2. Bagaimana sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat
Waroeng Cokelat? 3. Bagaimana alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku
konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah di atas, yaitu: 1. Mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian
konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri. 2. Menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya
terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat.
3. Merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Waroeng Cokelat, sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang bermanfaat dalam membentuk strategi pemasaran untuk mengahadapi pasar di Bogor.
2. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan wawasan dan wadah latihan dalam memahami serta menerapkan teori-teori ilmu yang telah diperoleh selama di
bangku kuliah, khususnya tentang periaku konsumen. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi pembaca, sebagai informasi mengenai perilaku konsumen UKM yang bergerak dalam makanan berbahan baku cokelat khususnya Waroeng Cokelat.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian dibatasi hanya untuk konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berada di Kota Bogor, karena Kota Bogor merupakan tempat
Waroeng Cokelat berada dan memiliki potensi untuk meningkatkan penjualan cookies
cokelatnya. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai perilaku konsumen pada saat hari raya Idul Fitri yang meliputi proses pengambilan
keputusan konsumen, sikap, dan kepuasannya dengan tidak melakukan pembandingan terhadap cookies cokelat merek lain.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro
adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta. UU tersebut juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah
usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp300 juta sampai dengan Rp2,5 milyar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha yang memiliki hasil
penjualan tahunan antara Rp2,5 milyar sampai dengan Rp50 milyar. BPS juga memberikan definisi berbeda tentang Industri Kecil dan
Menengah IKM yaitu berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, yang disebut sebagai industri kecil adalah unit usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja
sebanyak lima sampai sembilan orang. Industri menengah yaitu usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 20 sampai 99 orang. Sedangkan Usaha
yang memiliki jumlah tenaga kerja di bawah tiga orang termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar disebut sebagai industri rumah tangga.
Meskipun merupakan kegiatan usaha kecil dan menengah, peran usaha ini dalam perekonomian Indonesia sangat penting. Menurut Wie 2001, IKM
merupakan sarana yang baik bagi penciptaan lapangan kerja yang produktif, karena proses produksi dalam IKM umumnya bersifat lebih padat karya
dibandingkan proses produksi dalam industri-industri besar. Di samping itu, sektor IKM juga dapat memberikan sumbangan besar kepada pembentukan
modal, pengembangan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja non- pertanian off farm employment di pedesaan.
Wibowo, Murdinah, dan Fawzya 2002 menyatakan bahwa usaha kecil memiliki srategi tersendiri dengan membuat produk khusus, unik, dan spesial agar
tidak bersaing dengan usaha besar. Selain itu, karena kecilnya usaha, perusahaan kecil umumnya mempunyai daerah pemasaran yang tidak terlalu jauh sehingga
perilaku konsumennya dapat dipahami benar. Komunikasi yang dilakukan dengan konsumen pun berjalan cepat dan seringkali langsung kepada pemilik. Hal ini
menyebabkan usaha-usaha kecil meskipun modal yang dimiliki tidak besar namun bersifat luwes dan dapat memicu terciptanya inovasi-inovasi.
Kementrian Negara Koperasi dan UKM 2007 menyebutkan bahwa peran koperasi, usaha kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia paling tidak
dapat dilihat dari: kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam
pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca
pembayaran melalui kegiatan ekspor. Namun demikian UKM masih memiliki kinerja yang perlu ditingkatkan,
antara lain: tingkat produktivitas usaha dan produktivitas tenaga kerja relatif rendah, nilai tambah produk rendah, pangsa pasar di dalam negeri dan ekspor
rendah, jumlah investasi rendah, jangkauan pasar terbatas, akses informasi rendah, jaringan usaha terbatas, pemanfatan teknologi masih sangat terbatas, permodalan
dan akses pembiayaan terbatas, kualitas SDM terbatas, dan manajemen yang umumnya belum profesional. Secara keseluruhan hal ini telah melemahkan peran
dan kemampuan bersaing UKM dibanding pelaku usaha besar.
2.2 Cokelat