1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa aktif, maka guru juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan
kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Menurut Latief dalam www.kompas.com, menyebutkan pelajaran matematika menjadi momok
siswa di sekolah. Penggunaan media mulai dikembangkan kembali dengan beberapa inovasi yang baru. Media membantu siswa untuk membawa
pikirannya dari yang abstrak menuju pikiran yang lebih konkrit. Media juga mampu menarik minat belajar siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam teori perkembangan kognitif yang diungkapkan Piaget, anak usia
11-15 tahun usia sekolah menengah berada pada tahap formal operasional. Pada tahap ini siswa SMP memiliki kemampuan mengoordinasikan baik
secara bersamaan ataupun berurutan dua macam kemampuan kognitif, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstrak. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi yang abstrak, seperti
ilmu agama, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan lebih mendalam Muhibbin Syah, 2003. Tahap perkembangan ini juga
sebagai masa peralihan siswa dari siswa SD ke SMP, dimana siswa dilatih untuk dapat belajar aktif dan mandiri.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VII semester genap adalah Sistem Persamaan Linear Satu Variabel SPLSV. Dalam
mengajarkan matematika, guru di kelas VII A dan VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta belum pernah menggunakan komik sebagai media
pembelajaran. Konsep dari materi ini cukup abstrak dan membingungkan. Media komik ini dapat menjadi bahan belajar yang dapat menarik minat
belajar siswa. Banyak media komik untuk belajar matematika yang sudah diterbitkan
oleh beberapa percetakan ternama dan bisanya menggunakan tokoh animasi luar negeri. Namun sebagian besar dari mereka menerbitkan seri
pembelajaran dengan materi bidang dimensi dua, bidang dimensi tiga, dan materi pecahan, sedangkan komik untuk materi SPLSV belum ada di
perpustakaan SMP Maria Immaculata. Oleh karena itu, penulis ingin membuat media komik dengan materi SPLSV yang diwakili oleh tokoh
pewayangan yakni punakawan Semar, Gareng, Petruk, Bagong yang dianimasikan.
Media komik ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa tidak jenuh
dengan pembelajaran di kelas, serta mengajak siswa untuk mengenal budaya daerah yang dimiliki yaitu wayang. Hal ini sesuai dengan harapan dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang mengharapkan bahwa
sekolah juga dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan budaya yang dimiliki untuk menerapkan proses kegiatan pembelajarannya. Minat
merupakan salah satu faktor internal yang terletak pada aspek psikologis sebagai hal yang mempengaruhi belajar siswa. Minat mampu memungkinkan
siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mampu mencapai prestasi yang diinginkan.
Media komik ini juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar. Kejenuhan muncul karena hasil belajar yang kurang baik dan memerlukan
waktu yang cukup lama dalam melakukan proses pembelajaran tersebut. Kejenuhan dapat terjadi karena keletihan indera, fisik, mental pada siswa
sehingga menimbulkan kebosanan. Faktor jenuh dan minat, kedua faktor ini saling berkaitan dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
Selama kurang lebih tiga bulan peneliti melakukan kegiatan Program Praktek Lapangan PPL di SMP Maria Immaculata Yogyakarta, metode
diskusi kelompok sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Selama melakukan kegiatan PPL tersebut peneliti mengamati secara singkat, dalam
kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang pasif, ada juga yang tidak memperhatikan pembelajaran yang berlangsung namun menggambar animasi
dibuku catatannya dan menyatakan bahwa mereka tidak suka dengan matematika karena rumit, terlalu abstrak, serta ada beberapa siswa yang takut
untuk bertanya dengan guru. Siswa menyatakan kepada peneliti bahwa mereka terkadang jenuh dengan kegiatan pembelajaran matematika yang
sudah berlangsung.
Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan guru matematika, guru belum pernah menggunakan media komik dalam pembelajaran di kelas.
Dalam mengajarkan matematika di kelas, guru menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok, model pembelajaran penemuan discovery
learning, dan pendekatan saintifik. Metode tanya jawab disesuaikan pada tahapan menanya dan diskusi kelompok pada tahapan mengumpulkan
informasi dan mengolah informasi. Model pembelajaran penemuan discovery learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk aktif
mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip umum yang diperoleh melalui contoh kehidupan sehari-hari, hal ini menurut teori Piaget
dikatakan sebagai kewajiban peran aktif siswa selama belajar di kelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, pembelajaran
pada materi SPLSV pada siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta akan menjadi fokus penelitian. Dalam pembelajaran, akan
digunakan media komik dengan sub bahasan menemukan konsep pernyataan, kalimat langsung, dan menyelesaikan permasalahan bentuk PLSV
Persamaan Linear Satu Variabel. Dengan media ini, diharapkan dapat membantu siswa memahami tentang konsep persamaan linear.
Penggunaan media ini melibatkan aktivitas, imajinasi, penemuan, rasa ingin tahu, mencoba-coba, dan membuat prediksi. Media komik ini dapat
dibaca siswa kapanpun dan dimanapun layaknya komik animasi cerita ringan yang ada di pasaran. Siswa diharapkan akan lebih tertarik, tidak cepat bosan
dan lupa, serta dapat menimbulkan minat dan perhatian dalam belajar
matematika. Komik ini juga mampu memancing animo siswa terhadap matematika dan menjadi terobosan baru untuk belajar.
B. Identifikasi Masalah