Nilai konstanta sebesar 0.654, menyatakan bahwa jika variabel

Selanjutnya untuk variabel SBIS pada tabel 4.2 Selama periode Januari 2008 – Juni 2010 menunjukkan nilai SBIS tertinggi terjadi di bulan Desember 2008 yaitu dengan nilai 10,83 dan nilai SBIS terendah terjadi pada bulan Januari 2008 yaitu dengan nilai 5,95. Data-data tersebutlah yang akan melengkapi masing-masing variabel independen ketika adanya kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya. Setelah diuji secara parsial, Jakarta Islamic Indeks JII berdasarkan pada daerah penerimaan H dan H a , t hitung berada di dalam daerah penolakan H , hal ini dikarenakan, t hitung = 16,931 lebih besar dari t tabel = 1,703, sehingga H 01 ditolak H a1 diterima dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 pada kolom Sigsignificance, sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Jakarta Islamic Indeks JII terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB produk unit link campuran. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui hasilnya bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB produk unit link campuran karena nilai t hitung t tabel = 1,400 1,703, Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.173 sehingga H 02 diterima H a2 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa Hal ini berarti bahwa variasi variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB produk unit link campuran.

2. R-squarer

2 Nilai koefisien determinasi R Squarer² sebesar 98. menunjukkan bahwa kontribusi Jakarta Islamic Indeks X 1 dan Indeks Sertifikat Bank Indonesia Syariah X 2 dalam menjelaskan variansi NAB Produk unit link campuran 98 dan sisanya sebesar 2 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti Sukuk dan variabel lainnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat dianalisa, bahwa variabel JII merupakan patokan bagi para investor untuk berinvestasi secara syariah, dengan JII para investor dapat menentukan waktu yang tepat untuk menanamkan modalnya dan saat investasinya dihentikan. Jika JII naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal syariah sedang baik, bursa efek sedang maju, dan situasi pasar yang seperti ini pastilah menunjukkan kondisi perekonomian, sosial, politik yang sedang sehat, Sehingga return untuk investor yang dihasilkan dalam kondisi yang meningkat dan begitupun sebaliknya. Pada variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrument investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia