x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Observasi Awal Wawancara Responden Guru Pra-Penelitian Lampiran 2 Kisi-kisi Soal Tes Hasil belajar Fiqih Siklus I
Lampiran 3 Pretes dan Postes Siklus I Lampiran 4 Kunci Jawaban Siklus I
Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Tes Hasil belajar Fiqih Siklus II Lampiran 6 Pretes dan Postes Siklus II
Lampiran 7 Kunci Jawaban Siklus II Lampiran 8 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I
Lampiran 9 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 11 Catatan Lapangan Siklus I Lampiran 12 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus II Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 15 Catatan Lapangan Siklus II Lampiran 16 Hasil Wawancara Responden Siswa
Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelititan Tindakan Kelas Lampiran 18 RPP Siklus I dan II
Lampiran 19 Materi dan Hand Out Lampiran 20 Lembar Observasi Sekolah
Lampiran 21 Lembar Observasi Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 21 Dokumentasi-dokumentasi Penelitian Di MTs Qotrun Nada
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
1
Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh adanya kehadiran guru di
dalam kelas, siswa dapat belajar dimana dan kapan saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Sesorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat merangcang
pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
2
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar.
3
Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut
sesuai dengan perkembangan zaman. Teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat tehnik yang sebenarnya dihasilkan bukan
khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2007 h. 1
2
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009 h. 197
3
Azhar Arsyad, Op Cit, h. 2
pendidikan seperti radio, televisi, film, overhead projector, video, tape recorder, komputer, dan lain-lain. Alat-alat in dalam metodologi pengajaran lazim disebut
alat peraga, alat pengajaran audio visual. dalam teknologi pendidikan alat-alat itu disebut hardware dan software.
4
Kelengkapan fasilitas belajar memberi pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa. Fasilitas belajar lebih lengkap, prestasi belajarnya menjadi
lebih baik. Penemuan ini mendukung beberapa pendapat yang mengatakan bahwa sarana dan fasilitas merupakan salah satu factor mempengaruhi proses dan hasil
belajar.
5
Menurut UUD Sistem Pendidikan Nasional pasal 45 ayat 1 menjelaskan tentang sarana dan prasarana pendidkan yaitu:
”Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik”.
6
Guru harus memandang media pendidikan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan mengajar dan memperkembangkan metode-metode yang
dipakainya dengan memanfaatkan media pendidikan. Ditangan gurulah alat-alat itu bermakna bagi pertumbuhan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan
sikap keagamaam siswa. Di samping itu guru mempunyai peran sebagai pengajar, mendidik, melatih dan mengevaluasi.
7
Dalam pembelajaran, siswa menggunakan asas pendidikan dan teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru atau pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.
8
Begitu juga dengan adanya pendidikan agama Islam, upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
4
Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005 h. 2
5
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 h. 73
6
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2008 h. 30
7
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995 h. 178
8
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2008 h. 61
dan saling menghormati.
9
Serta usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami ajaran Islam secara menyeluruh, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Adapun pendidikan agama Islam dalam penyusunan sikripsi ini adalah tentang fiqih, yaitu
bidang studi yang memberikan pendidikan untuk mengamalkan dan memahami fiqih.
Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Bagaimana bentuk tingkah laku yang diharapkan berubah itu dinyatakan dalam
perumusan tujuan pembelajaran. Hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu, aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
10
Semua hasil belajar pada dasarnya harus dapat dievaluasi. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru
selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil nilai peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik
kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
11
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa MTs Qotrun Nada Depok kelas VII A sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil observasi baik melalui pengamatan
langsung maupun hasil wawancara dengan siswa kelas VII A pada Hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014, penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran fiqih di
MTs Qotrun Nada Depok selama ini cenderung lebih banyak mengembangkan kemampuan mendengar materi pelajaran. Siswa belum dibiasakan untuk belajar
mandiri dan memanfaatkan media sebagai alat bantu pengajaran Wasaailul Idhoh. Pembelajaran fiqih masih berpusat pada guru dan masih menggunakan
metode konvensional yaitu ceramah. Pembelajaran cenderung lebih menempatkan siswa pada aktivitas mencatat, mendengar, atau menjawab pertanyaan guru, serta
hanya mengerjakan LKS. Pembelajaran yang diajukan hanya berkisar pada pengetahuan yang ada di buku LKS. Hal ini berdampak pada rendahnya minat
9
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet ke 2, h. 130
10
Team Didaktik Metodik Kurikulum, Op Cit h. 153
11
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007 h. 13
belajar dan menjadi salah satu penyebab banyaknya nilai siswa yang masih dibawah nilai KKM.
Didasari oleh masalah-masalah tersebut peneliti mencoba menerapkan metode yang jarang digunakan oleh guru mata pelajaran fiqih di MTs Qotrun
Nada Depok, yakni pembelajaran yang ditunjang oleh pemanfaatan media audio visual dalam proses belajar mengajar fiqih. Penelitian dilakukan sebanyak dua
siklus Siklus I dan Siklus II, masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan dan refleksi.
Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru mata pelajaran yang menjadi kolaborator dan observer, mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil
pengamatan awal terhadap proses pembelajaran fiqih dan meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum melakukan tindakan, pada tahapan ini peneliti dan guru
mata pelajaran fiqih membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP berkarakter, membuat hand out terkait dengan materi yang akan diajarkan sebagai
media pembelajaran siswa, menyiapkan instrumen, tes, lembar observasi, catatan lapangan, angket dan melakuan uji coba instrumen.
Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan, yaitu tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan
proses pembelajaran fiqih. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dalam satu siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Berdasarkan pada uraian tersebut maka penulis akan mencoba mengangkat tentang Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Media Audio Visual di Kelas VII
A Madrasah Tsanawiyah Qotrun Nada. Dalam hal ini penulis ingin membuktikan apakah ada peningkatan hasil belajar fiqih melalui media audio visual.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan media bukan hanya sekedar upaya membantu guru dalam mengajar, tapi lebih daripada itu yakni
sebagai usaha yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran pada umumnya dan pelajaran Fiqih pada khususnya.
Sehingga Penulis akan mencoba menulis tentang
“Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Media Audio Visual di Kelas VII A Madrasah
Tsanawiyah Qotrun Nada Depok ”