Pembahasan DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
siswa sebesar 88,92 dalam kategori baik dan hasil tes belajar 83 dengan kategori tuntas.
Pada awal pertemuan guru menjelaskan materi pembelajaran dan langkah- langkah dalam melaksanakan metode kerja kelompok, pada awal pembelajaran siswa
mengalami kesulitan dalam melaksanakan metode kerja kelompok, hal ini terjadi karena adanya perubahan kondisi belajar di dalam ruang kelas yang berbeda dengan
suasana belajar siswa biasanya. Pada saat proses pembentukan kelompok terlihat saling pilih-pilih dalam menentukan anggota sehingga suasana menjadi ricuh. Pada
saat proses kerja kelompokpun terlihat siswa yang pintar mendominasi kegiatan pembelajaran. Beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan
selalu mengganggu temannya yang belum selesai. Siswa yang aktif bercanda di kelas mengambil kesempatan untuk bercanda dengan teman sekelompoknya, sehingga
suasana belajar pada siklus I terkesan gaduh dan ribut. Jumlah siswa yang mendapatkan hasil keaktifan belajar yang baik hanya 5 lima orang siswa 15,62,
13 tiga belas orang siswa 40,63 mendapatkan hasil keaktifan belajar yang cukup, dan 14 empat belas orang siswa 43,75 mendapatkan hasil keaktifan belajar yang
kurang. Selain itu rata-rata hasil belajar pun belum tuntas yaitu sebesar 66.
Masih banyaknya hasil keaktifan siswa yang tidak sesuai dengan hasil interventasi tindakan yang diharapkan yaitu siswa yang aktif harus dalam kategori
baik atau aktif dengan lebih besar atau sama dengan 80 pada siklus I ini, disebabkan siswa masih malu-malu atau belum berani dan belum terbiasa dengan metode kerja
kelompok. Selama ini siswa belajar PKn dengan menggunakan metode ceramah dan pengolaan kelas yang monoton serta belum terbiasa menggunakan metode kerja
kelompok yang disebabkan kelas yang sempit. Selanjutnya, kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode kerja
kelompok yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta dilakukannya observasi kegiatan pembelajaran dan observasi keaktifan belajar siswa dengan menggunakan lembar
observasi, siswa terlihat lebih aktif dan merasa senang karena merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Sebelumnya siswa tergolong pasif dan terlihat bosan dalam
kegiatan pembelajaran, meskipun ada beberapa siswa terlihat aktif bertanya dan menanggapi pertanyaan guru.
Sehingga kegiatan tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya bahwa “Manfaat dari metode kerja kelompok ini diantaranya
adalah 1 Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berfikir kritis dan analisis siswa secara optimal; 2 Melatih siswa aktif, kreatif dan kritis dalam
menghadapi setiap permasalahan; 3 Mendorong tumbuhnya sikap tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain; 4 Mendorong tumbuhnya
sikap demokrasi dikalangan siswa; 5 Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara objektif, rasional, dan sistematis dalam beragumentasi
guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama antar anggota kelompok; 6 Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka; 7
Melatih siswa untuk dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah; 8 Melatih kepemimpinan siswa; 9 Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling
bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman antar mereka; dan 10 Merupakan wadah yang efektif untuk kegiatan belajar mengajar.
”
2
Dari proses belajar menggunakan metode kerja kelompok siswa bisa belajar secara bersama-sama dan mampu memecahkan secara bersama-sama demi terciptanya
tujuan pembelajaran. Hal itu senada dengan yang dikatakan Zulfianai bahwa “Metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang menyampaikan bahan ajar dengan cara
membentuk kelompok belajar. Tidak semua kelompok pasti kelompok belajar, karena sebuah kelompok baru disebut kelompok belajar jika anggotanya merupakan siswa
yang secara bersama-sama mengerjakan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dite
tapkan.”
3
Setelah melakukan tindakan siklus I dan hasilnya masih kurang sesuai dengan hasil interventasi tindakan yang diharapkan, maka peneliti melanjutkan tindakan pada
2
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2005, cet. II, h. 91.
3
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 101.
siklus II. Maka pada siklus II guru lebih aktif dalam menguasai kelas dan mampu menarik perhatian siswa dan pada siklus II ini keaktifan belajar siswa pada
pembelajaran PKn meningkat. Siswa yang aktif sebesar 28 dua puluh delapan orang 87,50, siswa yang cukup aktif 3 tiga orang 9,38, dan siswa yang kurang aktif
1 satu orang 3,12. Hasil persentase rata-rata kekatifan belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada siklus II ini sebesar 88,92 dengan dikategorikan baik dan
rata-rata hasil belajar yang tuntas mencapai KKM yaitu sebesar 83. Kekaktifan dikategorikan baik sesuai dengan kriteria keaktifan belajar yang
dikatakan Paul B. Diedrich yaitu kegiatan belajar siswa dibagi menjadi 8 kelompok sebagai berikut:
1. Visual Activities kegiatan-kegiatan visual seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities kegiatan-kegiatan lisan seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
interupsi. 3. Lintening Activities kegiatan-kegiatan mendengar seperti mendengarkan:
uraian, percakapan, diskusi, musik dan sebagainya. 4. Writting Activities kegiatan-kegiatan menulis seperti menulis cerita, karangan,
laporan, menyalin dan sebagainya. 5. Drawing Activities kegiatan-kegiatan menggambar seperti menggambar,
membuat peta, diagram dan sebagainya. 6. Motor Activities kegiatan-kegiatan motorik seperti melakukan percobaan,
membuat media pembelajaran, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental Activities kegiatan-kegiatan mental seperti menanggapi, mengingat,
memecahkan masalah atau soal, menganalisis, mengambil keputusan.
8. Emotional Activities kegiatan-kegiatan emosional seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, gugup dan sebagainya.
4
Berdasarkan data-data hasil pengamatan menunjukan bahwa penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Jadi dapat dikatakan bahwa penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran PKn di siklus II sudah dikatakan berhasil, karena sesuai dengan hasil interventasi
tindakan yang diharapkan yaitu siswa yang aktif harus dalam kategori baik atau aktif dengan lebih besar atau sama dengan 80 dari jumlah siswa di kelas.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, menunjukan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunkan metode kerja kelompok memberikan peluang besar kepada siswa
untuk berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan Masitoh dan Laksmi Dewi yang mengatakan alasan mengangapa guru memilih
kerja kelompok sebagai metode pembelajaran karena: 1 Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan demokratis. 2 Kerja kelompok dapat
memacu siswa aktif belajar. dan 3 Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar di luar kelas bahkan di luar sekolah yang bervariasi,
seperti observasi, wawancara, cari buku diperpustakaan umum, dan sebagainya.
5
4
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, cet. XIX, h. 101.
5
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Dep. Agama, 2009, h. 186.
75