Kerangka Berpikir KAJIAN TEORI
44
humor yang proporsional juga menjadikan suasana dalam kelas menjadi lebih ringan. Walaupun demikian, masih banyak juga siswa yang kurang
antusias karena konsep pikiran mereka yang sudah mengultimatum matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, bahkan ada yang menilai
bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak penting. Oleh karena itu, selain menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas,
tiap guru di sekolah tersebut termasuk guru-guru matematika juga melakukan pendekatan personal terhadap siswa-siswanya di sekolah.
Sementara itu, sampel siswa yang akan diteliti berasal dari tiap rombongan belajar kelas X 5 rombongan belajar dan kelas XI 4
rombongan belajar. Sampel diambil secara acak yang dipilih dari 3 kelas yang mewakili tiap guru yang akan diteliti. Rincian sampel yang diambil
adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Rincian sampel guru-siswa yang diambil
No. Nama Guru
Kelas Jumlah Siswa
1. M
3
• X TKR 1 • X TKR 4
• X TPTU 2 24
21 26
2. M
2
• XI TPTU 1 • XI TKR 1
• XI TKR 2 23
21 21
3. M
1
• XI TKR 4 • X TKR 2
• X TKR 3 24
23 20
45
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru dan observasi di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa rata-rata siswa di sekolah
tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal mereka yang kurang mendukung
untuk proses belajar. Selain itu, dilihat dari latar belakang sosial siswa yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah, rata-rata siswa masih
memiliki tingkat kesadaran pendidikan yang rendah. Selain fasilitas menjadi tempat belajar bagi mereka, sekolah juga merupakan tempat bagi mereka
untuk mencari sosoktokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk belajar. Jadi mereka tidak hanya mencari pengetahuan semata di sekolah
tetapi juga tokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk mereka contoh atau tiru.