11
kurikulum, keprofesionalan guru, kondisi pembelajaran, dan lainnya. Keprofesionalan pengajar meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
sosial, kompetensi personal, dan kompetensi profesional. Keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh pembelajaran yang dapat mengajak siswa
untuk bersikap partisipatif dan interaktif. Melalui pembelajaran partisipatif dan interaktif akan memunculkan komunikasi multi arah secara aktif,
kreatif, inovatif, dan menyenangkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, serta guru, siswa, dan lingkungan sekitar.
3. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
a. Pengertian Pendekatan PMRI
RME Realistic Mathematics Education atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Pendidikan Matematika Realistik PMR awal mulanya
dikembangkan di Institude Freudenthal di Belanda yang didirikan pada tahun 1971 oleh Hans Freudenthal, Ramadhan, 2009. Pendidikan
Matematika Realistik
dikembangkan berdasarkan
pemikiran Hans
Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani human activities yang harus dikaitkan dengan realitas Gravemeijer dalam
Marpaung, 2008: 6. Dengan demikian, PMR merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang bertujuan untuk membantu siswa lebih
mudah mempelajari konsep matematika berdasarkan realita. Muhsetyo 2008: 1 juga berpendapat bahwa Pendidikan Matematika
Realistik PMR merupakan pembelajaran matematika secara kontekstual yang mengaitkannya dengan situasi dunia nyata di sekitar siswa. Oleh sebab
itu, PMR hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
12
menemukan pemecahan masalah dengan cara mereka sendiri berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Siswono 2006: 2 juga mengemukakan bahwa
Pendekatan Matematika Realistik Indonesia PMRI berdasar pada teori pendidikan matematika yang dikembangkan dengan situasi dan kondisi serta
konteks di Indonesia, sehingga diberi akhiran ”Indonesia” agar memberi ciri yang berbeda.
Hadi 2005 mengungkapkan paradigma baru dalam pembelajaran sekarang ini khususnya PMRI menekankan pada proses pembelajaran yakni
aktivitas siswa dalam mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan. Aktivitas siswa ini yang diharapkan menjadi
pengalaman belajar tersendiri bagi setiap individu. Sedangkan Wijaya 2012: 21 menjelaskan bahwa dalam PMRI, permasalahan realistik digunakan
sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika atau sumber untuk pembelajaran a source for learning. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa Pendekatan PMRI merupakan suatu sudut pandang pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk matematika yang diawali
dari masalah kontekstual yang ada di Indonesia sehingga memudahkan siswa dalam membangun konsep matematika.
PMRI dikembangkan oleh para ahli dengan mengadaptasi teori belajar konstruktivisme Marpaung, 2008: 7. Konstruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri Glasersfeld Matthews dalam Suparno,
2012: 18 dan Suyono Hariyanto, 2011: 107. Dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI, siswa juga diajak untuk
13
mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, untuk dikaitkan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga
memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI akan
membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pembelajaran
diawali dengan konteks lalu dikonstruksikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Dengan konteks dan konstruksi ini, siswa akan dapat
membentuk pengetahuan pada konsep-konsep baru. Uno 2007: 132 menuliskan bahwa hakikat belajar matematika didasarkan pada teori
kontruktivisme yakni anak dihadapkan pada masalah kontekstual yang diperoleh ketika belajar dan anak berusaha memecahkannya.
b. Karakteristik Pendekatan PMRI