32
b. Ketentuan Akad
1. SBIS Ju’alah sebagai instrumen moneter boleh diterbitkan untuk
pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah.
2. Dalam SBIS Ju’alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja’il
pemberi pekerjaan, Bank Syariah bertindak sebagai maj’ul
lahpenerima pekerjaan, dan objekunderlying Ju’alah mahall al-
‘aqd adalah partisipasi Bank Syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui penyerapan
likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.
3. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank
syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan
reward ‘iwadhju’l tertentu bagi yang turut
berpartisipasi dalam pelaksanaannya.
c. Ketentuan Hukum
1. Bank Indonesia wajib memberikan imbalan reward ‘iwadh ju’l
yang telah dijanjikan kepada Bank Syariah yang telah membantu Bank Indonesia dalam upaya pengendalian moneter dengan cara
menempatkan dana di Bank Indonesia dalam jangka waktu tertentu, melalui pembelian SBIS Jualah.
33
2. Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia melalui SBIS adalah
wadi’ah amanah khusus yang ditempatkan dalam rekening SBIS-
Ju’alah, yaitu titipan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan atau ketentuan Bank Indonesia, dan tidak
dipergunakan oleh Bank Indonesia selaku penerima titipan, serta tidak boleh ditarik oleh Bank Syariah sebelum jatuh tempo.
3. Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana mudi’
memerlukan likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-repo-kan SBIS Ju’alah-nya dan Bank Indonesia dapat mengenakan denda
gharamah dalam jumlah tertentu sebagai tazir. 4.
Bank Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS Ju’alah kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo.
5. Bank syariah hanya bolehdapat menempatkan kelebihan likuiditasnya pada SBIS
Ju’alah sepanjang belum dapat menyalurkannya ke sektor riil.
6. SBIS- Ju’alah merupakan instrumen moneter yang tidak dapat
diperjual-belikan non tradeable atau dipindahtangankan, dan bukan merupakan bagian dari portofolio investasi bank syariah.
5. Non Performing Financing NPF
a. Pengertian Non Performing Financing NPF
Menurut Rimadhani 2011 sebagai Indikator yang menunjukan kerugian akibat resiko kredit adalah tercermin dari
besarnya Non Performing Loan NPL, dalam terminologi bank