Jasa Agrowisata Kerangka Pemikiran Teoritis

26 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang dipergunakan untuk membantu dalam pelaksanaan setiap tahapan penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain, teori jasa agrowisata, perilaku, kepuasan dan loyalitas konsumen, dimensi kualitas pelayanan SERVQUAL dimensions, dan konsep Structural Equation Model SEM.

3.1.1. Jasa Agrowisata

Kotler et al. 1996, diacu dalam Tjiptono 2008 dan Rangkuti 2006 mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan tak kasat mata yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible tidak berwujud fisik dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut Gaspersz 1997 mengungkapkan, terdapat sejumlah kriteria yang mencirikan pelayanan jasa sekaligus membedakannya dari barang, yaitu: 1 Pelayanan merupakan output tak-berbentuk intangible output 2 Pelayanan merupakan output variabel, tidak standar 3 Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventory, tetapi dapat dikonsumsi dalam produksi 4 Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui proses pelayanan 5 Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan 6 Keterampilan personel “diserahkan” atau diberikan secara langsung kepada pelanggan 7 Pelayanan tidak dapat diproduksi secara masal 8 Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang memberikan pelayanan 9 Perusahaan jasa pada umumnya bersifat padat karya 10 Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan 27 11 Pengukuran efektivitas pelayanan bersifat subyektif 12 Pengendalian kualitas terutama dibatasi pada pengendalian proses 13 Option penetapan harga adalah lebih rumit Salah satu produk jasa adalah pariwisata. Pariwisata adalah suatu sistem yang multikompleks, dengan berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi antar sesama. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, pariwisata telah menjadi sumber penggerak dinamika masyarakat, dan menjadi salah satu prime-mover dalam perubahan sosial-budaya Pitana 1999; 2002a, diacu dalam Pitana Gayatri 2005. Murphy 1985, diacu dalam Pitana dan Gayatri 2005 juga mendefinisikan pariwisata sebagai keseluruhan dari elemen-elemen terkait wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Awal pertumbuhan perjalanan wisata didominasi oleh kalangan atas ningrat dan orang-orang kaya, tetapi kemudian kegiatan pariwisata mulai melibatkan warga masyarakat yang lebih luas. Kelas menengah yang mulai tumbuh bersama orang-orang yang berpenghasilan tinggi ditambah pendidikan yang terus berkembang, semakin meramaikan perjalanan libur tahunan. Perjalanan liburan tersebut pada umumnya didorong oleh maksud atau motivasi yang sama, yakni membebaskan diri dari kesibukan kerja dan santai di tengah lingkungan alam yang indah. Keadaan ini merupakan awal dari industri liburan modern yang kemudian dikenal sebagai industri pariwisata Sammeng 2001. Pariwisata bersifat sangat dinamis, sehingga setiap saat memerlukan analisis atau kajian yang lebih tajam. Sebagai suatu aktivitas dinamis, pariwisata memerlukan kajian terus-menerus termasuk dari aspek sosial budaya, yang juga harus dinamis, sehingga pembangunan pariwisata bisa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, khususnya masyarakat lokal Pitana Gayatri 2005. Wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan, dan sebagainya. Wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan palawija di 28 sekitar perkebunan yang dikunjungi. Tidak jarang pula pusat-pusat pertanian seperti ini menyediakan pramuwisata guna menjelaskan segala sesuatunya kepada wisatawan rombongan yang datang berkunjung Pendit 2006. Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan SK bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Menparpostel dan Menteri Pertanian No. KM.47PW.DOWMPPT-89 dan No.204KPTSHK05041989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian Tirtawinata Fachruddin 1996. Tirtawinata dan Fachruddin 1996 menyatakan, agrowisata telah diberi batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan adalah kebun raya, agrowisata perkebunan, agrowisata tanaman pangan dan hortikultura, agrowisata perikanan, dan agrowisata peternakan. Sedangkan, manfaat dari pengelolaan dan pengembangan agrowisata antara lain: 1 Meningkatkan Konservasi Lingkungan Pengembangan dan pengelolaan agrowisata yang objeknya benar-benar menyatu dengan lingkungan alamnya harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Jangan sampai pembuatan atau pengembangannya merugikan lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang ditekankan pada keseimbangan ekosistem yang ada menjadi salah satu tujuan pengelolaan agrowisata. 2 Meningkatkan Nilai Estetika dan Keindahan Alam Pembuatan suatu agrowisata diperlukan perencanaan tata letak, arsitektur bangunan, dan lansekap yang tepat. Kebersihan sebagai salah satu unsur keindahan juga perlu mendapat perhatian bagi pengelola agrowisata. 3 Memberikan Nilai Rekreasi Sebagai objek pariwisata, agrowisata tentunya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan rekreasi. Rekreasi di tengah alam yang indah dan nyaman memang memiliki nilai kepuasan tersendiri. Sebagai tempat rekreasi, pengelola agrowisata perlu membuat atau menyediakan fasilitas-fasilitas 29 penunjang atau paket-paket acara yang dapat menimbulkan kegembiraan di tengah alam. 4 Meningkatkan Kegiatan Ilmiah dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Kunjungan para wisatawan ke lokasi agrowisata tidak hanya sebagai sarana hiburan semata, tetapi dapat pula bernilai ilmiah. Kekayaan flora dan fauna dan seluruh ekosistem yang ada di dalam kawasan agrowisata tentunya sangat mengundang rasa ingin tahu dari para peneliti, ilmuwan, ataupun kalangan pelajar. Dengan demikian, kehadiran agrowisata akan sangat membantu mereka yang senantiasa haus dengan ilmu pengetahuan. 5 Mendapatkan Keuntungan Ekonomi Selain memberikan nilai-nilai yang sulit diukur secara materi, agrowisata juga memberikan keuntungan ekonomi. Keuntungan ekonomi ini tentu sangat erat kaitannya dengan tujuan pengelolaan agrowisata itu. Keuntungan tersebut tidak hanya bagi pengelola agrowisata itu, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya, pemerintah daerah, dan negara pada umumnya.

3.1.2. Perilaku, Kepuasan, dan Loyalitas Konsumen