9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cagar Budaya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda
cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan. Sedangkan situs
cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan atau struktur cagar budaya
sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Berdasarkan undang-undang tersebut, cagar budaya dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan dan kepentingan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Pemerintah daerah dan setiap orang dapat memanfaatkan cagar
budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata. Pelindungan cagar budaya dilakukan
dengan menetapkan batas-batas keluasannya dan pemanfaatan ruang melalui sistem zonasi berdasarkan hasil kajian di kawasan cagar budaya terkait.
Pemanfaatan zona pada cagar budaya dapat dilakukan untuk tujuan rekreatif, edukatif, apresiatif, dan religi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010.
Pendanaan pelestarian cagar budaya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Sumber pendanaan
tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN,
10
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, hasil pemanfaatan cagar budaya, serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010.
2.2 Wisata Budaya
Wisata budaya merupakan salah satu bentuk industri wisata dimana pengunjung melakukan perjalanan ke daerah lain yang dilakukan dengan tujuan
memperluas pandangan hidup, mempelajari adat istiadat, cara hidup, kebudayaan, dan kesenian masyarakat di daerah tersebut. Implikasi ekonomi dari wisata
budaya adalah pemanfaatan atraksi wisata bergerak seperti pertunjukan maupun atraksi tidak bergerak seperti candi yang dilakukan oleh berbagai pihak akan
membuka lapangan pekerjaan baru Pendit, 2006. Berbeda dengan Pendit 2006, Surjanto et al 1985 menyatakan bahwa
wisata budaya merupakan wisata yang daya tariknya bersumber dari objek kebudayaan, seperti peninggalan sejarah atau purbakala, musium, atraksi
kesenian, pariwisata khusus, dan objek lain yang berkaitan dengan objek wisata budaya. Prinsip-prinsip dasar dalam wisata budaya menurut ICOMOS 1999
adalah: 1.
Wisata domestik dan internasional merupakan suatu alat yang paling penting dalam pertukaran budaya. Oleh karena itu, konservasi budaya merupakan
tanggung jawab, sekaligus kesempatan bagi masyarakat lokal dan pengunjung untuk mengalami dan memahami warisan komunitas dan budayanya.
2. Hubungan antara tempat historis dengan wisata bersifat dinamis serta
melibatkan nilai-nilai yang mengandung konflik. Hal tersebut harus dikelola
11
sedemikian rupa sehingga dapat dinikmati oleh generasi sekarang maupun yang akan datang.
3. Perencanaan wisata dan konservasi tempat-tempat warisan budaya harus
menjamin bahwa pengalaman yang didapatkan pengunjung akan berharga, memuaskan, dan menggembirakan.
4. Masyarakat asli dan penduduk sekitar harus dilibatkan dalam perencanaan
konservasi dan wisata. 5.
Aktivitas wisata dan konservasi harus menguntungkan bagi penduduk asli. 6.
Program wisata budaya harus dapat melindungi dan meningkatkan karakteristik warisan alam dan budaya.
2.3 Wisatawan