalah 92 unit usaha, dan untuk industri kecil formal dan informal sejumlah 2.894 unit usaha. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah unit usaha dalam industri menengah dan besar adalah 103 unit, dan untuk industri kecil formal dan informal sebesar 2.989 unit usaha (Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bogor, 2007)

Salah satu unit usaha yang memiliki unit usaha terbesar di Kota Bogor adalah industri makanan yaitu dengan jumlah 15 unit usaha untuk skala menengah dan besar, dan 1.194 untuk usaha kecil formal dan informal pada tahun 2007. Karakteristik khusus dari makanan (masa pemakaian produk yang singkat) dan kekhasan dalam selera membuat UKM makanan dapat terus berproduksi dalam

1

Antara. 2008.Dinas Koperasi Genjot Kemampuan Pemasaran UKM.


(32)

4

jangka panjang. Jumlah penduduk Kota Bogor yang besar yaitu 879.138 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 194.357 rumah tangga pada tahun 2006 (BPS Kota Bogor, 2007) merupakan peluang pasar yang baik untuk industri makanan karena jumlah penduduk yang besar membuat kebutuhan akan pangan pun semakin besar.

Salah satu alternatif pangan yang dapat diusahakan oleh UKM adalah cokelat. Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat di pasaran. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga subsektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (Departemen Perindustrian, 2007).

Pada tahun 2006, Indonesia menjadi negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia (470 ribu ton) setelah Pantai Gading (1,387 ribu ton) dan Ghana (741 ribu ton) (International Cocoa Organization (ICCO), 2007). Biji kakao produksi Indonesia di ekspor dalam bentuk biji 365 ribu ton dan sisanya diolah di dalam negeri (Departemen Perindustrian, 2007).

Produksi kakao dalam negeri umumnya dikonsumsi langsung oleh industri pengolahan kakao setengah jadi yang memproduksi kakao butter, kakao cake,


(33)

5

liquor (cair), dan bubuk kakao. Kakao setengah jadi tersebut kemudian digunakan oleh industri makanan yang pada tahun 2004 didominasi pemakaiannya oleh industri cokelat yaitu sebesar 43,4 persen yang diikuti oleh industri es krim (20 persen), dan industri roti (16,3 persen). Sisanya diserap oleh industri susu (6 persen), kembang gula (5,1 persen), biskuit (4,2 persen), dan industri lainnya (5 persen) (Departemen Perindustrian, 2006).

Data tersebut memberikan informasi bahwa industri cokelat merupakan industri yang paling banyak menggunakan bahan baku kakao olahan setengah jadi. Namun informasi lain menyebutkan bahwa konsumsi cokelat masyarakat Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 0,5 kg/kapita/tahun2 dibandingkan dengan konsumsi cokelat masyarakat Eropa yang pada tahun 2003 saja telah mencapai 1,87 kg/kapita/tahun terutama Belgia yang mencapai 5,34 kg/kapita/tahun3.

Pada tahun 2005, pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Perindustrian (2005) sudah mulai memperhatikan masalah rendahnya tingkat konsumsi cokelat masyarakat Indonesia yaitu dengan mengeluarkan Kebijakan Pengembangan Industri Nasional (KPIN) 2005-2025. Dalam kebijakan tersebut ditetapkan industri pengolahan kakao dan cokelat merupakan salah satu industri makanan dan minuman yang akan dikembangkan dalam jangka menengah (2005– 2009) dan jangka panjang (2010–2025) dengan salah satu sasaran jangka menengahnya adalah dapat meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat. Dalam 2

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Agro Jawa Barat. 2007.Menggali Potensi Cokelat Di Jawa Barat. http://indag.indagagro-jabar.com/main.php?mm=buletind&ID_Buletin=15 (diakses 14 Mei 2008)

3

Herman. 2004.Kakao Indonesia Dikancah Perkakaoan Dunia.


(34)

6

pengembangan tersebut termasuk industri inti (industri pengolahan kakao dan industri cokelat), industri pendukung (industri kakao, industri bahan tambahan makanan, industri mesin dan peralatan, industri kertas, industri plastik, dan industri logam bahan kimia), dan industri terkait (industri makanan dan minuman berbahan baku cokelat, industri kosmetik, dan obat-obatan).

Perusahaan yang tergabung dalam industri pengolahan kakao dan cokelat tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi cokelat yang kini banyak beredar di pasaran. Toko-toko cokelat kecil seperti usaha kecil dan menengah (UKM) yang menjalankan usaha makanan yang berbahan baku cokelat juga merupakan bagian dari industri ini yang harus dikembangkan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Departemen Perindustrian (2007) bahwa pemerintah perlu mendorong terbentuknya usaha-usaha industri cokelat skala UKM dan pemasarannya yang efisien. Melalui UKM, pemerintah dalam usahanya untuk meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat Indonesia dapat menjangkau masyarakat dengan pendapatan ekonomi rendah dan menengah mengingat bahwa kedudukan cokelat dalam masyarakat masih dianggap sebagai barang yang mahal dan eksklusif.

UKM di Kota Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan baku cokelat dan mendapat mendapat dukungan dari Disperindagkop Kota Bogor adalah perusahaan Waroeng Cokelat. Waroeng Cokelat merupakan UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor dalam industri makanan selain Edy s Bakery (roti) dan Elsari (brownies).


(35)

7

1.2 Perumusan Masalah

Waroeng Cokelat merupakan salah satu UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor dalam industri makanan yang bergerak dalam bidang produksi dan perdagangan produk berbahan baku cokelat. Produk yang dihasilkan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu candy (pralin) cokelat dan cookies (kue kering) cokelat. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan Waroeng Cokelat, ternyata nilai penjualancookies cokelat lebih besar dibandingkan dengan penjualan candy cokelat. Hal ini dapat terlihat dari jumlah cokelat batangan sebagai bahan baku yang digunakan dalam pembuatancookies cokelat lebih besar dibandingkan dengan jumlah cokelat batangan yang digunakan dalam pembuatan permen cokelat dari tahun 2003 hingga 2007 (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah Cokelat Batangan yang Digunakan Dalam Pembuatan Permen danCookies Cokelat

Tahun Cokelat Batangan yang Digunakan (kg) Candy Cokelat CookiesCokelat

2003 15 62

2004 26 137

2005 50 150

2006 72 167

2007 214 600

Cookies cokelat merupakan produk yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat terutama pada hari raya Idul Fitri. Pada hari raya Idul Fitri tanpacookies yang menghiasi meja ruang tamu, seakan merupakan pemandangan yang tidak biasa. Kehadiran cookies-cookies itu saat merayakan Idul Fitri, memang sudah menjadi tradisi yang kuat di masyarakat kita, baik untuk menyambut keluarga yang berkunjung maupun untuk dikonsumsi sendiri. Maka, pada hari-hari menjelang datangnya hari besar keagamaan itu, kebutuhan masyarakat terhadap


(36)

8

aneka cookies menjadi tinggi. Hal ini kemudian menjadi suatu peluang Waroeng Cokelat untuk memasarkancookies cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.

Dari tahun 2003 sampai tahun 2007, penjualan cookies cokelat Waroeng Cokelat terus meningkat. Peningkatan penjualan ini membuktikan bahwa permintaan terhadap produk ini terus meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3. Penjualan pada saat hari raya Idul Fitri memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap jumlah penjualancookies cokelat tersebut dibandingkan hari-hari selain Idul Fitri.

Tabel 3 Perkembangan Penjualan Cookies Cokelat Waroeng Cokelat dari Tahun 2003-2007

Tahun PenjualanCookiesCokelat (Rp)

Selain Idul Fitri Saat Idul Fitri

2003 - 17.600.000

2004 - 36.000.000

2005 4.480.000 56.000.000

2006 16.800.000 79.200.000

2007 42.000.000 210.000.000

Karakteristik bisnis di bidang cookies memang cenderung siklikal atau musiman. Artinya, produk ini banyak dikonsumsi oleh sebagian masyarakat pada saat hari raya. Oleh sebab itu, pada musim tersebut banyak bermunculan penjual-penjual cookies yang menawarkan cookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat di antara pengusaha cookies. Bukan hanya pengusaha yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makanan jenis lain yang ikut memproduksi cookies. Hal ini terjadi karena pembuatan cookies sangat mudah sehingga dapat ditiru oleh semua orang termasuk juga produk yang dihasilkan oleh Waroeng Cokelat. Cepat atau lambat pihak Waroeng Cokelat percaya bahwa cookies cokelat buatannya akan ditiru oleh pihak lain. Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk berhasil dalam bisniscookies cokelat Idul


(37)

9

Fitri, tetap saja dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini dengan memberikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen karena konsumen merupakan sasaran perusahaan dalam menjalankan strategi pemasaran.

Untuk dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, maka pihak perusahaan perlu melakukan analisis pasar yang selama ini menurut Baga (2006) tidak pernah dilakukan oleh UKM. Salah satu analisis pasar yang dapat dilakukan adalah dengan analisis perilaku konsumen karena menurut Kotler (2005), konsumen saat ini lebih cerdas, lebih sadar harga, dan lebih menuntut kualitas yang akan diperoleh dalam memaksimalkan kepuasannya.

Setiap konsumen memiliki karakteristik berbeda yang akan mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Konsumen pun akan membentuk sikap yang berbeda terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat berdasarkan pengalaman yang sudah mereka dapatkan ketika mengkonsumsi produk tersebut. Sikap konsumen mencerminkan rasa suka atau tidak suka terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat. Rasa suka atau tidak suka konsumen akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian selanjutnya. Dari pembelian tersebut konsumen akan merasakan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap cookiescokelat Waroeng Cokelat.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen cookiescokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri?


(38)

10

2. Bagaimana sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookiescokelat Waroeng Cokelat?

3. Bagaimana alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumencookiescokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah di atas, yaitu:

1. Mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumencookiescokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri. 2. Menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya

terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookiescokelat Waroeng Cokelat.

3. Merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumencookiescokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Waroeng Cokelat, sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan yang bermanfaat dalam membentuk strategi pemasaran untuk mengahadapi pasar di Bogor.

2. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan wawasan dan wadah latihan dalam memahami serta menerapkan teori-teori ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah, khususnya tentang periaku konsumen. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.


(39)

11

3. Bagi pembaca, sebagai informasi mengenai perilaku konsumen UKM yang bergerak dalam makanan berbahan baku cokelat khususnya Waroeng Cokelat.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian dibatasi hanya untuk konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berada di Kota Bogor, karena Kota Bogor merupakan tempat Waroeng Cokelat berada dan memiliki potensi untuk meningkatkan penjualan cookies cokelatnya. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai perilaku konsumen pada saat hari raya Idul Fitri yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen, sikap, dan kepuasannya dengan tidak melakukan pembandingan terhadapcookiescokelat merek lain.


(40)

12

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta. UU tersebut juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp300 juta sampai dengan Rp2,5 milyar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp2,5 milyar sampai dengan Rp50 milyar.

BPS juga memberikan definisi berbeda tentang Industri Kecil dan Menengah (IKM) yaitu berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, yang disebut sebagai industri kecil adalah unit usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak lima sampai sembilan orang. Industri menengah yaitu usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 20 sampai 99 orang. Sedangkan Usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja di bawah tiga orang termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar disebut sebagai industri rumah tangga.

Meskipun merupakan kegiatan usaha kecil dan menengah, peran usaha ini dalam perekonomian Indonesia sangat penting. Menurut Wie (2001), IKM merupakan sarana yang baik bagi penciptaan lapangan kerja yang produktif, karena proses produksi dalam IKM umumnya bersifat lebih padat karya dibandingkan proses produksi dalam industri-industri besar. Di samping itu, sektor IKM juga dapat memberikan sumbangan besar kepada pembentukan modal, pengembangan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja non-pertanian (off farm employment) di pedesaan.


(41)

13

Wibowo, Murdinah, dan Fawzya (2002) menyatakan bahwa usaha kecil memiliki srategi tersendiri dengan membuat produk khusus, unik, dan spesial agar tidak bersaing dengan usaha besar. Selain itu, karena kecilnya usaha, perusahaan kecil umumnya mempunyai daerah pemasaran yang tidak terlalu jauh sehingga perilaku konsumennya dapat dipahami benar. Komunikasi yang dilakukan dengan konsumen pun berjalan cepat dan seringkali langsung kepada pemilik. Hal ini menyebabkan usaha-usaha kecil meskipun modal yang dimiliki tidak besar namun bersifat luwes dan dapat memicu terciptanya inovasi-inovasi.

Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2007) menyebutkan bahwa peran koperasi, usaha kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.

Namun demikian UKM masih memiliki kinerja yang perlu ditingkatkan, antara lain: tingkat produktivitas usaha dan produktivitas tenaga kerja relatif rendah, nilai tambah produk rendah, pangsa pasar di dalam negeri dan ekspor rendah, jumlah investasi rendah, jangkauan pasar terbatas, akses informasi rendah, jaringan usaha terbatas, pemanfatan teknologi masih sangat terbatas, permodalan dan akses pembiayaan terbatas, kualitas SDM terbatas, dan manajemen yang umumnya belum profesional. Secara keseluruhan hal ini telah melemahkan peran dan kemampuan bersaing UKM dibanding pelaku usaha besar.


(42)

14

2.2 Cokelat

Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao. Biji kakao berasal dari tanaman kakao (Theobroma cacao) yang tumbuh hanya di daerah tropis. Tanaman ini berasal dari Meksiko (Amerika Selatan). Dalam bahasa Yunani, theobroma berarti makanan para dewa. Dalam kebudayaan Meso Amerika, biji kakao bernilai sangat tinggi sehingga dijadikan sebagai mata uang4.

Cokelat digunakan pertama kali sebagai campuran dalam makanan minuman oleh penduduk Maya dan Aztek di Amerika Selatan. Pada pertengahan abad XVI, cokelat pun mulai dikenal oleh bangsa Spanyol yang pada awalnya mereka pun tidak tahu bahwa cokelat bisa dimakan. Hingga suatu ketika di masa itu, penjelajah Spanyol, Hernando Cortez, bersama anak buahnya merasa tertarik dengan tradisi salah satu pemimpin bangsa Aztek yang bernama Montezuma meminum “xocalat”. Minuman xocalat terbuat dari campuran lumatan biji cokelat dan air dingin. Montezuma meminum cairan cokelat pahit itu dari cawan emas khusus sebanyak beberapa kali dalam sehari. Kemudian Orang Spanyol meniru dengan mencampurnya bersama hazelnut, almond, maupun kayu manis. Setelah itu, cokelat semakin populer di Amerika Utara, Afrika, hingga Asia5.

Awalnya, semua cokelat hanya dikonsumsi sebagai minuman hingga pada tahun 1847 ditemukanlah cokelat padat atau diolah menjadi berbagai jenis panganan cokelat6. Hingga saat ini, perkembangan makanan dan minuman yang terbuat dari cokelat sangat luar biasa. Mulai dari white chocolate, milk cocholate, dark chocolate sampai makanan sejenis kue. White chocolate merupakan jenis 4

Cokelat: Nikmat dan Bermanfaat. http://www.ot.co.id/research_life_Cokelat_Nikmat.html (diakses 21 November 2007)

5

Sejarah Ditemukannya Cokelat. http://urien.tblog.com/post/1969869854 - 22k - (diakses 11 Desember 2007)


(43)

15

cokelat yang mengandung 20% cocoa butter, 14% susu, dan 55% pemanis, dan vanili. White chocolate tidak mengandung cokelat padat. Milk cocholate terbuat dari kombinasi cairan cokelat, cocoa butter, susu atau krim, dan pemanis. Sedangkandark chocolate mengandung minimal 43% cokelat7.

Cokelat mengandung banyak zat yang dapat bermanfaat bagi tubuh seperti bahan aktif Theobromine yang dapat menimbulakan rasa nyaman bila dikonsumsi dan tidak menyebabkan kecanduan. Makan cokelat tidak akan menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian orang rasa cokelat yang enak mungkin menyebabkan kerinduan untuk mengkonsumsinya kembali (chocolate craving) baik karena aroma, manis-pahitnya, dan lain-lain. Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandungan phenylethylamine (suatu substansi mirip amphetamine) yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. Dampak dopamine adalah muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti orang sedang jatuh cinta8.

Cokelat juga mengandung antioksidan yang bernama flavonoids. Flavonoids ini dapat menangkal efek buruk dari radikal bebas yang dapat menghancurkan sel-sel dan jaringan tubuh. Selain itu, flavonoids yang terdapat dalam cokelat juga dapat meningkatkan konsentrasi nitric oxide di dalam tubuh yang akan memberikan kontribusi bagi kesehatan jantung karenanitric aciddapat

7

Semua tentang Cokelat.

http://www.indocookingclub.com/ic_forum/forum_komentar.htm?p=22&id=17 (diakses 11 Desember 2007)

8

Khomsan, Ali. 2003.Cokelat Baik untuk Jantung dan Suasana Hati.

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0509/kes1.html (diakses 21 November 2007)


(44)

16

melenturkan lapisan dalam pembuluh-pembuluh darah9. Cokelat juga merupakan sumber pangan yang kaya lemak, karbohidrat, protein, mineral (magnesium, kalium, natrium, kalsium, besi, tembaga, dan fosfor), berbagai jenis flavonoid (epikatekin, epigalokatekin, dan prosianidin), serta komponen bioaktif lainnya. Persentase zat gizi yang terkandung dalam masing-masing jenis cokelat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentase Zat Gizi Dalam Masing-Masing Jenis Cokelat

Jenis Persentase Zat Gizi (%)

Protein Lemak Karbohidrat

Coklat Hitam 4 57 39

Coklat Susu 7 52 41

Coklat Putih 5 51 43

Sumber: Lembaga Koko Malaysia

Jenis olahan cokelat saat ini bermacam-macam. Mulai dari mengkombinasikannya dengan makanan dan minuman tradisional seperti surabi cokelat, misoa cokelat, goyobod cokelat, awug cokelat, bandrek cokelat, bajigur cokelat, atau keripik cokelat sampai makanan dan minuman berbahan cokelat yang ditawarkan di toko, kafé atau restoran.

2.3 Cookies Cokelat

Cookies adalah kue kering manis berukuran relatif kecil. Cookies digolongkan berdasarkan cara pencampuran dan resep yang dipakainya, dengan adonan yang lunak, renyah, dan tekstur yang kurang padat. Dalam pembuatan cookies diperlukan bahan pengikat dan pelembut. Bahan pengikat yang dimaksud adalah tepung, air dan telur. Sedangkan gula,shortening, baking powder dan telur adalah bahan pelembut (Matz dalam Kurnia, 2003). Cookies dibuat dengan

9

Dierks, Carrie. 1998. Cokelat: Dapat Membuat Jantung Anda Sehat?. Yulianto Mohsin, penerjemah. Situs Web Kimia Indonesia (diakses 27 November 2007).


(45)

17

adonan yang lunak, berkadar lemak tinggi, memiliki kadar air yang rendah, tekstur lebih lunak, memiliki rasa, bentuk, dan aroma yang beragam, dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat (Anugerah, 2007)

Cookies cokelat adalahcookies dengan bahan baku cokelat. Cokelat yang digunakan oleh Waroeng Cokelat adalah cokelat hitam, cokelat susu, dan cokelat putih. Untuk membuat rasa yang beragam dilakukan juga penambahan dengan bahan tambahan seperti kacang tanah, kurma, coco crunch, keju, sagu, dan lain-lain.

2.4 Penelitian Terdahulu 2.4.1 Penelitian Tentang Cokelat

Yulianti (2007) menganalisis tentang Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat di PT G Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penetapan harga pokok produksi (HPP) meises pada PT G dengan memperhitungkan seluruh komponen biaya produksi, menganalisis kisaran harga yang dapat diterima oleh pelanggan meises 818 Biru di Bandung, dan menganalisis rentang harga optimum dari sisi PT G dan pelanggannya (zona fleksibilitas harga) terhadap meises cokelat 818 Biru di Bandung. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodefull costinguntuk menentukan harga pokok produksi dari posisi perusahaan sebagai cara untuk mengidentifikasi OP (min) serta analisis sensitivitas harga sebagai alat untuk mengidentifikasi CP (max). Dari keduanya diperoleh zona fleksibilitas untuk mendapatkan rentang harga optimum dari sisi produsen dan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HPP yang dihitung berdasarkan metodefull costing tahun 2006 lebih tinggi daripada harga produk PT G, yaitu sebesar Rp 6.282 kg per kilogram atau Rp


(46)

18

78.530 per dus. Untuk hasil analisis sensitivitas harga didapatkan bahwa harga ideal meises coklat 818 Biru per dus (12,5 kg) dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per pesanan adalah sebesar Rp 83.000 sampai dengan Rp 84.000 per dus dan untuk jumlah pembelian lebih dari atau sama dengan 60 dus sebesar Rp 82.000 sampai dengan Rp 85.800 per dus. Dari hasil tersebut diperoleh zona fleksibilitas terhadap pelanggan dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per pesanan berkisar antara Rp 81.671 sampai dengan Rp 86.000 dan untuk pembelian lebih dari atau sama dengan 60 dus sebesar Rp 81.671 sampai dengan 85.800 per dus. Harga ideal untuk seluruh pelanggan meises 818 Biru di Bandung adalah Rp 84.000.

Indriani (2005) meneliti tentang Proses Keputusan Pembelian Produk Cokelat Di Kotamadya Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses keputusan pembelian produk coklat oleh konsumen remaja dan dewasa di Kotamadya Bogor dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian coklat oleh konsumen dan remaja Kotamadya Bogor. Alat analisis yang digunakan Endang adalah analisis deskriptif dan analisis persentase terhadap skor maksimum. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kalangan remaja mengkonsumsi cokelat dengan alasan mempengaruhi suasana hati sedangkan kalangan dewasa mengkonsumsi cokelat hanya sebagai makanan selingan. Selain itu, para remaja lebih mementingkan rasa sebagai atribut dalam memilih cokelat sedangkan orang dewasa lebih mementingkan merek. Namun, para remaja dan dewasa pada umumnya lebih dipengaruhi oleh atribut produk dalam membeli cokelat. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kedua kalangan tersebut mendapatkan informasi dalam membeli cokelat berdasarkan


(47)

19

ingatan dan iklan atau rekomendasi, loyal terhadap merek tertentu dalam hal ini merek Silverqueen, membeli secara mendadak, serta lebih memilih membeli cokelat di swalayan.

Kurniawan (2004) meneliti mengenai Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Penghasil Bahan Baku Cokelat Dengan Metode Economic Value Added(EVA) (Studi Kasus di PT Cahaya Kalbar). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap kondisi umum keuangan perusahaan dan menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap EVA yang dihasilkan perusahaan. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada semester kedua tahun 1997 memberikan pengaruh terhadap kondisi umum keuangan perusahaan. Pada saat memasuki periode krisis ekonomi, laba yang dihasilkan perusahaan mulai mengalami penurunan yang drastis, terutama untuk laba sebelum pajak, laba sebelum hak minoritas, dan laba bersih yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 35,9 persen dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi. Sedangkan dari hasil analisis pengaruh krisis ekonomi terhadap EVA perusahaan didapatkan bahwa pada masa periode krisis, nilai tambah perusahaan bernilai negatif hingga mencapai 2.429,5 persen.

2.4.2 Penelitian Mengenai Perilaku Konsumen

Laila (2008) menganalisis mengenai Proses Keputusan Pembelian dan Evaluasi Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian Roti Tawar MerekLe Gitt di Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumen terhadap tahap-tahap proses keputusan pembelian roti Le Gitt dan menganalisis tingkat kepuasan terhadap pembelian roti Le Gitt dengan tujuan meningkatkan


(48)

20

kualitas roti Le Gitt yang sesuai dengan harapan konsumen. Alat analisis yang digunakan adalah analisis tabulasi deksriptif untuk mengidentifikasi profil pelanggan serta Importance Performance Analysis untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi rotiLe Gitt semuanya adalah wanita dan sebagian besar telah menikah dengan latar belakang pendidikan Sarjana, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dan berpendapatan rumah tangga di atas Rp 5 juta. Dari hasil analisis tingkat kepuasan menggunakan IPA diperoleh hasil bahwa atribut warna roti dan harga merupakan prioritas utama yang harus ditingkatkan. Atribut yang harus dipertahankan adalah rasa, kelembutan roti, pencantuman izin Depkes pada kemasan, pencantuman tanda halal pada kemasan, pencantuman tanggal kadaluarsa, serta kemudahan dalam memperoleh produk. Saran yang diberikan untuk pihak perusahaan adalah meningkatkan atribut-atribut yang masih harus ditingkatkan, yaitu warna dan harga roti serta mempertahankan atribut-atribut yang harus dipertahankan. Selain itu perusahaan juga sebaiknya mencantumkan tingkat komposisi pada kemasan agar konsumen mengetahui kandungan gizi roti.

Arfianto (2007) melakukan penelitian mengenai Perilaku Konsumen Terhadap Keberadaan Biskuit Merek Pengikut di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen biskuit di Kecamatan Bogor Tengah, menganalisis proses keputusan pembelian terhadap biskuit, mengukur persepsi konsumen terhadap merek bskuit OREO dan RODEO, menganalisis keunggulan bersaing kedua merek biskuit, preferensi konsumen terhadap biskuit serta tingkat kepuasan konsumen terhadap kedua merek bskuit tersebut, serta menganalisis korelasi antara karakteristik responden dengan sikap


(49)

21

responden terhadap biskuit. Alat yang digunakan adalah Cochran Test, Deskriptive Analysis, Analisis Multiatribut Fishbein, Perceive Analysis, Analisis Tingkat Kesenjangan (Gap), dan Uji Chi Square. Hasil yang diperoleh terlihat bahwa kinerja biskuit OREO menunjukkan angka yang positif pada atribut rasa, kemasan, label halal, dan tekstur/kesegaran. Atribut yang mempunyai nilai kualitas persepsi tertinggi adalah label halal. Untuk biskuit RODEO, hanya atribut valume dan harga biskuit yang bernilai positif. RODEO mempunyai keunggulan bersaing dalam hal harga. Untuk OREO mempunyai keunggulan bersaing dalam hal label halal, kemasan, rasa, dan tekstur/kesegaran.

Yanuarti (2007) menganalisis mengenai Perilaku Konsumen Produk Dodol Picnic dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran pada PT Herlinah Cipta Pratama. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen dodol Picnic, menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut dodol Picnic, menganalisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan dan kinerja, atribut produk dodol Picnic, dan menyusun rekomendasi kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen dodol Picnic. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tabulasi deskriptif, model sikap multiatribut Fishbein, dan Importance Performance Analysis (IPA). Responden dodol Picnic sebagian besar adalah wanita, berumur antara 30-39 tahun, sebagian besar berstatus sudah menikah. Mayoritas responden Suku Sunda, berpendidikan sarjana, mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dengan pendapatan antara Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000. Hasil analisis sikap multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa responden memberikan nilai yang tinggi pada atribut label halal, kejelasan tanggal kadaluarsa, merek, izin


(50)

22

Depkes, dan rasa. Responden memberikan nilai yang rendah pada atribut harga. Hasil IPA menunjukkan bahwa atribut dodol Picnic yang masuk pada kuadran I adalah atribut isi. Rekomendasi kebijakan pemasaran, untuk produk diperlukan perbaikan atribut isi dengan cara menambah jumlah isi dodol Picnic per kemasan.

Pinem (2006) melakukan penelitian mengeni Sikap dan Harapan Konsumen Terhadap Air Minum Beroksigen dengan Kasus Supermarket di Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik konsumen air minum beroksigen, menganalisis bauran pemasaran air minum beroksigen, serta membuat alternatif strategi pemasaran melalui kinerja perusahaan dan harapan konsumen. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen air minum beroksigen dan menganalisis bauran pemasaran serta Importance Permorfance Analysis (IPA) untuk menganalisis kinerja perusahaan dan harapan konsumen. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik terbanyak konsumen air minum beroksigen adalah wanita (71 persen), berstatus menikah (60 persen), pegawai swasta (76 persen), tingkat pendidikan sarjana (57 persen), berpendapatan Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000 (26 persen), berusia 21 – 30 tahun (61 persen), serta merupakan suku Sunda (40 persen). Berdasarkan hasil IPA terhadap dua merek yaitu Cleo dan Super O2 didapatkan bahwa Cleo harus meningkatkan kinerja atribut kesegaran, komposisi, harga, dan harga promosi; mempertahankan prestasi ukuran kemasan, badan izin Depkes, tanggal kadaluwarsa, dan ketersediaan produk; serta memprioritaskan rendah atribut cara meminum, pencantuman kode produksi, rasa, aroma, dan iklan. Sedangkan merek super O2 harus meningkatkan kinerja atribut logo halal, harga, kejernihan, dan ketersediaan produk; mempertahankan prestasi


(51)

23

kesegaran, warna label, badan izin Depkes, tanggal kadaluwarsa, kode produksi, dan komposisi; serta memprioritaskan rendah atribut cara meminum dan harga promosi

Sahertian (2006) menganalisis tentang Sikap Konsumen dan Rentang Harga Pada Keputusan Pembelian Beras Organik Amani. Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis karakteristik serta keputusan pembelian konsumen beras organik Amani, menganalisis sikap reponden terhadap atribut beras organik Amani dibandingkan beras merek lain, menganalisis rentang harga beras organik Amani yang wajar menurut responden, serta implikasi manajerial bagi PT Amani Mastra dalam pemasaran produk beras organik berdasarkan respon responden. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deksriptif untuk menganalisis karakteristik dan proses keputusan pembelian beras organik secara umum, analisis Fishbein untuk menganalisis sikap konsumen terhadap produk beras organik, dan analisis sensitivitas harga untuk melihat rentang harga yang wajar terhadap produk beras organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen beras organik Amani adalah orang berusia 31-41 tahun, memiliki jumlah penghuni rumah tangga sebanyak 3-4 orang, berpengeluaran Rp 3,5 juta hingga Rp 5,5 juta, berpengeluaran beras organik per bulan sebesar Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu, tingkat pendidikan sarjana, pekerjaan ibu rumah tangga, dan berasal dari suku Jawa. Selain itu, dalam membeli beras organik, konsumen beralasan bahwa beras organik baik untuk kesehatan, mendapat informasi dari tema atau kerabat, mengutamakan variable kualitas produk, rasa, aroma, dan daya tahan dalam membeli beras organik, membeli secara rutin dan direncanakan sebanyak 4-5 kali sebulan dan berminat melakukan pembelian kembali. Dalam


(52)

24

analisis sikap Fishbein ditunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai beras organik Amani dibandingkan dengan beras impor dan beras lokal dengan interpretasi penilaian konsumen baik pada ketiga jenis beras tersebut. Dan hasil analisis sensitivitas harga menunjukkan bahwa harga tingkat terendah (MEP) untuk beras organik Amani sebesar Rp 7.899, tingkat murah (IPP) sebesar Rp 8.525, tingkat harga optimum sebesar Rp 9.124 dan harga tertinggi (MEP) sebesar Rp 9.850, hingga tingkat harga wajar bagi konsumen sebesar Rp 8.525 sampai dengan Rp 9.124.

Berdasarkan pada studi penelitian terdahulu tentang cokelat, penelitian mengenai cokelat masih sangat sedikit. Namun penelitian mengenai perilaku konsumen terhadap produk sudah banyak dilakukan. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai perilaku konsumen terhadap produk, penelitian ini memiliki persamaan dalam penggunaan alat analisis yaitu menggunakan Analisa MultiatributFishbein danImportance Performance Analysis (IPA). Perbedaannya dengan penelitian terdahulu adalah adanya penambahan alat analisis Customer Satisfaction Index(CSI) untuk mengukur kepuasan pelanggan dan dilakukan pada objek yang berbeda yaitu Cookies Cokelat Waroeng Cokelat sehingga hasil dan manfaat yang diperoleh juga akan berbeda.


(53)

25

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen Rumah Tangga

Pengertian konsumen menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Berdasarkan penggunaan produknya, terdapat dua jenis konsumen yaitu konsumen akhir dan konsumen organisasi. Konsumen akhir membeli barang dan jasa yang langsung digunakan untuk kepentingan individu, baik dikonsumsi sendiri, keluarga, ataupun sebagai hadiah untuk orang lain. Konsumen akhir dapat langsung mempengaruhi kemajuan dan kemunduran perusahaan karena sebaik apapun produk yang dihasilkan oleh perusahaan jika tidak disukai dan dibeli konsumen tidak akan ada artinya. Tanpa konsumen akhir, barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tidak akan dapat laku terjual.

Rumah tangga termasuk kedalam konsumen akhir. Rumah tangga merupakan seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur (BPS Kota Bogor, 2007). Sedangkan menurut Lipseyet al. (1995), rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan membuat keputusan keuangan bersama atau yang menyebabkan pihak lain mengambil keputusan keuangan bagi mereka.


(54)

26

Anggota rumah tangga seringkali disebut sebagai konsumen karena mereka membeli dan mengkonsumsi sebagian besar barang dan jasa. Para pakar ekonomi mengasumsikan bahwa setiap rumah tangga mengambil keputusan yang konsisten, seolah-olah rumah tangga tersebut hanya terdiri dari satu orang. Konsumen rumah tangga memiliki keragaman karakteristik yang menarik untuk dipelajari karena meliputi seluruh rumah tangga dari berbagai agama, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, dan keadaan sosial ekonomi lainnya (Sumarwan, 2003).

3.1.2 Perilaku Konsumen

Banyak ahli yang berpendapat tentang pengertian perilaku konsumen. Engel, Blackweel, dan Winiard (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan konsumen yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Perilaku konsumen selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu dan secara general biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, grup atau individu tertentu. Perilaku konsumen adalah aktivitas-aktivitas individu dalam pencarian, pengevaluasian, pemerolehan, pengonsumsi, dan penghentian pemakaian barang dan jasa. Perilaku konsumen juga diartikan studi mengenai proses-proses yang terjadi saat individu atau kelompok penyeleksi, membeli, menggunakan, atau menghentikan pemakaian produk, jasa, ide, atau pengalaman dalam rangka memuaskan keinginan dan hasrat tertentu10.

10

Kurnia, Ahmad. 2008.Konsumen dan Kepuasannya.


(55)

27

3.1.3 Proses Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2005) para konsumen melewati lima tahapan proses keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pascapembelian (Gambar 1). Model dalam Gambar 1 menunjukkan bahwa para konsumen harus melewati seluruh lima urutan tahap ketika membeli produk, namun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu.

Gambar 1 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian

Sumber : Engel, Blackweel dan Miniard (1994)

3.1.3.1 Pengenalan Kebutuhan

Menurut Kotler (2005), proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat timbul oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal terjadi ketika konsumen merasa bahwa kebutuhan umum seperti lapar dan haus mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi pendorong. Sedangkan rangsangan eksternal timbul dari penampilan produk atau pengaruh orang lain.

Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.

Pengenalan

Kebutuhan

Evaluasi Alternatif

Evaluasi Pascapembelian Keputusan

Pembelian Pencarian


(56)

28

Pengenalan kebutuhan menurut Engel, Blackweel dan Miniard (1994) adalah suatu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses kebutuhan. Ketika ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali. Sebaliknya, jika ketidaksesuaian di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi.

3.1.3.2 Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Engel, Blackweel dan Miniard (1994) mendefinisikan pencarian informasi adalah aktivitas yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang.

Pencarian informasi dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian internal tidak lebih daripada peneropongan ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang atau dari pengalaman pemakaian sebelumnya. Sedangkan pencarian eksternal merupakan pencarian informasi secara aktif seperti bertanya kepada teman, keluarga, dan kenalan, mengunjungi toko untuk mempelajari produk, atau mencari bahan bacaan seperti media masaa.

Kotler (2005) mengatakan bahwa yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu : 1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.


(57)

29

3. Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda tergantung pada kategori produk dan karakteristik konsumen. Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu, sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif adalah berasal dari sumber pribadi.

3.1.3.3 Evaluasi Alternatif

Engel, Blackweel dan Miniard (1994) mendefinisikan evaluasi alternatif sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Terdapat empat komponen dasar dalam proses evaluasi alternatif yaitu konsumen menentukan kriteria evaluasi, menentukan alternatif pilihan, menilai kinerja alternatif, dan menerapkan kaidah keputusan.

Kotler (2005) memberikan beberapa konsep dasar untuk memahami proses evaluasi konsumen: pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan; kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk; dan ketiga konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Para konsumen akan memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting.


(1)

International Cocoa Organization. 2007. International Cocoa Organization Annual Report 2005/2006. London: ICCO.

Kartajaya, H. 2004. Hermawan Kartajaya on Marketing. Jakarta : PT. Gramedia.Kurnia, Ade. 2003. Pengembangan produk Kue Kering Dari Buah Sukun (Artocarpus altilis) Dalam Rangka Diversifikasi Pangan Pokok Lokal. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kementrian Negara Koperasi dan UKM. 2007. Revitalisasi Koperasi dan UKM sebagai Solusi Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan. Jakarta: Departemen Koperasi dan UKM.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. Benyamin Molan, penerjemah. Jakarta: Indeks.

---. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid II. Benyamin Molan, penerjemah. Jakarta: Indeks.

Kurnia, Ade. 2003. Pengembangan produk Kue Kering Dari Buah Sukun (Artocarpus altilis) Dalam Rangka Diversifikasi Pangan Pokok Lokal. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kurniawan, Asep. 2004. Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Penghasil Bahan Baku Cokelat Dengan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus di PT Cahaya Kalbar). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Laila. 2008. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Evaluasi Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian Roti Tawar Merek Le Gitt di Bogor.Skripsi.Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lembaga Koko Malaysia. 2001. Bilakah Kita Membeli Coklat?. http://www.koko.my (diakses 4 Desember 2007)

Lipsey, Richard G.et al. 1995.Pengantar Mikroekonomi Jilid I.Jakarta: Binarupa Aksara.

Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 1999. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Damos Sihombing, penerjemah. Jakarta: Erlangga.

Pinem, Lerina Monika. 2006 . Analisis Sikap dan Harapan Konsumen Terhadap Air Minum Beroksigen (Kasus Supermarket di Kota Bogor). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, Freddy. 2006.Measuring Customer Satisfaction:Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Gramedia Pustaka. Sahertian, Yunnyar Christin. 2006. Analisis Sikap Konsumen dan Rentang Harga Pada Keputusan Pembelian Beras Organik Amani. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(2)

125

Simamora, Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Swastha, B. 1995. Pengantar Perusahaan Ekonomi Modern. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty.

Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen teori dan penerapannya Dalam Pemasaran.Bogor: Ghalia Indonesia.

Supranto, J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. ---. 2001.Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan

Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.Wie, Kian Thee. 2001. Perkembangan dan Kebijaksanaan Usaha Kecil dan Menengah di Negara-negara Asia Timur dan Relevansinya bagi Indonesia dalam Dinamika Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Wibowo, Murdinah, dan Fawzya. 2002. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yulianti, Hani. 2007. Analisis Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat di PT G Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yanuarti, Anty Shantini. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Produk Dodol Picnic dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran pada PT Herlinah Cipta Pratama.Skripsi.Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(3)

(4)

127

Lampiran 1 Perkembangan Produksi Biji Kakao Dunia (1000 ton) Tahun 2001/2002 – 2005/2006

Sumber : ICCO, 2007

Negara Tahun

2001/02 2002/03 2003/04 2004/05 2005/06

Afrika 1952 68,1% 2231 70,4% 2550 72,1% 2379 70,3% 2577 71,8%

Kamerun 131 160 162 184 168

Pantai Gading 1265 1325 1407 1286 1387

Ghana 341 497 737 599 741

Nigeria 185 173 180 200 170

Lainnya 31 50 64 110 112

Amerika 377 13,2% 428 13,5% 462 13,1% 443 13,1% 447 12,4%

Brazil 124 163 163 171 162

Ekuador 81 86 117 116 115

Lainnya 173 179 182 157 170

Asia Oseania 538 18,7% 510 16,1% 525 14,8% 560 16,6% 568 15,8%

Indonesia 455 410 430 460 470

Malaysia 25 36 34 29 30

Papua Nugini 38 43 39 48 48

Lainnya 19 21 22 23 20


(5)

Lampiran 2 Pengujian Validitas dan Realibilitas Kuesioner Pengujian Validitas Kuesioner

Atribut N Correlation

Coefficient 0,05 HASIL

Warna cookies 30 0.371 0.022 Valid Bebtuk cookies 30 0.545 0.001 Valid Rasa manis 30 0.471 0.004 Valid Rasa cokelat 30 0.563 0.001 Valid Aroma cokelat 30 0.729 0.000 Valid Cita rasa cookies 30 0.823 0.000 Valid Harga yang ditawarkan 30 0.441 0.007 Valid Variasi jenis yang tersedia 30 0.511 0.002 Valid Kemasan 30 0.578 0.000 Valid Jaminan keamanan pangan 30 0.340 0.033 Valid Nama merek 30 0.405 0.013 Valid Ketepatan waktu pemenuhan pesanan 30 0.384 0.018 Valid Komposisi 30 0.139 0.232 Tidak valid Daya tahan cookies 30 0.421 0.010 Valid

Keterangan :

• Uji validitas dilakukan pada sample (n) sebanyak 30 orang. • Variabel valid jika tingkat signifikan 0,05 ( = 5 %).

Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Case Processing Summary

N % Cases Valid 30 100,0

Excluded(a) 0 ,0 Total 30 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items ,728 15


(6)

129

Lampiran 3 Dokumentasi Waroeng Cokelat

CookiesCokelat Waroeng Cokelat

Etnik Cokelat Dark Chesee Cokelat Milk Chesee Cokelat

Kurma Cokelat Marbel Cokelat Pindekas Cokelat Logo Waroeng Cokelat