Korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika.

(1)

vii ABSTRAK

Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika, serta karakter guru matematika seperti apa yang mereka idamkan berdasarkan 4 macam penggolongan dasar karakter manusia.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis data campuran (kualitatif dan kuantitaif). Subjek penelitian ini adalah 3 guru matematika serta 5 kelas X dan 4 kelas XI yang diampu oleh ketiga guru tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi terhadap aktivitas guru di sekolah, pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa oleh guru matematika dan siswa, pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku oleh siswa, dan wawancara terhadap guru dan siswa tentang pendapat mereka mengenai karakter guru dan minat belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya walaupun nilai koefisien korelasinya rendah. Bentuk korelasinya adalah korelasi linear positif. 2) adanya korelasi tersebut dikarenakan kesadaran guru dalam menjalankan perannya sebagai tenaga guru profesional sekaligus sebagai faktor pendukung dalam membangun minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. 3) karakter guru matematika idaman siswa SMKN 54 Jakarta Pusat adalah yang karakter dominannya tipe Flegmatik.


(2)

viii ABSTRACT

Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Correlation Between Mathematics Teacher Character With Student Interest In Math Lesson. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was aimed to find out the correlation between the character of mathematics teacher with student interest in class X and XI Light Vehicle Engineering Department (TKR) and Cooling Engineering and Air System (TPTU) 54 SMKN in Central Jakarta in mathematics , and mathematics teacher character like what they desire based on 4 kinds of basic classification of human character.

Research conducted a qualitative descriptive study with mixed methods of data analysis (qualitative and quantitative). The subjects on this research were 3 math teacher and 9 classes of teaching by the three teachers. Data were collected by observation of the activities of teachers in school, math teacher character and interest in student learning questionnaires by math teacher and students, the character of mathematics teacher of my dreams questionnaires by students, and interviews with teachers and students about their opinions on the teachers character and interests of student learning.

The results showed that: 1) there is a correlation between the character of mathematics teacher with their students' learning interest although the low value of the correlation coefficient. Form of the correlation is positive linear correlation. 2) there is correlation because of teachers conscious to perform their stations as a professional teacher and also as one of determinant to build up student interest in math lesson. 3) character math teacher's dream student SMK 54 Central Jakarta is the dominant character type Flegmatik.


(3)

KORELASI ANTARA KARAKTER GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA SMKN 54 JAKARTA PUSAT

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Ortolana Yosefina Rensa NIM : 091414018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

i

KORELASI ANTARA KARAKTER GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA SMKN 54 JAKARTA PUSAT

PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Ortolana Yosefina Rensa NIM : 091414018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(5)

(6)

(7)

iv


(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK

Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika, serta karakter guru matematika seperti apa yang mereka idamkan berdasarkan 4 macam penggolongan dasar karakter manusia.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis data campuran (kualitatif dan kuantitaif). Subjek penelitian ini adalah 3 guru matematika serta 5 kelas X dan 4 kelas XI yang diampu oleh ketiga guru tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi terhadap aktivitas guru di sekolah, pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa oleh guru matematika dan siswa, pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku oleh siswa, dan wawancara terhadap guru dan siswa tentang pendapat mereka mengenai karakter guru dan minat belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya walaupun nilai koefisien korelasinya rendah. Bentuk korelasinya adalah korelasi linear positif. 2) adanya korelasi tersebut dikarenakan kesadaran guru dalam menjalankan perannya sebagai tenaga guru profesional sekaligus sebagai faktor pendukung dalam membangun minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. 3) karakter guru matematika idaman siswa SMKN 54 Jakarta Pusat adalah yang karakter dominannya tipe Flegmatik.


(11)

viii ABSTRACT

Ortolana Yosefina Rensa, 2013. Correlation Between Mathematics Teacher Character With Student Interest In Math Lesson. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was aimed to find out the correlation between the character of mathematics teacher with student interest in class X and XI Light Vehicle Engineering Department (TKR) and Cooling Engineering and Air System (TPTU) 54 SMKN in Central Jakarta in mathematics , and mathematics teacher character like what they desire based on 4 kinds of basic classification of human character.

Research conducted a qualitative descriptive study with mixed methods of data analysis (qualitative and quantitative). The subjects on this research were 3 math teacher and 9 classes of teaching by the three teachers. Data were collected by observation of the activities of teachers in school, math teacher character and interest in student learning questionnaires by math teacher and students, the character of mathematics teacher of my dreams questionnaires by students, and interviews with teachers and students about their opinions on the teachers character and interests of student learning.

The results showed that: 1) there is a correlation between the character of mathematics teacher with their students' learning interest although the low value of the correlation coefficient. Form of the correlation is positive linear correlation. 2) there is correlation because of teachers conscious to perform their stations as a professional teacher and also as one of determinant to build up student interest in math lesson. 3) character math teacher's dream student SMK 54 Central Jakarta is the dominant character type Flegmatik.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Karakter Guru Matematika Dengan Minat Belajar Siswa SMKN 54 Jakarta Pusat pada Mata Pelajaran Matematika”.

Salah satu tujuan dari penyusunan skripsi adalah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Namun lebih daripada itu, penulis sendiri memperoleh banyak manfaat dari kegiatan tersebut yakni penulis pada akhirnya mengetahui seperti apa korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya. Dalam skripsi ini penulis mengambil sampel guru matematika dan siswa di SMKN 54 Jakarta Pusat. Walaupun ruang lingkup penelitiannya masih cukup sempit untuk membuat kesimpulan yang bersifat generalisasi, namun penulis ingin mengungkap fakta lain di lapangan pendidikan bahwa karakter seorang guru pun memberikan dampak bagi perkembangan minat siswanya terhadap mata pelajaran tersebut.

Mengingat bahwa ada banyak pihak yang terlibat dalam membantu penyelenggaraan dan penyelesaian skripsi ini, maka dengan rendah hati dan hati penuh syukur ingin mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. 2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku Kaprodi Matematika.

3. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Matematika bersama jajaran tenaga kependidikan lainnya yang telah banyak memberikan pengetahuan dan keterampilan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.


(13)

x

4. Pihak SMKN 54 Jakarta Pusat yang dengan tangan terbuka menerima penulis selama melaksanakan penelitian di sana, teristimewa ucapan terima kasih kepada Bapak Kelapa Sekolah SMKN 54 Jakarta Pusat, Bapak Suwondo, Ibu Dyah, Ibu Ari, dan seluruh siswa kelas X dan kelas XI SMKN 54.

5. Orang tua dan kedua adikku yang telah banyak mendukung dan menguatkan penulis dalam setiap pekerjaan dan tantangan selama belajar.

6. Sahabat-sahabat penulis: Ety, Cepin, Arnie, Siska, Iput, Sangkin, Angel, dan Arek yang selalu ada dalam setiap moment bersama. Terima kasih sobat untuk setiap senyuman dan air mata yang kita alami bersama.

7. Semua teman-teman PMAT ’09 untuk semua pengalaman belajar, kebersamaan, dan kekeluargaan yang boleh kita alami bersama. Tetap berjuang teman-teman, semoga kita dapat menjadi agen-agen pembaharu pendidikan yang berkualitas.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E.Tujuan ... 6

F.Batasan Istilah ... 7

G.Manfaat ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A.Belajar ... 9

1.Pengertian ... 9

2.Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 10

B.Profesi Guru ... 19

1.Pengertian ... 19

2.Kode Etik Guru ... 20

3.Empat Kompetensi dasar guru profesional ... 20


(15)

xii

C.Perkembangan Minat Siswa ... 23

1.Kedudukan siswa ... 23

2.Perkembangan minat ... 26

D.Karakter Manusia ... 29

1.Pengertian karakter ... 29

2.Macam-macam karakter ... 29

3.Faktor-faktor yang membentuk karakter seseorang ... 34

4.Karakteristik kepribadian guru ... 36

F.Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A.Jenis Penelitian ... 41

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 42

D.Populasi dan Sampel ... 45

E.Bentuk Data ... 46

F.Metode Pengumpulan Data ... 47

G.Instrumen Penelitian ... 49

H.Teknik Keabsahan Instrumen ... 53

I.Prosedur Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ... 55

J.Metode Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 62

A.Hasil Penelitian dan Analisis Data... 62

B.Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB V PENUTUP ... 88

A.Kesimpulan ... 88

B.Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Kekuatan dan kelemahan dari 4 macam karakter manusia ... 31

Tabel 2.2.Tipe dan watak manusia menurut Hippocrates ... 35

Tabel 3.1.Rincian pembagian kelas untuk mata pelajaran matematika di SMKN 54 Jakarta Pusat tahun ajaran 2012/2013 ... 42

Tabel 3.2.Rincian sampel guru-siswa yang diambil ... 44

Tabel 3.3.Kisi-kisi Observasi ... 49

Tabel 3.4.Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematikaku ... 50

Tabel 3.5.Kisi-kisi kuesioner minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika ... 51

Tabel 3.6.Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematika idamanku ... 51

Tabel 3.7.Instrumen validasi observasi, kuesioner, dan wawancara ... 54

Tabel 3.8.Rekap data hasil observasi ... 57

Tabel 3.9.Kriteria predikat hasil observasi ... 58

Tabel 3.10.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa ... 59

Tabel 3.11.Tabel konversi besar korelasi ... 60

Tabel 3.12.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika idamanku .. 60

Tabel 3.13.Kriteria predikat DCM ... 61

Tabel 4.1.Jadwal kegiatan penelitian di SMKN 54 Jakarta Pusat ... 62

Tabel 4.2.Rekap data uji coba kuesioner karakter guru matematika ... 64


(17)

xiv

Tabel 4.4.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat belajar siswa M1 ... 68 Tabel 4.5.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat

belajar siswa M2 ... 71 Tabel 4.6.Rekap data hasil kuesioner karakter guru matematika dengan minat

belajar siswa M3 ... 74 Tabel 4.7.Rekapan hasil observasi terhadap subjek penelitian ... 78 Tabel 4.8.Data rekapan hasil kuesioner karakter guru matematika idaman siswa

SMKN 54 Jakarta Pusat ... 81 Tabel 4.9.Karakter guru matematika idaman siswa SMKN 54 Jakarta Pusat .. 84


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Surat permohonan ijin penelitian di SMKN 54 Jakarta Pusat Surat balasan dari SMKN 54 Jakarta Pusat

Instrumen observasi aktivitas guru Kuesioner karakter guru matematika Kuesioner minat belajar siswa

Kuesioner guru matematika idamanku Validitas instrumen penelitian

Rekapan hasil uji validitas butir dan reliabilitas kuesioner karakter guru matematika

Rekapan hasil uji validitas butir dan reliabilitas kuesioner minat belajar siswa Rekapan hasil pengisian kuesioner karakter guru matematika dan minat belajar siswa

Rekapan hasil pengisian kuesioner karakter guru matematika idamanku Contoh hasil observasi aktivitas guru

Contoh hasil pengisian kuesioner Rekaman tertulis hasil wawancara Galeri Foto


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Belajar merupakan istilah yang tak asing dalam kehidupan manusia khususnya dalam setiap usaha pendidikan. Proses belajar terjadi karena ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Robert Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977 (Nini Subini dkk, 2012:84), belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan yang dimaksud terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan, bukan merupakan perubahan serta merta akibat refleks yang bersifat naluriah.

Sementara itu, istilah belajar berkaitan erat dengan istilah pembelajaran. Pada dasarnya, proses pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan belajar. Di dalam konteks dunia pendidikan, kegiatan pembelajaran erat kaitannya dengan guru sebagai salah satu mediator pembelajaran. Guru memegang peran penting dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Walaupun tidak sepenuhnya guru menjadi pusat pembelajaran, namun guru memiliki andil dalam mengelola pembelajaran yang akan berlangsung. Sehingga model guru menjadi tolak ukur yang penting untuk membangun minat belajar siswa.


(20)

Berdasarkan pengalaman saya ketika sekolah, ketika saya melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), ketika berdiskusi dengan saudara yang juga masih sekolah, dan ketika membaca beberapa buku bacaan, saya menemukan bahwa tidak sedikit komentar yang didengungkan oleh para siswa ketika di sekolah seperti “Malas ah, gurunya ga enak” atau ungkapan lain “I hate the subject because i hate the teacher”. Mendengar pernyataan seperti itu membuat saya berpikir bahwa seberapa kuat pengaruh sosok seorang guru terhadap minat belajar siswanya.

Pada suatu kesempatan saya melakukan observasi di salah satu sekolah di Jakarta. Kenyataannya, di sekolah tersebut minat belajar siswanya sangat dipengaruhi oleh karakter gurunya. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan tempat tinggal rata-rata siswa kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar. Berdasarkan keterangan beberapa guru, 80% siswa di sekolah tersebut berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya belajar baik dari orang tua maupun siswa ketika sudah berada di luar lingkungan sekolah.

Berdasarkan fakta di atas, bagi sekolah tersebut karakter seorang guru menjadi salah satu faktor yang penting untuk membangkitkan minat belajar siswanya. Selain itu, berdasarkan latar belakang sosial siswa, guru menjadi sosok panutan utama dan motivator bagi mereka untuk belajar. Apa yang diperbuat oleh gurunya menjadi dasar bagi cara belajar mereka terhadap pelajaran tersebut.


(21)

Dalam bukunya Pendidikan Karakter, Zainal Aqib menuliskan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang berupa kepribadian khusus yang membedakannya dengan individu lain. Sedangkan, karakter pendidik adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat pada pendidik. Seorang guru dikatakan berkarakter (Zainal, 2011:79) jika ia memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Hipocrates (Patty dkk, 1982:155), mengemukakan bahwa karakter manusia dibedakan atas 4 tipe yaitu : tipe Sanguinis (gembira, optimis), tipe Flegmatik (tenang, berhati dingin), tipe Melankolik (pemurung), tipe Kolerik (pemarah). Kemudian dalam teori-teori psikologis lebih lanjut, Forence Litteur, penulis buku laris “Personality Plus” menguraikan keempat sifat dasar atau karakter manusia tersebut beserta kelebihan dan kelemahannya (Pustaka Nilna, 25 Februari 2013). Ia menambahkan pula bahwa tidak ada tipe yang paling baik, karena semuanya baik. Oleh karena itu, apapun karakter seorang guru bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi sejauh mana seorang guru mengolah karakternya tersebut dalam kaitannya sebagai seorang pendidik yang kompeten dan profesional.

Selama ini tidak banyak penelitian mengenai pengaruh dari karakter guru terhadap minat belajar siswanya. Dikatakan pengaruh dari karakter guru maksudnya guru dipandang sebagai motivator bagi siswa untuk membangun


(22)

minat belajar siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Selain metode pembelajaran yang menarik, biasanya hal sederhana yang menarik minat siswa untuk belajar adalah sosok guru yang sesuai dengan pandangan mereka. Oleh karena itu, saya tertarik untuk meneliti korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswanya.

Dalam penelitian ini saya memilih sampel dari siswa SMKN 54 Jakarta Pusat. Pada dasarnya saya memilih siswa SMK karena pada usia ini siswa berada pada masa-masa labil, ingin dipahami, dan mulai jenuh dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, pada jenjang ini pola pikir siswa kebanyakan bersifat subjektif. Begitupun dengan belajar, mereka akan bersikap subjektif dalam memilih pelajaran apa dan siapa guru yang mereka sukai. Di lain pihak, berdasarkan latar belakang sosial mereka (berdasarkan hasil observasi) guru merupakan tokoh yang paling berperan sebagai motivator mereka dalam belajar. Oleh karena itu, hal pertama yang menjadi daya tarik mereka untuk belajar adalah karakter guru yang membimbing mereka.

Dengan demikian, perlunya mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika agar guru mampu memotivasi siswa secara maksimal untuk belajar sehingga pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar mereka.


(23)

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain: • belajar merupakan unsur penting dalam pendidikan

• pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan belajar

• guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran

• faktor lingkungan tempat tinggal siswa kurang mendukung siswa untuk belajar

• guru menjadi sosok panutan dan motivator bagi siswa

• pola pikir subjektif siswa sebagai seorang remaja untuk menilai dan memilih guru seperti apa atau pelajaran apa yang disukainya

C.Pembatasan Masalah

Agar penelitian tidak meluas dan dapat terarah sesuai tujuan penelitian, maka permasalahan dibatasi pada:

1. menganalisis tipe/karakter guru matematika SMKN 54 Jakarta Pusat yang menjadi model penelitian dan mencari korelasinya dengan minat belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika.

2. menganalisis tipe/karakter guru seperti apa yang diidamkan oleh siswa siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat.


(24)

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. apakah ada korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika?

2. karakter guru matematika seperti apakah yang diidamkan oleh siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat?

E.Tujuan

Tujuan umum:

1. mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika.

2. menganalisis karakter guru matematika seperti apa yang diidamkan oleh siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat

Tujuan khusus:

1. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa untuk rentang usia remaja (15 atau 16 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun)


(25)

2. mengetahui peran guru sebagai tenaga pendidik profesional 3. mengetahui tipe-tipe/karakter dasar manusia

F.Batasan istilah 1. Karakter

Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang berupa kepribadian khusus yang membedakannya dengan individu lain (Zainal, 2011:78).

2. Minat

Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri peserta didik dimana ia merasa tertarik pada suatu hal dan merasa gembira bersama hal tersebut (Masidjo, 2006:25).

3. Belajar

Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah (Nini subini dkk, 2012:84).

4. Remaja

Pada hakekatnya, masa remaja merupakan masa menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk menjadi pribadi yang dewasa (Masidjo, 2006:3).


(26)

G.Manfaat

Karena penelitian tentang mencari korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa SMK pada mata pelajaran matematika baru pertama kali dibuat maka ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh, antara lain:

1. dapat mengetahui korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan XI SMKN 54 Jakarta Pusat;

2. dapat mengetahui karakter guru matematika seperti apa yang diidamkan oleh siswa SMK (usia 15 – 18 tahun) dilihat dari segi pandang remaja tersebut;

3. sebagai bahan/referensi bagi calon guru matematika dan guru matematika untuk mengetahui korelasi antara karakter guru dengan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika;

4. sebagai acuan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan karakter guru.


(27)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A.Belajar 1. Pengertian

Menurut seorang ahli pendidikan, Dimyati Mahmud (Nini Subini dkk,

2012:83) bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang

terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya

perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak.

Pengertian lain, menurut Oemar Hamalik (Nini Subini dkk, 2012:84)

adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan

latihan.

Robert Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977 (Nini

Subini dkk, 2012:84), mengemukakan bahwa belajar merupakan sejenis

perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang

keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan

sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat

adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan


(28)

2. Faktor –faktor yang mempengaruhi proses belajar

Banyak hal yang mempengaruhi proses belajar seseorang, baik dari

dalam (internal), luar (eksternal), maupun faktor kecenderungan belajar.

a. Faktor internal

Yang dimaksudkan dengan faktor internal adalah faktor yang ada di

dalam diri individu yang sedang melakukan belajar (Nini Subini dkk,

2012:85).

1) Kesehatan dan cacat tubuh

Kesehatan merupakan salah satu hal penting menentukan

aktivitas sehari-hari termasuk belajar. Kondisi fisik yang sehat dan

bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar

seseorang, begitu pun sebaliknya.

2) Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan umum seseorang dalam

menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Heller, Monks, dan Passow (Nini

Subini dkk, 2012:86) menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki

intelegensi tinggi belum tentu tidak memiliki gangguan dalam

belajar.

3) Minat dan bakat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nini Subini dkk,

2012:87) disebutkan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi


(29)

memperhatikan, menerima dan melakukan sesuatu tanpa ada yang

menyuruh dan sesuatu itu dinilai penting atau berguna bagi dirinya.

Minat juga sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Minat

yang tinggi dapat menuntun anak untuk belajar lebih baik lagi. Oleh

karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau

pendidik lainnya perlu membangkitkan minat anak didik agar

tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

4) Kematangan (kesiapan)

Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Dalam belajar, kematangan atau

kesiapan sangat menentukan keberhasilan setiap usaha belajar.

5) Motivasi

Motivasi (Nini Subini dkk, 2012:88) adalah dorongan yang

timbul dalam diri seseorang yang entah disadari atau tidak untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Berdasarkan sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah

semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan

dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik

adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi

pengaruh terhadap kemauan untuk belajar, seperti pujian,


(30)

6) Kelelahan

Kelelahan yang dialami siswa dapat menyebabkan siswa

tidak bisa belajar secara optimal. Kelelahan dalam beraktivitas dapat

mengakibatkan menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi

psikis.

7) Perhatian dan sikap (perilaku)

Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan

pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang baik bagi

proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru

dan pelajaran yang diberikan dapat menimbulkan kesulitan belajar

siswa tersebut.

Perhatian dan sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh

perasaan senang atau tidak senang baik pada performa guru,

pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dengan profesionalitasnya,

seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi anak

didiknya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang

guru yang empatik, sabar, dan tulus.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan di


(31)

1) Faktor keluarga

Dalam lingkungan keluarga, hal-hal yang dapat

mempengaruhi tingkat kecerdasan atau hasil belajar pada siswa (Nini

Subini dkk, 2012:92) adalah:

a) Cara mendidik

Orang tua yang peduli dengan pendidikan akan

mendidik anaknya untuk tekun dalam mengenyam

pendidikan. Mereka akan mendukung setiap kebutuhan

anaknya untuk belajar dan akan membimbing mereka untuk

berprestasi.

b) Relasi antar anggota keluarga

Relasi dalam anggota keluarga akan menjadi acuan

kenyamanan dalam rumah tersebut. Apabila relasi antar

anggota keluarga rukun dan damai, maka akan tercipta rasa

nyaman di dalam rumah tersebut. Akibatnya anak pun akan

merasa nyaman dalam menjalankan aktivitasnya dalam

rumah termasuk belajar.

c) Suasana rumah

Suasana rumah erat kaitannya dengan poin relasi antar

anggota kelauarga. Suasana nyaman membuat anak merasa

nyaman dalam menjalankan aktivitasnya termasuk belajar.


(32)

membuat anak merasa tidak nyaman dalam menjalankan

aktivitasnya termasuk belajar.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi proses

pemenuhan kebutuhan seseorang untuk belajar. Semakin baik

keadaan ekonomi keluarga, maka terpenuhinya kebutuhan

belajar akan semakin besar diperoleh oleh anak tersebut.

e) Pengertian orang tua

Jika seorang anak mempunyai orang tua yang mengerti

tentang minat dan bakatnya, maka mereka akan mendukung

secara objektif proses belajar anaknya.

f) Latar belakang kebudayaan

Latar belakang budaya juga mempengaruhi seperti apa

aktivitas belajar didukung di dalam keluarga. Keluarga

dengan budaya yang menjunjung tinggi makna pendidikan,

maka makin besar pula perhatian mereka bagi anak-anaknya

untuk belajar dan berprestasi.

2) Faktor sekolah

Faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan

belajar siswa (Nini Subini dkk, 2012:95) antara lain:

a) Guru

Di sekolah guru merupakan orang yang mendidik siswa


(33)

tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan

bagaimana cara guru tersebut mengajarkan pengetahuan

tersebut kepada siswanya turut menentukan hasil belajar yang

akan dicapai oleh siswa.

b) Metode mengajar

Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam

pembelajaran di kelas mendukung interaksi yang terjadi di

dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Semakin tepat

metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi,

semakin banyak pula pemahaman materi yang diserap oleh

siswanya.

c) Instrumen/fasilitas

Instrumen/fasilitas yang disediakan di sekolah tentu

merupakan sarana pendukung bagi siswa untuk

mengakomodasi kebutuhan mereka untuk belajar.

d) Kurikulum sekolah

Kurikulum sekolah yang digunakan di sekolah

merupakan jembatan bagi siswa untuk mengetahui

batasan-batasan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan usia

dan jenjang kelas yang sedang dijalaninya.

e) Relasi guru dengan siswa

Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya


(34)

dan siswa kurang baik, seperti ada jarak karena takut, tidak

akrab, siswa menjulukinya guru galak, dan sebagainya maka

akan berpengaruh pada kelancaran belajar mengajarnya.

f) Relasi antar siswa

Relasi antar siswa mempengaruhi kenyamanan siswa

untuk belajar di lingkungan sekolah. Jika relasi antar siswa

baik maka secara tidak langsung ia mendapat dukungan dari

lingkungan sosial sekitarnya untuk belajar dan berprestasi

lebih baik lagi.

g) Disiplin sekolah

Disiplin yang diterapkan di sekolah dimaksudkan agar

siswa selain belajar untuk berprestasi di bidang akademik

tetapi juga dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri dan

berakhlak mulia.

h) Pelajaran dan waktu

Sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu juga

mempengaruhinya untuk belajar. Hal ini dipengaruhi oleh

minat siswa tersebut terhadap mata pelajaran yang

bersangkutan. Jika ia berminat dan tertarik dengan mata

pelajaran tersebut, maka dengan sendirinya dan tanpa dipaksa


(35)

Sementara itu, pembagian waktu pelajaran yang

diterapkan hendaknya disesuaikan dengan tingkat psikologis

dan faktor kesiapan belajar siswa agar hasilnya maksimal.

i) Standar pelajaran

Standar pelajaran yang diberikan kepada siswa

harusnya disesuaikan dengan standar kemampuan rata-rata

siswa yang diajar. Apabila standar pelajaran tersebut tidak

sesuai (terlalu tinggi atau terlalu rendah) dengan kemampuan

siswa, maka pada umumnya siswa jadi malas belajar bahkan

kadang menjadi tidak berminat terhadap pelajaran tersebut.

j) Kebijakan penilaian

Kebijakan penilaian yang diterapkan oleh guru

sebaiknya bersifat objektif. Hal ini akan meningkatkan

semangat persaingan yang objektif dari para siswa untuk

belajar dan berprestasi.

k) Keadaan gedung

Keadaan gedung yang nyaman dan sejuk tentu menjadi

penunjang bagi kondisi fisik siswa untuk belajar. Apabila

keadaan gedung kelas kurang baik (sempit atau panas), maka

siswa menjadi tidak betah berada di dalam kelas. Akibatnya


(36)

l) Tugas rumah

Tugas rumah merupakan salah satu usaha guru untuk

memastikan siswanya tetap belajar ketika berada di rumah,

karena bukan tidak mungkin kuantitas jam belajar siswa di

rumah menjadi sangat berkurang atau bahkan tidak ada (tidak

belajar sama sekali).

3) Faktor masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat tempat

tinggalnya tersebut.

c. Faktor kecenderungan belajar

Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa

yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan belajar. Ada 3 bentuk dasar pendekatan belajar

siswa (Nini Subini dkk, 2012:101), yaitu :

1) Pendekatan Achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Pendekatan Achieving merupakan kecenderungan belajar

siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego

enhancement. Ego enhancement adalah ambisi pribadi yang

besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan


(37)

2) Pendekatan Surface (permukaan atau bersifat lahiriah)

Pendekatan Surface merupakan kecenderungan belajar siswa

karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau

belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi oleh

orang tua.

3) Pendekatan Deep (mendalam)

Pendekatan Deep merupakan kecenderungan belajar siswa

karena adanya dorongan dari dalam (intrinsik), misalnya mau

belajar karena tertarik dengan materi dan memang merasa

membutuhkannya.

B.Profesi Guru 1. Pengertian

Drs. Moh. Uzer Usman (Nuni, 2013:55) mengemukakan bahwa guru

merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai

guru.

Menurut Nuni Y. Syatra (2013:56), guru pada prisipnya merupakan

suatu profesi yang mempunyai keahlian tertentu, dimana masyarakat

mendapatkannya pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya,

karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu


(38)

2. Kode Etik Guru

Kode Etik Guru ditetapkan dan ditegakkan dengan maksud untuk

menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam

pelaksanaan tugas keprofesionalannya (UU RI No.14 Tahun 2005, Pasal 43

ayat 1). Kode Etik Guru berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru

dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan keprofesionalannya (UU RI No.14

Tahun 2005, Pasal 43 ayat 2).

Dalam Konggres PGRI tahun 1975, organisasi Persatuan Guru

Republik Indonesia (PGRI) merumuskan Kode Etik profesi guru di

Indonesia (Adimassana, 2007:9).

3. Empat Kompetensi Dasar Guru Profesional

Pada UU RI No.14 Tahun 2005 Pasal 10 dijelaskan bahwa

kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (ayat 1).

Penjabaran lebih rinci dari 4 kompetensi sebagaimana harus dimiliki

oleh guru terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru, yang isinya sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya


(39)

terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus,

perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik

dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian merupakan profil kepribadian yang harus

dimiliki oleh guru, yakni meliputi sifat kepribadian yang: mantab,

stabil, dewasa, arif dan bijaksana, jujur, berwibawa, berakhlak mulia,

menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif

mengevaluasi kinerja sendiri, serta mengembangkan diri secara

mandiri dan berkelanjutan,

c. Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan untuk:

berkomunikasi secara lisan, dengan tulisan, dan/atau dengan isyarat;

bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,

pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik; serta

bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.

d. Kompetensi Profesional merupakan kemampuan guru dalam

penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan


(40)

4. Peran Guru dalam Proses Belajar a. Pengajar

Sebagai seorang pengajar, guru memberikan pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah.

b. Pendidik

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran yang

berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan

(suppoter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor), serta

tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan siswa agar siswa

tersebut menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup

dalam keluarga dan masyarakat.

c. Pembimbing

Sebagai pembimbing, guru harus berusaha membimbing siswa agar

dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya. Selain itu, guru

juga harus mampu mengenali kesulitan siswa dan mengembangkan

setiap potensi dan minat siswa.

d. Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan

buruk.

e. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru wajib menyediakan fasilitas yang


(41)

akan membantu terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan

bagi siswa.

f. Mediator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sehingga siap

menyampaikan materi kepada siswa.

g. Supervisor

Sebagai supervisor, guru harus menguasai berbagai teknik supervisi

agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar pada

siswa.

h. Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi menjadi seorang yang

baik dan jujur. Penilaian yang dilakukan harus objektif berdasarkan

hasil belajar siswa.

C.Perkembangan Minat Siswa

1. Kedudukan Siswa

Kedudukan siswa dalam rentang perkembangan manusia adalah

siswa dalam taraf perkembangan masa remaja. Pada hakekatnya, masa

remaja merupakan masa menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama

dan mencoba-coba yang baru untuk menjadi pribadi yang dewasa. Masa


(42)

a. Masa awal remaja

Rentang usia pada masa ini adalah antara 11 atau 12 tahun

sampai dengan 15 atau 16 tahun.

Masa remaja awal merupakan masa negatif, dengan tanda-tanda

sebagai berikut: tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka

bergerak, kebutuhan tidur besar, lekas lelah, suasana hati murung,

pesimistik, dan non sosial.

Remaja bersikap negatif karena bekerjanya kelenjar-kelenjar

pertumbuhan. Hal ini memungkinkan perubahan-perubahan cepat

dalam diri remaja, sehingga ia merasa ragu-ragu, malu, dan

sebagainya.

b. Masa remaja tengah

Rentang usia pada masa ini adalah 15 atau 16 tahun sampai

dengan 17 atau 18 tahun.

Setelah si remaja mengalami kesepian dalam penderitaannya

karena merasa ditelantarkan, maka langkah berikutnya mencari

teman yang dapat memahami dan menolongnya. Dari sini tumbuh

dorongan untuk mencari pedoman hidup, yang dipandang bernilai

dan pantas dijunjung tinggi. Dalam proses ini terjadi kegoncangan

batin dalam diri remaja. Langkah – langkah proses penemuan

pedoman hidup/nilai-nilai hidup adalah:

1) karena tiada pedoman, dia merindukan “sesuatu” yang


(43)

mempunyai bentuk tertentu (mengingini sesuatu, tetapi tidak

tahu apa yang diingini).

2) objek pujaan lebih jelas : pribadi-pribadi yang dipandang

mendukung nilai tertentu.

3) si remaja telah dapat menghargai nilai-nilai yang lepas dari

pendukungnya. Saat yang tepat untuk menentukan

pilihan/pendirian hidup.

c. Masa remaja akhir

Rentang usia pada masa ini adalah 17 atau 18 tahun sampai

dengan 21 tahun.

Bila si remaja dapat menentukan pendirian hidup sendiri berarti

telah tercapai masa remaja akhir.

Berdasarkan kedudukan siswa tersebut, peran guru/pendidik dalam

mengembangkan siswa adalah:

a. peran guru terutama dalam membantu siswa pada masa remaja

untuk mencapai taraf perkembangan yang optimal yang mengarah

pada pendewasaan kepribadiannya secara utuh dan normal.

b. bantuan yang dilaksanakan tersebut dilaksanakan melalui penyajian

pokok bahasan/sub pokok bahasan setiap mata pelajaran dan setiap

tingkah laku guru sebagai model/contoh/panutan, sehingga pada

diri siswa terjadi perubahan-perubahan mental yang semakin


(44)

2. Perkembangan minat a. Pengertian minat

Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam

diri peserta didik dimana ia merasa tertarik pada suatu hal dan merasa

gembira bersama dengan hal tersebut (Masidjo, 2006:25).

Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat timbul dalam diri seseorang untuk memerhatikan, menerima,

dan melakukan sesuatu tanpa ada yang menyuruh dan sesuatu itu

dinilai penting atau berguna bagi dirinya. Dalam konteks belajar di

kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat

siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan di pelajari.

(Nini Subini dkk, 2012:87)

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan minat

1) Komentar dan penerimaan teman sebaya dan orang dewasa

terhadap objek minat. Makin didukung oleh komentar positif dan

diterima objek yang diminati siswa, maka semakin membantu

perkembangan minatnya.

2) Makin sadar akan kemampuan diri dan kagum terhadap objek

yang diminati siswa, maka akan semakin membantu


(45)

3) Pengalaman pertama terhadap objek minat. Peserta didik yang

lebih siap secara fisik dan mental terhadap objek minat

(merupakan pengalaman pertama) akan ikut membantu

perkembangan minat selanjutnya.

4) Suasana emosional terhadap objek minat. Suasana yang

menyenangkan tehadap objek yang diminati (peraturan tidak

kaku, sikap demokratis, dan lain-lain) akan mendorong sikap

yang lebih positif terhadap objek minat tersebut dan sebaliknya.

5) Gengsi dari objek minat. Sejak kecil siswa menemukan berbagai

objek minat yang bergengsi. Makin bergengsi objek minat itu,

akan semakin terdorong siswa untuk meminati objek tersebut.

6) Kesempatan untuk mandiri. Sikap objek minat yang lebih

menawarkan kemandirian akan dinilai lebih tinggi daripada

objek minat yang lebih mapan.

7) Kemampuan dan minat siswa. Kemampuan fisik, intelektual,

minat dan kepribadian siswa memegang peranan penting dalam

sikap siswa terhadap berbagai objek minat.

8) Harapan orang tua terhadap objek minat. Harapan orang tua

terhadap objek minat yang bergengsi, akan mempengaruhi sikap

(mendorong) siswa terhadap objek minat tersebut dan

sebaliknya. Diharapkan harapan orang tua lebih realistik dengan


(46)

c. Pentingnya minat terhadap pelajaran matematika

1) Minat menjadi sumber motivasi untuk belajar.

Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran matematika akan

berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa

yang kurang berminat. Oleh karena itu, rangsangan

pemebelajaran yang disajikan harus diatur supaya bertepatan

dengan minat siswa.

2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi terhadap

pelajaran matematika.

Ketika siswa mulai berpikir tentang pekerjaan di masa

mendatang, ia menentukan apa yang ia ingin lakukan bila ia

dewasa. Semakin siswa yakin mengenai manfaat dari belajar

matematika, makin besar pula minatnya untuk mempelajarinya.

3) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang

ditekuni siswa dan meningkatkan prestasinya.

Apabila siswa berminat terhadap mata pelajaran matematika

yang ditekuni, pengalamannya akan jauh lebih menggembirakan

dari pada bila merasa bosan (lawan minat). Dengan sendirinya ia

akan senang mengerjakan latihan soal dan tekun mendalami


(47)

D.Karakter Manusia 1. Pengertian karakter

Secara harafiah, menurut Hornby dan Parnwell karakter (Zainal,

2011:78) artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau

reputasi.

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karater adalah sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang

lain, tabiat, watak. Berkarakter, artinya mempunyai watak, mempunyai

kepribadian.

Maka Zainal (2011:78) menyimpulkan bahwa karakter adalah kualitas

atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang

berupa kepribadian khusus yang membedakannya dengan individu lain.

Dengan demikian, karakter pendidik adalah kualitas mental atau kekuatan

moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan kepribadian

khusus yang harus melekat pada pendidik.

2. Macam – macam karakter

Hipocrates dalam Darwis (2009) menggolongkan manusia dalam

empat jenis karakter (Mulyati, April 2012) yaitu :

Sanguinis : Pembicara. Dia adalah pusat perhatian, selalu riang,

ramah, bersemangat, suka bergaul atau luwes dan suka berbicara. Segala

sesuatu yang dihadapi dianggap sangat penting hingga dilebih-lebihkan tapi


(48)

disamping tidak disiplin, tidak bisa tenang atau gelisah, tidak dapat

diandalkan dan cenderung egois.

Koleris : Pemimpi. Dia penuh dengan ide-ide, tapi tidak mau diganggu

dengan pelaksanaannya sehingga lebih suka menyuruh orang lain untuk

menjalankannya. Kemauannya yang keras, optimistik, tegas, produktif

dipadu dengan kegemaran untuk berpenampilan megah, suka formalitas dan

kebanggan diri menjadikannya seseorang yang berbakat pemimpin.

Tapi karena dia juga senang menguasai orang lain, tidak acuh, licik, bisa

sangat tidak berperasaan (sarkastis) terhadap orang dekatnya sekalipun,

menjadikan dia orang yang sangat dibenci.

Melankolis : Pelaksana. Perasaannya adalah hal yang paling utama.

Justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu, idealis, cermat, dan amat

perfeksionis. Kelemahannya ialah ia selalu berpikir negatif, berprasangka

buruk, yang membuatnya khawatir, dan sibuk berpikir.

Flegmatik : Penonton. Orangnya tenang, lembut, efisien, kurang

bergairah, tapi juga tidak gampang kena pengaruh. Orang-orang akan

menyangka dia tidak berminat atau tidak tertarik disebabkan oleh lamanya

dia mengambil tindakan atas sesuatu. Dia bertindak atas dasar keyakinannya

bukan atas dorongan naluri. Suka melindungi diri, tidak tegas, penakut, dan

pelit adalah kelemahannya.

Berikut diberikan rangkuman dari kekuatan dan kelemahan dari 4


(49)

Tabel 2.1. Kekuatan dan kelemahan dari 4 macam karakter manusia

Karakter Kekuatan Kelemahan

Melankolis * Analitis, mendalam, dan penuh pikiran

* Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal

* Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis)

* Sensitif

* Mau mengorbankan diri dan idealis

* Standar tinggi dan perfeksionis * Senang perincian/memerinci,

tekun, serba tertib dan teratur (rapi)

* Hemat

* Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif)

* Kalau sudah mulai, dituntaskan * Berteman dengan hati-hati * Puas di belakang layar,

menghindari perhatian * Mau mendengar keluhan, setia

dan mengabdi

* Sangat memperhatikan orang lain

* Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan)

* Mengingat yang negatif & pendendam

* Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah * Lebih menekankan pada

cara daripada tercapainya tujuan

* Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah

* Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan

* Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan * Hidup berdasarkan definisi * Sulit bersosialisasi

* Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg

menentang dirinya * Sulit mengungkapkan

perasaan (cenderung menahan kasih sayang) * Rasa curiga yg besar

(skeptis terhadap pujian) * Memerlukan persetujuan


(50)

Karakter Kekuatan Kelemahan

Flegmatik * Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh

* Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik

* Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana

* Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi) * Kuat di bidang administrasi,

dan cenderung ingin segalanya terorganisasi

* Penengah masalah yg baik * Cenderung berusaha

menemukan cara termudah * Baik di bawah tekanan * Menyenangkan dan tidak suka

menyinggung perasaan * Rasa humor yg tajam

* Senang melihat dan mengawasi * Berbelaskasihan dan peduli * Mudah diajak rukun dan damai

* Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru * Takut dan khawatir * Menghindari konflik dan

tanggung jawab * Keras kepala, sulit

kompromi (karena merasa benar)

* Terlalu pemalu dan pendiam * Humor kering dan mengejek

(Sarkatis)

* Kurang berorientasi pada tujuan

* Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri

* Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat

* Tidak senang didesak-desak * Menunda-nunda /

menggantungkan masalah Sanguinis * Suka bicara

* Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif

* Antusias dan ekspresif

* Ceria dan penuh rasa ingin tahu * Hidup di masa sekarang * Mudah berubah (banyak

kegiatan / keinginan) * Berhati tulus dan

kekanak-* Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras) * Membesar-besarkan suatu

hal / kejadian * Susah untuk diam * Mudah ikut-ikutan atau

dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka nge-Gank)


(51)

Karakter Kekuatan Kelemahan

kanakan

* Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara) * Umumnya hebat di permukaan * Mudah berteman dan menyukai

orang lain

* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian

* Menyenangkan dan dicemburui orang lain

* Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)

* Mengambil inisiatif / menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan * Menyukai hal-hal yang spontan

termasuk hal-hal yang sepele * RKP (Rentang Konsentrasi

Pendek)

* Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias)

* Mudah berubah-ubah * Susah datang tepat waktu

jam kantor

* Prioritas kegiatan kacau * Mendominasi percakapan,

suka menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas

* Sering mengambil permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah masalahnya

* Egoistis

* Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama

* Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”

Koleris * Senang memimpin, membuat

keputusan, dinamis dan aktif * Sangat memerlukan perubahan

dan harus mengoreksi kesalahan

* Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis) * Senang memerintah * Terlalu bergairah dan


(52)

Karakter Kekuatan Kelemahan

* Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target * Bebas dan mandiri

* Berani menghadapi tantangan dan masalah

* “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini” adalah motonya

* Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat

* Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas

* Membuat dan menentukan tujuan

* Terdorong oleh tantangan dan tantangan

* Tidak begitu perlu teman * Mau memimpin dan

mengorganisasi

* Biasanya benar dan punya visi ke depan

* Unggul dalam keadaan darurat

* Menyukai kontroversi dan pertengkaran

* Terlalu kaku dan kuat/keras * Tidak menyukai air mata

dan emosi tidak simpatik * Tidak suka yang sepele dan

bertele-tele / terlalu rinci * Sering membuat keputusan

tergesa-gesa

* Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain * Menghalalkan segala cara

demi tercapainya tujuan * Workaholics (kerja adalah

“tuhan”-nya)

* Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf

* Mungkin selalu benar tetapi tidak populer

3. Faktor – faktor yang membentuk karakter seseorang

Hippocrates (400 SM) menganalisa unsur – unsur pokok yang ada di

dalam tubuh manusia seperti darah empedu hitam, empedu kuning dan


(53)

dalam kadar yang lebih banyak daripada yang lainnya, maka sifat atau

watak individu itu adalah perwujudan dari sifat unsur yang dominan

tersebut. Hal ini dilakukan Hippocrates mengacu pada penyelidikan tertua

tentang karakter yang dilakukan oleh Empedocles (450 SM), yang

menyatakan bahwa perwujudan sifat-sifat unsur alam tercemin dalam watak

manusia, yaitu ada yang mencerminkan sifat-sifat udara (hangat dan

lembab), tanah (dingin dan kering), api (panas dan kering), dan air (dingin

dan lembab) itu dalam diri dan tingkah lakunya. (Patty dkk, 1982:154)

Bila kita ikhtisiarkan pokok pikiran Hippocrates dalam suatu skema,

maka kita akan melihat sifat dari tiap-tiap tipe manusia menurut unsur yang

dominan dalam dirinya sebagai berikut:

Tabel 2.2. Tipe dan watak manusia menurut Hippocrates

(Patty dkk, 1982:155)

Tipe Krakteristik Disebabkan oleh

pengaruh proses

Sanguinis Cepat, periang, tidak stabil Darah

Koleris Mudah marah Empedu kuning

Melankolis Pesimis, pemurung Empedu hitam

Flegmatis Lamban, tidak mudah tergerak Lendir

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1982, V. Campbell dan

R. Obligasi (Eko, 15 Agustus 2011) mengusulkan faktor utama dalam

mempengaruhi karakter dan perkembangan moral adalah:

a. faktor keturunan,


(54)

c. pemodelan oleh orang dewasa yang lebih tua penting bagi remaja,

d. pengaruh teman sebaya,

e. lingkungan fisik dan sosial secara umum,

f. media komunikasi,

g. apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga lain, dan

h. situasi spesifik dan peran yang menimbulkan perilaku yang sesuai.

4. Karakteristik kepribadian guru

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru

(skripsi Lilis Fitriyani, 2008) adalah:

a. Fleksibilitas kognitif guru

Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan berpikir yang

diikuti dengan tindakan secara simultan (terjadi pada waktu yang

bersamaan) dan memadai dalam situasi tertentu. Dalam proses belajar

mengajar fleksibilitas kognitif guru terdiri atas 3 dimensi, yaitu:

1) Karakteristik kognitif pribadi guru

Profil seorang guru yang luwes digambarkan sebagai berikut:

a) menunjukan keterbukaan dalam perencanaan kegiatan

belajar mengajar

b) menjadikan materi pelajaran berguna bagi kehidupan nyata

siswa

c) mempertimbangkan berbagai alternatif cara


(55)

d) mampu merencanakan sesuatu dalam keadaan mendesak

e) dapat mengunakan humor secara proporsional dalam

menciptakan situasi proses belajar mengajar yang menarik

2) Sikap kognitif guru terhadap siswa

Profil seorang guru yang luwea digambarkan sebagai berikut:

a) menunjukan perilaku demokratis dan tenggang rasa kepada

semua siswa

b) responsif terhadap kelas (mau melihat, mendengar, dan

merespon masalah disiplin, kesulitan belajar, dan lain-lain)

c) memandang siswa sebagai patner dalam proses belajar

mengajar

d) menilai siswa berdasarkan faktor-faktor yang memadai

e) berkesinambungan dalam menggunakan ganjaran dan

hukuman sesuai dengan penampilan siswa

3) Sikap kognitif guru terhadap materi dan metode mengajar

Profil guru yang luwes digambarkan sebagai berikut:

a) menyusun dan menyajikan materi yang sesuai dengan

kebutuhan siswa

b) menggunakan macam-macam metode yang relevan secara

kreatif sesuai dengan sifat materi

c) luwes dalam melaksanakan rencana dan selalu berusaha


(56)

d) pendekatan pengajarannya lebih problematik, sehingga

siswa terdorong untuk berpikir

b. Keterbukaan psikologis guru

Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan

kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya

dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan

lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Dia mau menerima kritik

dengan ikhlas dan memiliki empati, yakni respon afektif terhadap

pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.

Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat

posisinya sebagai panutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan

prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk

memahami pikiran dan perasaan orang lain, dan diperlukan untuk

menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang

harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya

secara bebas dan tanpa ganjalan.

Kinerja guru adalah penampilan guru dalam melaksanakan

tugasnya membimbing siswa dalam belajar agar berjalan dengan

efektif dan efisien. Ruseffendi, yang diungkapkan kembali oleh Hadi,

menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa yang berkaitan dengan kinerja guru, antara lain:

1) Kemampuan (kompetensi) guru, terbagi menjadi beberapa aspek


(57)

a) kemampuan menguasai materi pelajaran

b) mampu menjalankan dan mengelola pelaksanaan berbagai

sistem penyampaian pelajaran

c) kemampuan mengelola kelas

d) kemampuan menggunakan media dan sumber pengajaran

e) kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan

f) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar

g) kemampuan mengukur keberhasilan siswa belajar dan

mampu mengevaluasi program pembelajaran

2) Kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar, terbagi

menjadi beberapa aspek sebagai berikut:

a) kemampauan melibatkan siswa secara aktif dalam proses

belajar mengajar

b) kemampuan menarik minat dan perhatian siswa

c) kemampuan memotivasi siswa

d) kemampuan membimbing secara individual

e) kemampuan menggunakan alat peraga

3) Kepribadian guru

Siswa tidak hanya belajar melalui buku bacaan atau apa yang

diungkapkan oleh guru saja, melainkan juga melalui

contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan


(58)

a) memiliki kepribadian sebagai pendidik dan sebagai manusia

model bangsanya

b) guru selalu menunjukan hubungan yang baik dengan murid,

guru lain, kepala sekolah, dan personal lainnya

c) kepemimpinan yang baik dapat tumbuh dalam diri anak didik

bila guru mampu menunjukan bahwa ia mampu menjadi

pemimpin yang baik.

E.Kerangka Berpikir

Guru merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi minat

belajar siswa. Perasaan senang atau tidak senang terhadap performa guru

matematikanya mempengaruhi minat siswa tersebut untuk mempelajari

matematika. Semakin erat hubungan kognitif dan psikologis antara guru

dengan siswanya maka semakin tinggi pula korelasi antara karakter guru

matematika dengan minat belajar siswanya tersebut. Jika kesukaan siswa

terhadap guru matematikanya diimbangi dengan meningkatnya minat siswa

tersebut untuk belajar matematika, maka dapat dikatakan hubungan tersebut

merupakan korelasi positif. Di lain pihak, jika kesukaan siswa terhadap guru

matematikanya tidak diimbangi dengan meningkatnya minat belajar siswa


(59)

41

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dihitung secara kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SDN Sumur Batu 03 (lokasi sementara kelas X) dan SDN Sumur Batu 04 (lokasi sementara kelas XI) yang berada di kompleks SDN Sumur Batu, Jalan Sumur Batu Utara – Kemayoran – Jakarta Pusat.

Lokasi sebenarnya SMKN 54 berada di Jalan Bendungan Jago No.53 Serdang – Kemayoran – Jakarta Pusat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 minggu, dimulai pada tanggal 29 April 2013 sampai dengan tanggal 17 Mei 2013.


(60)

Namun sebelumnya terlebih dahulu peneliti telah melakukan observasi pada sekolah tersebut. Observasi sekolah dilaksanakan pada tanggal 2 April - 5 April 2013. Tujuan observasi awal adalah untuk mengetahui situasi dan gambaran awal tentang kondisi lingkungan dan warga sekolah tersebut.

C.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan siswa SMKN 54 Jakarta Pusat kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU).

Guru matematika yang ditugaskan di sekolah tersebut berjumlah 4 orang. Satu orang mengampu pada 6 rombongan belajar kelas XII, dan 3 orangnya lainnya masing –masing ada yang mengampu di 7 rombongan belajar kelas X, 5 rombongan belajar kelas XI, dan 5 rombongan belajar yang terdiri dari 2 kelas X dan 1 kelas XI. Rincian pembagian kelas tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rincian pembagian kelas untuk mata pelajaran matematika di SMKN 54 Jakarta Pusat tahun ajaran 2012/2013

No. Nama Guru Kelas X Kelas XI Kelas XII

1. Ibu Maria Anastasia - - • TKR 1

• TKR 2

• TKR 3

• TKR 4

• TPTU 1


(61)

No. Nama Guru Kelas X Kelas XI Kelas XII

2. Ibu Dyah P. - • TKR 1

• TKR 2

• TKR 3

• TPTU 1

• TPTU 2

-

3. Ibu Ari S. • TKR 2

• TKR 3

• TKR 2

• TKR 3

• TKR 4

-

4. Bapak H. Suwondo • TKR 1

• TKR 4

• TPTU 1

• TPTU 2

- • TKR 1

• TKR 4

• TPTU 2

Karena penelitian ini dilaksanakan setelah UN, maka yang menjadi subjek penelitian adalah 3 guru matematika yang mengampu di kelas X dan kelas XI. Ketiga guru tersebut terdiri dari seorang bapak dan seorang ibu yang sudah berstatus PNS (pengalaman mengajar mereka sudah lebih dari 20 tahun), serta seorang ibu yang masih berstatus sebagai tenaga honorer dfi sekolah tersebut namun sudah memiliki pengalaman 5 tahun mengajar.

Ada kesamaan dari ketiga guru tersebut dalam menilai tingkat minat belajar siswa di sekolahnya. Menurut mereka minat belajar siswa di sekolah tersebut terhadap mata pelajaran matematika tergolong sangat rendah. Untuk menyikapi hal tersebut, ketiga guru mempunyai ide yang hampir

sama yakni membuat suasana pembelajaran di kelas menjadi

menyenangkan. Metode cooperatif learning menjadi pilihan mereka untuk

membangkitkan semangat belajar siswa. Selain itu, diskusi kelas atau diskusi kelompok menjadikan siswa menjadi aktif bertanya. Penggunaan


(62)

humor yang proporsional juga menjadikan suasana dalam kelas menjadi lebih ringan. Walaupun demikian, masih banyak juga siswa yang kurang antusias karena konsep pikiran mereka yang sudah mengultimatum matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, bahkan ada yang menilai bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak penting. Oleh karena itu, selain menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas, tiap guru di sekolah tersebut termasuk guru-guru matematika juga melakukan pendekatan personal terhadap siswa-siswanya di sekolah.

Sementara itu, sampel siswa yang akan diteliti berasal dari tiap rombongan belajar kelas X (5 rombongan belajar) dan kelas XI (4 rombongan belajar). Sampel diambil secara acak yang dipilih dari 3 kelas yang mewakili tiap guru yang akan diteliti. Rincian sampel yang diambil adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Rincian sampel guru-siswa yang diambil

No. Nama Guru Kelas Jumlah Siswa

1. M3 • X TKR 1

• X TKR 4

• X TPTU 2

24 21 26

2. M2 • XI TPTU 1

• XI TKR 1

• XI TKR 2

23 21 21

3. M1 • XI TKR 4

• X TKR 2

• X TKR 3

24 23 20


(63)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru dan observasi di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa rata-rata siswa di sekolah tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal mereka yang kurang mendukung untuk proses belajar. Selain itu, dilihat dari latar belakang sosial siswa yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah, rata-rata siswa masih memiliki tingkat kesadaran pendidikan yang rendah. Selain fasilitas menjadi tempat belajar bagi mereka, sekolah juga merupakan tempat bagi mereka untuk mencari sosok/tokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk belajar. Jadi mereka tidak hanya mencari pengetahuan semata di sekolah tetapi juga tokoh motivator dan teladan bagi mereka untuk mereka contoh atau tiru.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah karakter guru matematika dan minat belajar siswa SMKN 54 Jakarta Pusat kelas X dan XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) .

D.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru matematika dan siswa SMKN 54 Jakarta Pusat.


(64)

2. Sampel

Sampel yang menjadi fokus penelitian adalah 3 orang guru matematika yang mengajar di kelas X dan XI SMKN 54 Jakarta Pusat dan sampel siswa dari tiap rombongan belajar kelas X dan kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Pendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKN 54 Jakarta Pusat.

E.Bentuk Data

1. Rekaman tindakan kelas

Rekaman tindakan kelas merupakan hasil observasi kegiatan guru di kelas. Rekaman tindakan kelas berupa video hasil kegiatan belajar di kelas dan daftar cek hasil observasi.

2. Rekaman wawancara

Rekaman wawancara merupakan hasil wawancara dengan beberapa siswa dan guru matematika.

3. Penilaian karakter guru

Penilaian karakter guru merupakan hasil dari pengumpulan data berdasarkan hasil pengisisan kuesioner.

4. Penilaian minat belajar siswa

Penilaian minat belajar siswa merupakan hasil dari pengumpulan data berdasarkan hasil pengisian kuesioner.


(65)

5. Tipe karakter guru yang diidamkan siswa

Tipe karakter guru yang diidamkan siswa merupakan hasil analisis data berdasarkan hasil pengisian kuesioner karakter guru idamanku.

F.Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan antara lain:

1. Observasi

Menurut Gall dkk (2003 : 254), observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati. Kemudian Anna Djumhana (1983:201) juga mengingatkan, bahwa observasi juga harus dilakukan secara sistematis dan bertujuan, artinya dalam melakukan observasi observer tidak bisa melakukan hanya secara tiba-tiba dan tanpa perencanaan yang jelas. (Anwar, 2012:85)

Observasi terhadap sampel direncanakan akan dilakukan oleh 2 observer. Namun pada saat penelitian akan dilaksanakan, seorang guru yang sebelumnya akan menjadi observer mendapat tugas penataran selama 10 hari sehingga tidak dapat membantu peneliti. Dalam kegiatan observasi yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu, observer mengamati perilaku sampel selama berada di sekolah.


(66)

2. Kuesioner

Kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang perlu diketahui dan perlu dijawab oleh responden (Anwar, 2012:189).

Dalam penelitian ini pemberian kuesioner akan dibagi dalam 2 tahap. Tahap pertama, kuesioner untuk terhadap karakter guru matematika dan minat belajar siswa. Tahap kedua, kuesioner untuk tentang karakter guru matematika idaman siswa.

3. Wawancara

Wawancara dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab lisan yang dilakukan secara sistematis guna mencapai tujuan penelitian (Anwar, 2012:152).

Wawancara akan dilakukan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Wawancara yang akan dibuat merupakan wawancara bebas terpimpin kepada beberapa siswa dan guru. Maksudnya untuk mengukur (secara kualitatif) cara pandang tentang guru dan minat belajar siswa serta hubungannya dari sudut pandang siswa maupun guru itu sendiri.


(67)

G.Instrumen Penelitian

1. Observasi

Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengamati perilaku sampel selama berada di sekolah umumnya dan selama proses pembelajaran di kelas khususnya. Aspek – aspek yang akan diamati antara lain:

Tabel 3.3. Kisi – kisi observasi

No. Indikator No. Butir Jumlah

1. Kedisiplinan guru 1 - 3 3

2. Penampilan/performa guru 4 - 12 9

3. Kemampuan pembelajaran 13 - 39 27

a. Kedisiplinan guru:

berkaitan dengan ketepatan waktu kehadiran dan penyelesaian tugasnya sebagai seorang guru.

b. Penampilan/performa guru:

berkaitan dengan sikap guru tersebut dalam hal berpakaian serta interaksi dengan lingkungan dan sesama rekan kerjanya.

c. Kemampuan pembelajaran:

berkaitan dengan kemampuan operasionalnya di kelas sebagai seorang guru yang profesional.

2. Kuesioner

Tujuan dari pengisian kuesioner adalah untuk mengetahui pendapat siswa (sampel) dan guru matematika (sampel) tentang penilaian mereka


(68)

terhadap karakter guru dan minat belajar siswa. Sementara itu, sebagai tindak lanjut dari hasil kuesioner tersebut, peneliti membuat kuesioner lain untuk mengetahui pendapat siswa tentang karakter guru matematika seperti apa yang mereka idamkan.

Aspek – aspek yang termuat dalam kuesioner antara lain:

a. Kuesioner pertama : mengukur karakter guru matematika dan minat

belajar siswa

1) Mengukur karakter guru

pedoman penyusunan kisi-kisi kuesioner berdasar pada poin-poin

karakteristik guru (lihat bab II Kajian Teori, hal 33-36).

Tabel 3.4. Kisi-kisi kuesioner karakter guru matematikaku

No. Indikator No. Butir Jumlah

1. Karakteristik kognitif

kepribadian guru

5, 6, 7, 8, 18 5

2. Sifat kognitif guru terhadap

siswa

14, 15, 16, 17, 24, 25, 26, 28

8

3. Sikap kognitif guru terhadap

materi dan metode mengajar

2, 3, 4, 9, 10, 11, 29, 30, 31, 32

10

4. Keterbukaan psikologis guru 1, 12, 13, 19, 20,

21, 22, 23, 27

9

2) Mengukur minat belajar siswa

pedoman penyusunan kisi-kisi kuesioner mengacu pada faktor-faktor

yang mempengaruhi minat belajar siswa (lihat bab II Kajian Teori,


(1)

sehingga jenjang pendidikannya lebih tinggi. Karenanya pola pikirnya kan juga berbeda. Dari keluarga menengah ke bawah ya semangatnya kurang ya, sebetulnya pemaksaan saja.

P : Berarti selama belasan tahun ya bu ya, sudah mulai menghafal tipe belajar mereka rata-rata seperti apa

G : Iya. Dari pengalaman itu ya, lompat-lompat baik dari swasta maupun negeri yaa itu sudah lah

P : Hem sudah banyak makan garam

G : Sedikit banyak sudah membaca, ya tahu karena kebiasaan-kebiasaan. P : Kalau menurut ibu, dari sekian tahun ini perkembangan siswa di sini

bagaimana bu? Rata-rata naik atau biasa saja? G : Ya rata-rata semakin menurun.

P : Malah semakin menurun bu?

G : Karena 1 dari segi kurikulum dan sebagainya turut mempengaruhi kan, berubah-ubah hampir tiap tahun. Terus kemudian tingkat ekonomi juga semakin lama semakin banyak masyarakat yang terpinggirkan, karena ya kondisi Jakarta obrak abrik. Minat ke STM juga semakin sedikit.

P : Oww minat ke STM juga semakin sedikit?

G : Iya. Karena banyak yang harus pindah-pindah kemana-mana, iya kan? Ya, semakin lama semakin menurun.

P : Berarti ya tantangan juga ni ya bu G : Tantangan berat.

P : Terus menurut ibu, usaha-usaha seperti apa untuk meningkatkan minat mereka di pelajaran matematika bu?

G : Ya terutama ya buatlah matematika menyenangkan, seperti bercanda sama mereka supaya mereka terima. Sebetulnya lebih kepada pendekatan ke anak. P : Tapi kalau pendekatan personal ke sekian banyak anak bu tantangannya... G : Mmm iya, tidak bisa terjangkau semuanya. Tapi minimal kita berusaha ya,

maksudnya membuat setiap mata pelajaran mudah untuk dimegerti atau dicerna dengan kondisi keseharian mereka, itu aja. Tidak terlalu semuanya


(2)

yang dari kurikulum itu kita berikan secara keseluruhan, tidak bisa. Tapi minimal dia bisa mengerjakan UAN.

P : Dari segi materinya sendiri bu, kira-kira menurut ibu sudah pas belum bu untuk seumuran anak SMK?

G : Bisa. Ya bisa, karena ada kesesuaian dengan materi-materi praktek mereka. P : Berarti secara materi sudah bu.

Dari sekian materi dari semester ini aja ya bu ya, kira-kira materi apa yang paling sulit ditangkap oleh mereka.

G : Trigonometri kali ya. Biasanya materi itu karena banyak sekali hafalan, tidak bisa dinalar. Biasanya kan anak-anak susah untuk menghafal. Sebenarnya mereka bisa pandai, cuman malas kan.

P : Berarti harus benar-benar ekstra kuat ya bu kalau mengajar di STM ya bu. G : Ya menyiapkan mental bener.

P : Berarti menumbuhkan semangat juga merupakan tantangan ya bu. G : Cara ya untuk menumbuhkan semangat anak-anak supaya belajar. P : Yang jadwal baru ini ibu dapat 5 kelas ya bu ya?

G : Iya

P : 5 kelas ini, menurut ibu tingkat kemampuannya itu sama atau ada yang lebih/menonjol?

G : Ga. Ada beberapa kelas yang lebih menonjol. Misalkan di kelas-kelas tertentu ya. Tapi kalau dilihat sih dalam setiap kelas ya kemampuannya berbeda-beda, bukan pengkelasan sesuai kemampuan, ya pasti ada yang pintar ada yang biasa.

P : Kalau misalnya ni bu, di satu kelas ada yang sangat mampu terus ada yang kurang, itu gimana bu mensiasatinya biar pemerataan pemahaman diantara mereka bu?

G : Biasanya kita bikin kelompok belajar, di kelas kita kelompok-kelompokkan biar mereka bergabung dengan yang pandai, ya sistem diskusi yang kita pakai. Jadi kalau misalkan trigonometri menghafal dan sebagainya itu bisa minta bantuan sama-sama dalam kelompok. Jadi kita kelompok-kelompokkan aja sama rata. Jadi belajar dari temen, karena kadang-kadang


(3)

kalau belajar dari guru dia kurang mengerti, mungkin dengan bantuan teman dia bisa.

P : Terakhir ni bu. Kan sekarang ada kondisi bahwa gedung yang seharusnya dipakai malah sedang diperbaiki dan dipindahkan ke sini. Menurut ibu, bagaimana pengaruh perpindahan ini bu terhadap anak?

G : Wah ini pengaruhnya sangat besar ya, karena kita terpisah-pisah jadi KBM tidak produktif. Ya dari jam belajarnya aja yang 45 menit untuk 1 jam pelajaran berubah menjadi 35 menit. Terus karena sewa, jadi harus bergantian.

P : Yah, berusaha dengan apa adanya. Tapi saya salut bu melihat semangat guru-guru di sini, walaupun dengan segala keterbatasan tapi tetap berusaha memberikan yang terbaik, tetap rame, tetap guyon...

G : Ya itu memang enaknya kalau mengajar di sini P : Kekeluargaannya itu bu terasa sekali

G : Iya, biasanya saling melaporkan kalau di kelas ada anak yang harus diperhatikan. Semua ikut campur tangan dalam hal itu.

P : Terima kasih ibu... G : Iyo sama-sama


(4)

GALERI FOTO

Keterangan gambar:

Suasana belajar di dalam kelas X TKR 3

Keterangan gambar:

Suasana belajar di dalam kelas XI TKR 2 Keterangan gambar:

Papan nama kompleks Sekolah Dasar Negeri SD Sumur Batu, lokasi sementara SMKN 54 Jakkarta Pusat

Keterangan gambar :

Nampak depan salah satu gedung SDN Sumur Batu (SDN Sumur Batu 04), lokasi sementara SMKN 54 Jakarta Pusat untuk kelas XI


(5)

GALERI FOTO

Keterangan gambar:

Suasana kelas saat pelajaran matematika di kelas X TKR 3

Keterangan gambar:

Suasana kelas saat pelajaran matematika di kelas X TKR 3, nampak guru sedang menegur 3 siswanya yang tidak mengerjakan tugas rumah

Keterangan gambar:

Suasana kelas XI TKR 2 saat pelajaran matematika berlangsung

Keterangan gambar:

Suasana kelas X TPTU 1 saat pelajaran matematika berlangsung


(6)

GALERI FOTO

Keterangan gambar:

Gedung sekolah SMKN 54 Jakarta Pusat yang akan direhab

Keterangan gambar:

Suasana ruang guru SMKN 54 Jakarta Pusat yang sementara

Keterangan gambar:

Puslatdikjur Jakarta Pusat, lokasi sementara kantor administrasi dan kantor kepala sekolah SMKN 54 Jakarta Pusat


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TEACHING STYLE (GAYA MENGAJAR GURU) DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Hubungan Antara Teaching Style (Gaya Mengajar Guru) Dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa SMK Muhammadiyah 4 Wonogiri.

0 10 17

HUBUNGAN ANTARA TEACHING STYLE (GAYA MENGAJAR GURU) DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Hubungan Antara Teaching Style (Gaya Mengajar Guru) Dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa SMK Muhammadiyah 4 Wonogiri.

0 2 19

STUDI KORELASI ANTARA VOCABULARY MASTERY, GRAMMAR MASTERY DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Studi Korelasi Antara Vocabulary Mastery, Grammar Mastery Dan Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas Internasional

0 2 21

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS Korelasi Antara Minat Belajar Dengan Kedisiplinan Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa SD Kelas IV SD Negeri 1 Srobyong UPTD Dikpora Kecamatan Mlonggo,

0 3 16

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS IV SD Korelasi Antara Minat Belajar Dengan Kedisiplinan Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa SD Kelas IV SD Negeri 1 Srobyong UPTD Dikpora Kecamatan Mlo

3 18 15

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA Hubungan Minat Belajar Dan Dukungan Keluarga Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika.

0 1 15

Pengaruh Permainan Matematika Terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

1 6 6

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MENATA PRODUK PADA SMKN 16 JAKARTA PUSAT - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

Korelasi antara karakter guru matematika dengan minat belajar siswa SMKN 54 Jakarta Pusat pada mata pelajaran matematika - USD Repository

0 3 214